-*-
Apa ini yang dinamakan sebatas mengagumi? Melihatnya tersenyum, terasa tak ingin meminta lebih...
-Aya, 2k19-*-
"Mbak, nggak pengen gitu nyari pacar? Eh suami maksudnya. Belum bisa move on ya dari dia?" tanya Diana, adikku yang usianya 23 tahun, salah satu staff admin di perusahaan yang ada di Jakarta.
Perempuan dengan surai panjang sebahu itu tengah duduk di sebuah sofa panjang tepat di sampingku --Falisha Indira Anjani, nama lengkapku. Dia bertanya begitu dengan maksud tujuan tersembunyi. Aku tahu itu.
Sudah dua tahun --kurang lebih, Diana menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya yang merupakan seorang Angkatan Darat. Diana ingin segera melangsungkan pernikahan, selain usianya yang sudah cukup matang, dia tak ingin ditinggalkan lagi oleh Azkanio --nama laki-laki itu.
"Kamu pikir, Mbak nggak usaha? Tapi ya gimana? Emang belum ketemu sama jodohnya kan..." sahutku santai.
Kulihat Diana mengubah posisi duduknya, lalu bersidekap dada. "Ya tau, tapi itu aja nggak cukup Mbak. Intinya tuh hati Mbak Fal belum terbuka buat yang lain kan?"
"Inget Mbak, dia aja udah mau nikah sama cewek lain. Masa Mbak mau gini-gini aja? Padahal banyak yang mau sama Mbak, tapi begitu tanggapannya. Ya karena Mbak belum bisa move on, ya kan?" oceh Diana.
Sejujurnya aku paling malas membahas masalah itu. Selain mengingatkanku pada masa lalu, juga seperti luka yang belum sembuh malah makin terasa sakit.
Bukan maksudku berlarut dalam kenangan pahit sekaligus manis itu --iya, manis sebelum negara api menyerang yang membuatnya menjadi pahit. Oke abaikan!
Tapi, bagaimana ya caraku menjelaskannya? Sebab... praktek itu lebih sulit daripada sekadar teori.
Apalagi... kisahku dengannya bukan waktu yang sebentar, jadi —ah sudahlah. Kalian pasti akan tetap menyalahkanku karena memang jujur ketika aku mengatakan sudah move on tapi hatiku berkata lain.
"Kamu kalau ngomong tuh suka bener ya. Mbak selalu berdoa, semoga kamu sama Azka langgeng ya. Udah cukup... Mbak tau kamu udah pengen cepet nikah kan?"
Terlihat Diana mengangguk mantap. Benar kan dugaanku. Wajar saja sih, karena pekerjaan kekasihnya yang sering membuatnya pergi jauh membuat Diana semakin khawatir. Aku pun juga, tapi apa iya aku rela dilangkahi adikku sendiri?
Ah, entahlah...
Ting-Tong~
Siapa sih?
"An, to—"
Astaga Diana! Dia malah lari.
Mau tak mau aku yang membuka pintu, berhubung kami hanya tinggal berdua di sebuah rumah pemberian orang tua kami.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang.
Seperti ku kenal suaranya. Siapa ya?
Ketika aku sampai di ambang pintu utama, kulihat seseorang yang selama ini memenuhi pikiranku. Siapa lagi kalau bukan si dia.
Dia yang membuatku sulit berpikir ketika aku melanggar kata-kataku sendiri untuk tidak memikirkannya. Bahkan, dia ada di hadapanku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Jodoh Bertemu | Jung Jaehyun ✓
Conto"Jangan memikat jika tak berani mengikat." Ketika ditanya kapan menikah, pasti bingung bagaimana menjawabnya karena belum terpikirkan siapa yang akan menjadi pasangan hidup. Ditambah, masih terjebak di masa lalu -di mana hati pernah terluka dan tert...