Prolog

18.2K 1.1K 83
                                    

Gubrak!

"Aw!"

Seorang gadis yang entah sengaja atau tidak menabrak seorang siswi di koridor itu berhenti. Namun mimik wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun, hanya sekilas melirik, itupun menatapnya dengan malas.

Sudah pasti tidak ada niat sedikitpun baginya untuk meminta maaf, bahkan dia berdecak lalu setelahnya menghela nafas, menyapu seragam sekolah bagian bahu dengan tangannya yang tertabrak tadi.

"Duh, kasian ya. Tapi gue juga enggak berani nolong."

"Udah kita diem aja di sini, ngeliatin. Bisa gawat kalau ikut campur."

"Bakalan ada drama seru kayaknya."

"Sepagi gini bulu kuduk gue udah tegang setegang tegangnya."

"Apaan yang tegang?"

Pletak! "Otak lo itu disapu, Marimar. Pinjam sapu Pak Bambuang sana, ngeres amat dah."

Koridor kelas itu terlihat ramai, banyak yang melihat tapi tidak berani untuk membantu. Hanya terdengar bisik-bisik berupa kalimat mengasihani. Tidak ada seorang siswi pun yang mau berurusan dengan mereka.

Kini gadis yang menabrak tadi berbalik badan, bukannya menolong, dia masih menatap gadis yang terjatuh itu dengan malas. Tanpa basa basi ia keluarkan ponsel dari saku seragamnya, membuka sebuah aplikasi pertemanan di dunia maya.

"Ini akun lo?" Gadis itu menunjukkan ponsel miliknya di hadapan gadis yang masih terduduk menahan sakit di pergelangan kakinya.

Gadis yang masih terduduk di lantai itu mengerutkan dahi, dalam hati ia bertanya mengapa si gadis sombong itu menanyakan tentang akun miliknya.

"Jawab."

"Ha?"

"Suara gue kurang jelas? Atau kurang kuatkah?"

"Lo seharusnya minta maaf karena udah nabrak gue. Lo enggak lihat pergelangan kaki gue keseleo?"

"Wah. Nyolot itu cewek."

"Wadidaw. Dia Do Bong Sun ternyata."

"Sun sun? Apanya yang di sun?"

Pletak! "Udah ah, males gue ngomong sama lo."

"Serbet! Kesempatan banget lo jitak kepala gue dua kali."

Gadis yang menabrak tadi berdecak, tersenyum remeh sambil tetap menatap gadis yang tidak ia sangka-sangka ternyata berani berbicara dengan nada seperti itu kepadanya.

"Bantuin gue bangun. Cepetan!"

"Lo jawab aja ini akun lo atau bukan!"

Gadis itu mulai mempertegas ucapannya, tapi gadis yang masih terduduk di lantai itu tetap terlihat tidak takut sama sekali, justru ia semakin jengah dengan sikap tidak jelas gadis yang menabraknya itu.

"Kenapa lo mau tau itu?"

"Lo akan tau jawabannya kalau lo jawab pertanyaan gue."

"Ck. Iya iya, itu punya gue. Memang kenapa? Enggak jelas lo. Bukannya nolongin, minta maaf, malah nanyain hal yang enggak jelas."

Gadis yang menabrak tadi menyeringai, ia bungkukkan badan agar wajahnya sejajar dengan wajah gadis yang masih terduduk di lantai, dan hal itu berhasil membuat gadis yang terduduk itu sedikit ciut, aura intimidasi mulai dapat ia rasakan setelah sedekat ini berjarak dengan gadis sombong ini.

"Farah Meswari. Mulai sekarang, lo jadi pacar gue."

"WHAT!?"

¤¤¤

Bersambung...

A/n :

Oke, ini cerita dengan latar anak sma. Ternyata menulis dengan latar anak sma di usia kepala dua enggak mudah ya?
Harus bener-bener ngebayangin dan nostalgia dengan beragam karakter labil khas anak sma, dan itu ya ampuuunn.
Jadi, mon maap kalau enggak sesuai ekspektasi.

Aku menulis karena memang banyak yang lalu lalang di otakku, jadi biar enggak berserak saraf-saraf otaknya, tetap bersimultan dengan baik, mending ditulis kan ya?
Mwuehehe

Syelamat membaca Dehidrasi..
Btw, kok tetiba pingin pempek kapal selam ya?
Wkwkwk

Syelaaaamat Malam..
😴

Dehidrasa (GxG - COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang