Dehidrasa - 40

10.4K 740 394
                                    

Awalnya Nova mengira yang terjadi tadi malam adalah mimpi. Namun ketika kedua matanya mendapati wajah tenang Farah yang tertidur pulas, maka perkiraan itu segera sirna.

Pergulatan panas yang tidak pernah Nova bayangkan akan terjadi tadi malam, apalagi dengan kondisi di mana seharusnya mereka adu mulut karena pendapat masing-masing, bukan adu mulut yang berakhir seperti itu.

Nova tersenyum malu jika harus mengingat kembali bagaimana Farahnya begitu agresif. Ia pandangi wajahnya kini lekat-lekat. Jemarinya memperbaiki anak rambut yang menutupi wajah Farah. Dia semakin dewasa semakin terlihat sangat cantik.

Rambut pirang, alis beriring rapi, tapi tidak tebal, lalu bulu mata yang lentik, hidung yang terlihat mancung, pipi yang semakin chubby, kemudian bibir mungil yang tebal di bagian bawah. Perutnya langsung bergejolak, desiran akibat hasrat karena melihat bibir Farah kembali muncul.

Buru-buru Nova menggeleng, tahan diri Nov tahan diri. Demi dia dan si buah hati. Eh?

Nova mengecup kepala Farah sebelum bangkit dari kasurnya, kemudian membersihkan diri. Tak perlu baginya waktu lama untuk membersihkan diri, karena ia sudah meniatkan diri untuk bangun lebih dulu dan membuatkan sarapan untuk kekasihnya.

Maka beruntunglah Farah dalam hal ini karena memiliki Nova. Jika kekasih lain, mungkin yang akan memasakkan untuk kekasihnya adalah tipe seperti Farah, tapi Nova adalah pengecualian. Nova akan memperlakukan Farahnya seperti ratu. Bangun tidur dengan sarapan yang sudah tersedia, jangan pikirkan cuci piring, bersih rumah atau apa pun, karena semua itu sudah Nova siapkan siapa yang harus mengerjakannya.

Sekali lagi, maka beruntunglah Farah. Karena kehidupannya setelah ini bisa lebih indah dari seorang Nia Ramadhani yang tidak bisa mengupas salak dan menceplok telur, karena Nova akan jauh lebih memuliakan kekasihnya.

Aroma potongan daging bercampur oregano dan beberapa irisan bahan lainnya menyeruak, tidak hanya mengisi ruang dapur melainkan sampai ke seluruh ruangan apartemen. Nova dengan begitu mahir mengaduk makanan, menggoyang gagang teflon tanpa perlu sendok masak.

"Kasih sedikit garam," gumamnya, lalu menggoyang gagang teflon itu lagi.

Seseorang mengendus dari belakang, "harumnya," ucapnya yang kini berdiri di sebelahnya.

Nova menoleh ke belakang, sedetik kemudian bola matanya berputar. Jika seperti itu ekspresinya, sudah tahu kan siapa yang mengucapkannya?

"Rajin banget lo, Nov? Biasanya Farah loh yang masak? Ini dia mana? Tumben banget itu anak masih tidur jam segini? Terus lo masak apaan? Kok wangi banget? Resep baru ya? Gue--

"Astaga, Siska. Rem lo woy rem lo. Nanya terus nggak pakai rem."

Siska menyengir, matanya langsung mencari sesuatu yang pasti tertinggal di leher Nova akibat pergulatan sialan tadi malam. Mata Siska langsung terbelalak kaget, KAMPRET! Satu, dua, tiga, EMPAT, LIMA? Demi apa ini Farah DOYAN APA DOYAN BANGET?

"Awas lo, mau gue tata di atas piring."

Siska bergeser, "buat gue juga ada, kan Nov?"

"Ada. Tenang aja."

"Syukurlah. Rezeki orang teraniaya," Siska langsung duduk di kursinya. Mengusap kedua tangannya sebab tak sabaran dengan makanan di atas meja.

"Teraniaya? Lo emang teraniaya kenapa?"

"Eh? Nggak apa-apa," Siska kembali menyengir.

Demi apa, Nov. Lo pede banget dah leher lo penuh kayak gitu.

"Lo ngeliatin leher gue?"

Siska mematung sebab tertangkap basah, segera ia palingkan wajah dan fokus pada santapan di depan. Ia ambil segelas minuman yang diperkirakan capucino hangat untuk di sesapnya.

Dehidrasa (GxG - COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang