Dehidrasa - 18

6.9K 667 81
                                    

Aku bisa membuatmu,
Jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku.

Beri sedikit waktu,
Biar cinta datang karena telah terbiasa,

Farah mendengarkan tembang lawas itu dengan takzim. Ia resapi lagu itu sambil menerawang apa mau hatinya, menelaah rasanya, ada apa antara dia dan Nova? Apa benar sedang jatuh cinta? Atau hanya sebatas terbawa perasaan saja?

Masalahnya, ia dan Nova sama-sama perempuan. Namun yang menggelitik sisi hatinya yang lain, setiap dekat dengan Nova, atau bertengkar dengan Nova, ia merasa hidupnya terlengkapi, lebih berwarna. Belum lagi kalau dia harus membayangkan ciuman panasnya saat di gudang dan duet mautnya ketika di tempat zumba beberapa hari lalu?

Tapi, tapi, tapi, gue masih belum yakin. Masa iya sama Nova?

"Gimana? Mau coba dituntaskan malam ini?"

Wajah Farah langsung memerah seperti direbus dalam panas air 100 derajat celcius. Farah menggelengkan wajah demi menetralkan suhunya, tapi apalah daya, justri urat-urat kepala semakin menegang. Dan debaran jantungnya?

Kaaaann jantung guee. Sensitif amat seh sama nama Nova? Langsung caper blingsatan kayak cacing kepanasan.

Farah merengek, menghentak-hentakkan kakinya di lantai kelas. Jam sekolah sudah selesai dari setengah jam yang lalu, tapi ia masih mau menikmati kesendirian di kelas, masih terduduk di bangku kesayangannya dengan lagu yang terus berputar di ponselnya.

"Hai Yuni Farahku sayaaaaang, nunggui gue ya? Duh, jadi tersandung gue," Siska mengecup pipi kanan dan kiri layaknya ibu-ibu arisan yang sudah lama tak bertemu.

Bola mata Farah berputar, ia tak menghindar ataupun menahan sikap aneh sahabatnya itu, meski aneh, tapi Farah akui, enggak ada Siska enggak sampoerna hijau.

"Gue bukan ibu-ibu yang suka brondong, Siska," ucap Farah kesal.

Siska terkikik, ia membalik kursi yang ada di depan Farah hingga duduk mereka kini berhadapan, "oh iya lupa, lo kan sukanya sama yang dingin-dingin seksi dan jago dance gitu ya?"

"Saraf lo."

"Gue lebih suka kampret."

"Gendeng."

Siska tertawa, memukul Farah dengan gemas dengan gaya mentel. Farah mendengus kesal dan menarik lengannya kasar.

"Dih, PMR loh ya?"

"Hemm."

"Ngapa lo?"

"Enggak papa."

"Enggak mama, lo pasti ada papa."

"Apaan sih lo, Sis. Buat gue makin kesel."

"Makanya cerita, enggak usah sok mendam-mendam lah. Bukan gaya lo itu. Farah Meswari itu orang yang suka ngomong langsung kalau enggak suka, atau meledak-meledak karena meradang, atau cerita terus enggak peduli lawannya dengerin atau enggak, atau mukulin sambil teriakin orang yang ngerusak jiwa keadilan lo, atau --

"Oke kucup, Sis," Farah mengangkat tangannya, lalu tangan satunya lagi memijit pelipisnya, "gue makin pusing sumpah."

Wajah Siska tertekuk sedih, "iya sama, gue juga."

Dehidrasa (GxG - COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang