Dehidrasa - 37

7K 714 175
                                    

"Kamu udah sampai sini, yakin tetap mau dibatalin?"

Nova menghela nafas. Antara yakin dan tidak untuk menghadiri acara talk show ini sejak ia tahu kalau Farah Meswari juga diundang dalam acara itu.

Azzura berdiri di belakang Nova, mengusap punggungnya seolah dengan itu bisa memberikan ketenangan.

"Coba dipikirkan lagi, karena bisa jadi, ini adalah waktunya."

Nova masih diam tak menjawab, pemandangan luar kamar Azzura lebih terlihat menarik baginya saat ini.

"Tante Tiara udah kasih lampu hijau, kan?"

Nova mengangguk.

"Terus kenapa ragu? Kamu nggak senang ya?"

"Bukan."

"Takut?"

Nova mengangguk, "ini nggak semudah yang kamu bayangin, Azzura. Sepuluh tahun. Sepuluh tahun gue ngilang tanpa kabar dan sekarang tiba-tiba gue muncul dalam situasi kayak gini? Lo pasti bisa ngebayangin betapa kecewanya Farah sekarang, kan?"

"Iya. Aku tahu. Tapi ini udah jadi pilihan kamu, jadi apapun konsekuensinya, kamu harus siap."

"Kayaknya gue nggak siap," Nova menggeleng lemah, wajahnya tertunduk memandangi lantai.

"Riko, junior Farah di rumah sakit. Aku dengar sering kasih hadiah buat Farah suka banget sama Farah sejak pertama kali di tempatkan di rumah sakit yang sama dengan Farah."

Nova tersentak, wajahnya memang masih menunduk, tapi telinganya mendengar tiap kalimat itu dengan sangat baik dan jelas.

Oke. Masih jaim? Aku lanjut kalau gitu.

"Jaka. Senior Farah di rumah sakit yang sama. Sering menawarkan diri untuk antar jemput Farah, ngajak Farah makan bareng, bahkan tetap ngejar Farah meski udah lima kali ditolak."

Wajah Nova terangkat, tapi pandangannya masih gengsi untuk melihat Azzura.

Mulai ada yang panas, tapi masih gengsi. Nggak apa. Aku tambahin lagi.

"Faris. Teman satu tim orkestra musik waktu acara peresmian gedung baru di sekolah kita dulu. Sampai sekarang masih dengan sabar kasih perhatian ke Farah," Azzura melirik Nova yang mulai memasukkan tangan ke saku celananya, ia tersenyum tipis, "aku dengar, Farah sangat dekat dengan yang ini. Kemungkinan Farah untuk luluh dengan pria ini sangat besar. Menimbang pria ini sabar, tampan dan juga kerjaannya bagus."

Sesuai prediksi Azzura, Nova langsung mengambil ponsel di sakunya dan menelpon bagian acara di talk show yang akan ia hadiri malam ini.

Azzura terkikik geli saat mendengar kalau ternyata Nova akhirnya mau menerima undangan mereka, "sok nya nggak mau, nggak siap, padahal udah rindu berat."

Nova mematikan telpon, "ayo, Azzura. Kita berangkat."

"Udah siap? Hm? Tadi katanya nggak siap? Baru diceritain tiga orang yang ngejar Farah udah kepanasan. Yang cewek juga ada loh yang ngejar-ngejar Farah. Jangan salah. Ada Geni, si pasien yang naksir berat sama Farah sejak ia berhasil dioperasi Farah. Terus Mery--

Nova berdehem, "gue rasa cukup. Farah itu punya gue. Titik," Nova bergegas mengambil tas dan bersiap keluar kamar, "lo nggak usah ganti baju ya. Gitu aja. Kita langsung berangkat."

Azzura tertawa sambil menggeleng gemas. Dia tak menjawab selain mengikuti Nova dari belakang. Azzura tahu kalau Nova berat melakukan ini, tapi ia tidak punya pilihan lain bukan? Yakin mau lebih lama dari ini?

Jika dulu hatinya berat untuk meninggalkan Farah karena permintaan Tiara, maka kali ini juga sama. Meski Tiara sudah mengizinkannya, tapi hatinya terasa berat bertemu Farah. Bukan. Bukan karena ia tidak mau, melainkan ia takut kalau Farah akan membencinya karena telah meninggalkannya.

Dehidrasa (GxG - COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang