"Lebih baik lo berhenti aja."
"Apanya?" Pandangan itu masih fokus pada lembaran-lembaran di atas mejanya.
"Rencana lo."
"Kenapa?"
"Ini udah kelewatan menurut gue."
"Kelewatan gimana, Neil?"
Neil menghela nafas, ia duduk di kursi belajar dengan posisi menghadap punggung kursi, "jadi jahat bukan passion lo, Zura."
Azzura menoleh dengan jari masih diselipkan pulpen, "itu jahat ya?"
"Menurut lo?"
Giliran Azzura menghela nafas. Ia buka kacamata anti radiasi miliknya, lalu ia letakkan ke atas meja, memandang kosong pada pulpen yang ia putar di jarinya sambil memikirkan banyak hal. Tentang masa lalunya, perasaannya, keluarganya, pesan orang tuanya, dirinya, dan orang yang disayanginya.
"Lo pasti enggak nyaman, kan? Jujur ajalah."
Azzura menoleh, "tau dari mana kalau aku enggak nyaman?"
"Keliatan dan terasa."
Azzura mengernyit tak faham. Apa iya terlihat dan terasa oleh Neil?
"Lo jadi lebih sering enggak fokus, senyumnya enggak setulus dulu, dan bagi orang-orang yang sadar, lo lebih sedikit sensitif sekarang."
Azzura diam, dia fahami maksud ucapan Neil sambil mengingat kembali di bagian mana ia seperti itu. Tentang tidak fokus? Ah iya, ia pernah ditegur saat di dalam kelas dan rapat osis karena pikirannya memikirkan banyak hal. Lalu senyuman yang tidak setulus biasanya? Mungkin, karena setiap saat hatinya seperti merasakan keganjilan, entah apa itu. Tapi kalau sensitif?
"Bukannya lo pernah bilang, ketika kita enggak nyaman dengan apa yang kita lakuin, bisa jadi itu pertanda kalau yang kita lakuin enggak benar."
"Ada yang kurang tepat."
"Ah. Ck. Iya itu maksud gue."
Hening. Azzura kembali sibuk dengan pikirannya, dan Neil masih menatap Azzura, menunggu kalau saja Azzura mau mengatakan sesuatu mungkin.
Neil bangkit dari kursinya, membuka kulkas di kamar Azzura, mengambil air mineral kemasan botol.
"Nih. Lo minum dulu."
Azzura menoleh, "aku enggak haus. Buat kamu aja."
"Lo bahkan harus dibuatkan alarm supaya ingat minum. Enggak ingat kata dokter minggu lalu kalau lo pingsan karena dehidrasi?"
Mata Azzura menyipit, "kok kamu jadi cerewet sih?"
"Tuh, kan? Naik satu oktaf dari biasanya."
Azzura mengerjap, jadi itu maksud sensitif yang dikatakan Neil?
"Udah enggak usah banyak mikir. Anggap aja gue teman yang perduli sama kesehatan lo," Neil kembali menyodorkan minumannya, "cepetan ambil, pegel tangan gue."
Azzura berdecak, "iya loh iya. Ini aku ambil dan aku minum."
Neil tersenyum, "gitu dong."
Azzura meminum air mineral itu dengan beberapa kali jeda, lalu minuman di botol itu pun habis tanpa sisa.
"Ah," ia lihat botol yang sudah kosong di tangannya, "eh?"
"Kenapa?"
Azzura menggaruk pelipisnya.
"Heran minumannya habis?"
Azzura tersenyum malu, "kamu kalau haus ambil aja, Neil di kulkas."
"Males. Kulkas kok enggak hidup. Kerongkongan gue enggak kerasa dialiri air kalau minum enggak pake es."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dehidrasa (GxG - COMPLETE )
Novela Juvenil[ Terima kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun 🙏 ] [ GxG Content ] Demi menghindari seseorang yang terus menerornya, ia melakukan sebuah kesalahan dengan mengambil foto sembarang orang untuk dipublikasikan sebagai...