Cry

2.5K 315 39
                                    

Jungkook baru saja mengalami serangan. Kita tidak bisa menunggu lagi. Operasi harus dilakukan sekarang, Yoongi.

Mau tidak mau. Suka tidak suka. Yoongi harus menandatangani surat persetujuan tindakan operasi pemasangan ring jantung untuk adiknya, dengan kondisi yang tidak baik. Operasi yang dilakukan setelah Jungkook mengalami serangan bukan pilihan yang bagus, tapi juga tidak buruk karena itu satu-satunya jalan agar adiknya selamat.

Yoongi hanya pulang sebentar dengan Jimin yang sudah menjemputnya, lalu bergegas kembali ke rumah sakit dengan usahanya sendiri, hatinya berharap dia bisa melihat adiknya terbangun lalu dia bisa berkata 'Dek, kakak tidak tersesat saat menuju kemari untuk memberikanmu pelukan ini', dan inilah yang dia dapatkan. Hatinya yang makin remuk, hancur tak bersisa. Adiknya koma sebab gagal jantung yang menjadi salah satu komplikasi karena adiknya tidak pernah kontrol, atau setidaknya meminum obat, bahkan menjaga kondisi. Selama ini Jungkook hanya memikirkan tentang dirinya saja. Sebagai kakak, Yoongi tidak bisa melakukan apa-apa.

Hatinya berteriak berkali-kali. Haruskah seperti ini? Takdir tidak pernah memberikannya cerah. Selalu mendung dengan badai yang tidak berujung.

Yoongi masih terdiam disampingnya. Dengan kedua mata kosong yang terarah pada wajah pucat pasi Jungkook. Kesepuluh jemarinya yang dingin masih dia remat didepan wajahnya. Setidaknya untuk melampiaskan kekesalan atau rasa cemas yang memenuhi hatinya. Air matanya sudah tidak bisa dia teteskan lagi. Mungkin belum.

Yoongi mendekat, dia ingin melihat wajah adiknya lebih jelas, meski itu membuat hatinya makin tersayat. Ketakutannya makin menjadi-jadi saat wajah yang ketara lelah dengan gurat yang tenang itu masuk dalam retinanya. Suara lengkingan dari monitor di ruang ICU makin membuatnya benci untuk berada disini.

Sebelum Jungkook operasi, bolehkah aku menemuinya dulu?

Yoongi sebenarnya tidak membutuhkan jawaban untuk pertanyaannya karena tentulah semua orang tidak akan menghalanginya untuk bertemu Jungkook. Dengan bibir yang dia gigit kuat dan juga tangan yang sudah dibasahi keringat dingin, Yoongi meraih jemari Jungkook, mengusapnya perlahan lalu berucap lirih, "Tolong berjuang sekali lagi untuk kakak, Jungkook" pinta Yoongi. "Kakak akan berusaha melawan alzheimer ini, lebih keras lagi, jika kau bisa melewati operasi kali ini" Yoongi mendekat pada Jungkook, dengan mata yang terpejam untuk beberapa saat lalu dia buka kembali, "Kakak bersamamu, kakak disini"

Kim Namjoon membuka pintu ruang rawat Jungkook. Yoongi yang sedang mengecup kening adiknya dalam dan juga dengan air mata menjadi pemandangan yang dia lihat saat ini. Kim Namjoon melawan keraguannya untuk melangkah, dia dan tim medis lain tidak bisa menunggu lagi, keselamatan Jungkook menjadi yang utama untuk mereka.

"Yoongi.." hanya dengan memanggil, Namjoon mengingatkan Yoongi. Dan tanpa menunggu lama Yoongi mengerti, perlahan dia melepas genggamannya sambil berucap lirih, "Kakak tau kamu bisa berjuang satu kali lagi untuk kakak" Yoongi mundur dua langkah, dengan enggan dan juga khawatir yang menguasai segala sisi tubuhnya. Yoongi mengangguk pada Namjoon.

***

Kakak menyayangimu Jungkook..

Dengan kedua tangan yang bertautan, menjadi tumpuan dari kepalanya yang sudah penuh, Yoongi merapalkan doa, berbicara dalam hati seolah Jungkook berada didekatnya saat ini.

Bagi Yoongi tidak masalah jika alzheimer itu akan membuatnya lupa siapa dirinya, tapi tidak dengan melupakan Jungkook. Itu sudah sangat berat untuknya, dia tidak ingin Jungkook meninggalkannya juga. Yoongi juga tidak pernah menyalahkan takdir, dia hanya menyalahkan dirinya sendiri. Ketidakbergunaannya sebagai seorang kakak sampai harus membiarkan Jungkook berjuang sendiri.

Remember [ Yoongi Jungkook] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang