Yoongi berulang kali membolak balik lembaran kertas putih pada buku hariannya. Jungkooknya belum pulang sampai berhari-hari dan polisi masih berkali-kali datang ke rumahnya, itu mengundang keresahan hatinya. Yoongi membaca tiap kata demi kata buku harian yang dia tulis dan itu kosong. Mimpi buruk yang hadir baru saja membuatnya tidak bisa mengendalikan kedua kaki dan tangannya yang gemetar.
Penganiayaan.
Siapa? Kenapa?
Itulah yang terus berputar dalam benak Yoongi. Lalu keputusannya berakhir pada langkahnya untuk memeriksa kamar Jungkook.
Tidak peduli tengah malam, tidak peduli dengan keringatnya yang bercucuran Yoongi terus mencari kebenaran tentang penganiayaan di rumahnya. Sesekali dia pukul sendiri kepalanya agar ingatannya bisa cepat kembali atau setidaknya rasa pusing itu segera membaik.
Sedangkan itu, kini dibalik sel tahanan sudah terdiam Jungkook dengan baju khas untuk tersangka. Semua bukti mengarah padanya, tidak akan ada yang bisa Jungkook lakukan selain berdiam diri seperti sekarang. Rasa ngilu pipi kanannya sudah hilang, beberapa saat lalu Ayah Kim Taehyung datang dan membogem wajahnya. Taehyung belum sadarkan diri dan Ayah Kim berucap terimakasih, sebagai balasan Jungkook akan mendekam di penjara.
Bagi Jungkook, itu lebih baik dari pada kakaknya yang harus mendekam disini. Imajinasinya tidak bisa membayangkan kehidupan Yoongi jika dia dipenjara. Bagaimana pengobatannya? Kesembuhannya? Yang Jungkook perjuangkan sampai sekarang.
Tapi Jungkook tetap hanya seorang adik yang akan selalu merindukan kakaknya.
"Aku ingin pulang.." lirihan itu hanya Jungkook sendiri yang bisa mendengarkan. Dibawa sinar rembulan malam dan juga dinginnya sel tahanan, sakit hati Jungkook karena kerinduannya mencuat.
Yoongi masih berusaha untuk mencari, mencari, dan mencari petunjuk yang mungkin bisa menjelaskan kepergian Jungkook. Tapi nyatanya tidak ada yang bisa dia lakukan selain hanya berusaha mengingat. Kalung Jungkook kini masih dia genggam setelah mendapatkannya dari Jimin.
Jimin...
Jimin!!
Ponsel Jungkook yang tidak terkunci diraih oleh Yoongi. Kedua jemarinya dengan gemetar mencari kontak Jimin, lalu menelfonnya.
Dijauh sana, tepatnya di rumah sakit.
Jimin menjenguk Taehyung yang sudah membaik hari ini, dan doa dari semua orang akhirnya terjawab. Meski dengan lemah, Kim Taehyung berhasil melewati masa kritisnya dan membuka mata. Seseorang yang dia cari pertama adalah..Jungkook.
Apa yang terjadi dengannya?
Jimin dan Taehyung sudah terlalu menyayangi anak itu seperti seorang adik. Taehyung sendiri begitu bahagia saat Jimin memperkenalkannya dengan anak itu. Bukan berlebihan, untuk menjadi seorang teman, Jungkook itu tidak cocok sekali. Usia yang lebih muda dengan tampang manis seperti itu, cocoknya menjadi seorang adik.
Jimin langsung menjawab panggilan dari Jungkook saat ponselnya berbunyi. Panggilannya memang dari Jungkook, tapi suaranya.
"Jimin, Jimin, ini Yoongi. A-aku kakaknya Jungkook. Jimin kau yang memberikan kalung Jungkook padaku? Dia dimana, Jimin? Aku juga ingat kau adalah teman kuliahnya. Jimin, Ji-jimin adikku dimana?"
Taehyung baru saja sadar, Jimin tidak mungkin membebaninya dengan mengatakan Yoongi tengah mencari Jungkook. Bukan waktu yang tepat, sangat tidak tepat.
"A-aku juga ingat, kau bilang Jungkook akan segera pulang. Dia belum pulang, Jim. Adikku belum pulang.."
Tangisan Yoongi makin membuat hati Jimin berteriak. Jimin berani membulatkan tekat meski harus menanggung resiko Jungkook akan memusuhi atau mengomelinya setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [ Yoongi Jungkook] || END
Fiksi PenggemarDia tetap Kakak terbaik yang pernah aku miliki.