Strongest

3.4K 363 10
                                    

Jungkook menyambut pagi dengan luka goresan pada punggung dan kedua lengannya. Padahal lebam membiru kemarin sudah hampir sembuh. Ia alihkan pandangnya pada Yoongi yang masih terlelap. Semakin lama Jungkook melihatnya, Jungkook makin mengingat segala rasa sakit yang kakaknya beri untuknya. Hatinya sesak terkadang Jungkook bukan takut pada Yoongi yang akan melupakannya. Tapi pada Yoongi sendiri, Jungkook takut pada kakaknya sendiri.

Jungkook mengambil nafas dan kembali merapikan kamar kakaknya yang berantakan. Jungkook tidak mau fikiran kakaknya yang sedang kusut makin tidak bisa diurai lagi ketika melihat kamarnya yang seperti kapal pecah.

Jungkook meringis sesekali merasakan punggungnya yang perih. Kadang juga menggelengkan kepala untuk mengusir pening di kepala. Dia tau dia masih demam tapi hari ini adalah jadwal kakaknya pergi untuk terapi. Setelah mengantar kakaknya Jungkook harus mencari pekerjaan.

Terakhir yang Jungkook rapikan adalah foto keluarganya yang lengkap dengan bingkai yang pecah. Senyum sendu tercetak pada wajah Jungkook yang masih pucat.

"Ayah, Ibu, bantu Adik ya"

Jungkook selesai dengan merapikan kamar Yoongi. Selanjutnya dia harus membuat sarapan untuk mereka berdua. Jungkook tidak khawatir untuk ini. Kemarin Yoongi belanja banyak sekali dan terdapat hotdog yang entah masih bisa dimakan atau tidak.

Jungkook memilih untuk tetap tinggal dirumah ini karena kenangannya. Jungkook berharap kakaknya tidak akan melupakan kenangan didalamnya. Jungkook ingin Yoongi selalu ingat jalan untuk pulang sejauh manapun dia pergi. Sejujurnya Jungkook tidak pernah berharap itu terjadi. Jungkook tidak ingin kakaknya terlibat masalah atau tersesat dijalanan.

Satu jam lamanya Jungkook memasak dan tidak ada keberadaan dari Yoongi. Apa kakaknya selelah itu? Tapi Jungkook harus pastikan dulu kakaknya sarapan barulah kakaknya bisa tidur lagi.

"Kakak", panggilnya dengan membuka pintu kamar Yoongi dengan perlahan. Jungkook memperhatikan dari jauh wajah lelap Yoongi.

"Kakak seperti Ibu kalau sedang tidur seperti itu", gumam Jungkook. Jungkook menghela nafas kembali lalu melangkah untuk membangunkan kakaknya. Tidak membutuhkan usaha yang banyak untuk membuat Yoongi bangun. Dengan tepukan pelan pada kaki Yoongi, Jungkook sudah bisa membuat kedua mata Yoongi mengerjap dan berusaha untuk fokus kembali.

"Kakak bangun. Sarapan"

Yoongi menganggukan kepalanya sembari mengusap salah satu pipi Jungkook lembut. Tanpa kata lagi mereka berdua makan dengan makanan yang baru saja Jungkook masak.

***

Yoongi ingat dirinya harus melakukan terapi setiap bulan atau kadang dua minggu sekali. Jungkook sedang duduk disampingnya dengan dokter ahli yang ada dihadapannya. Dokter itu menyodorkan papan yang berisikan nama hewan kadang nama tumbuhan atau juga benda, Yoongi harus berulang kali menyebutkan nama-nama itu.

"Min Yoongi, sekarang coba sebutkan nama dari orang yang ada disampingmu?", Dokter bername tag Lee Han Yoo itu memberikan intruksi lain pada Yoongi. Sejenak Yoongi mempertemukan tatapnya pada bola mata bulat milik Jungkook.

Jungkook makin meremas jemarinya dibawah meja, kedua tungkainya sedari tadi tidak berhenti dia gerakan. Dia cemas, ini adalah kali pertama dia menemani Yoongi untuk terapi. Biasanya Jungkook hanya akan menunggu diluar dan orang tuanya yang masuk.

"Min Jungkook, Adikku",Yoongi tersenyum dan kembali mengusak pelan puncak kepala Jungkook, sembari menjawab dengan suara yang begitu yakin. Jungkook dibuat lega karenanya, jika Jungkook tidak menahannya mungkin air matanya sudah jatuh.

Remember [ Yoongi Jungkook] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang