Smile

5.9K 502 19
                                    

Sayap milik mereka memang patah, namun kini mereka bersama Tuhan Yang Maha Penyayang. Jungkook kembali menyambut mentari setelah menghadapi mendung kemarin. Ketika kelopak matanya terbuka, Jungkook terkejut karena sang kakak ternyata sudah ada disampingnya. Jungkook bahkan langsung terduduk karena saking terkejutnya. Berbeda dengan Yoongi yang malah duduk tenang dengan senyuman sendu yang dia arahkan untuk Jungkook.

Jungkook masih dengan mata bulatnya yang membola itu terlalu bingung bagaimana memulai percakapan dengan kakaknya. Sampai pada tangan kanan milik Yoongi meraba pelan bahu kanannya dan menyibak sedikit kaos kebesaran milik Jungkook. Hal itu membuat luka Jungkook yang membiru terlihat, Yoongi mengerti ini salahnya, itu ulahnya. Dia pasti menyakiti Jungkook semalam.

Jungkook dengan gerakan cepat mengembalikan posisi kaosnya. Pandangnya masih fokus pada Yoongi yang kini menatapnya begitu sendu. Dalam situasi seperti ini Jungkook justru takut. Kakaknya akan lebih sedih jika tau dia terluka.

"A-aku jatuh, K-kak", Jungkook harap ini berhasil dia tidak ingin kakaknya kembali mengamuk dan melukai dirinya sendiri. "Ini hanya luka kecil, kakak tidak perlu cemas". Yoongi justru memejamkan kedua matanya erat. Kedua netranya kini memanas. Yoongi kembali menghembuskan nafasnya perlahan. Adiknya ini benar-benar pandai menipu orang lain.

Membisunya Yoongi tentu saja membuat Jungkook juga khawatir. Kadang kakaknya ini mengeluh sakit kepala atau hal lainnya. Takut-takut saat ini malah sang kakak sedang merasakan itu. "Kakak baik-baik saja, Kan?"

Yoongi mengangguk pelan dengan masih pada posisinya. Dia telah melukai adiknya sendiri sampai seperti itu. Harusnya dia bisa ingat pada adiknya sendiri, harusnya dia tidak boleh melupakan Jungkook. Yoongi harus melindungi Jungkook bukan, tapi kenapa jadi begini?

Yoongi mengutuk apa yang ada dikepalanya yang telah membuatnya begitu merepotkan. Semua keluarganya kalang kabut karena kondisi Yoongi.

Yoongi pun juga dilanda ketakutan jika suatu saat dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi. Yoongi tidak mau melupakan segalanya, terlebih tentang Jungkook. Yoongi tidak mau setiap sisi dari Jungkook jauh darinya. Namun Yoongi juga tidak ingin dirinya selalu menyakiti Jungkook jika dia sedang melupakan dia.

Kedua telapak tangan Yoongi yang gemetar ketakutan itu Jungkook raih dan dia tautkan pada telapak tangannya. Jungkook masih tetap setia menunggu Yoongi sampai yang empunya mampu membuka mata dan memulai percakapan dengannya. Salah satu tangan Jungkook juga terkadang mengusap air mata Yoongi yang jatuh.

Setelah beberapa menit, Yoongi mampu mengangkat kepalanya kembali dan memandang wajah sang adik yang begitu cerah dengan sinar mentari pagi yang menyinari mereka berdua. Jungkook yang tersenyum teduh itu membuat Yoongi menarik senyumnya juga.

"Kakak ingin memelukmu"

Tanpa jawaban Jungkook langsung merengkuh kakaknya. Jungkook menyandarkan kepalanya dengan nyaman pada bahu kiri Yoongi. Bahu tegap tempatnya bersandar juga saat ia tertidur didepan tv kemudian kakaknya yang memindahkan tubuhnya dikasur agar terlelap dengan nyaman.

Jika Jungkook bahagia merengkuh Yoongi, justru kebalikannya Yoongi ketakutan, rengkuhan adiknya justru membuatnya terisak.

"Kakak menyakitimu lagi? Maafkan Kakak"

Yoongi mengeratkan perlahan dekapan itu. Merasakan bagaimana rasanya dekapan adiknya sebelum dia lupa lagi. "Jujur saja, mana lagi yang kakak pukul?"

Jungkook menggeleng keras dan membuat dagunya ikut bergerak dibahu Yoongi. Yoongi sebenarnya bodoh karena menanyakan ini, tentu adiknya tidak akan mengaku. Jungkook tidak mungkin jujur kalau Yoongi yang memukulnya. Yoongi sendiri tidak terlalu ingat betul, dia hanya ingat kalau dia memukul seseorang dan langsung menuju kamar adiknya. Kemudian karena posisi tidur Jungkook yang menyamping Yoongi sebenarnya hanya ingin mengusap atau menepuk pelan punggung Jungkook, tapi yang dia lihat justru lebam yang bahkan hampir menyentuh leher.

Jungkook melonggarkan pelukannya dan menatap yakin pada Yoongi. Yoongi kembali melanjutkan apa yang ingin dia ucapkan dengan mengusap sisi kepala Jungkook. "Kakak tidak akan membiarkan ingatan kakak melupakanmu lagi"

Jungkook sebenarnya sudah sering mendengar janji Yoongi yang ini. Bukan, bukan Jungkook tidak percaya namun Yoongi yang seperti ini justru membuatnya harus segera mengantar kakaknya berobat. Orang-orang seperti kakaknya akan sering mengulang kata-kata yang sama dan akan sering mengingat hal-hal yang begitu menyenangkan dan menyedihkan disaat yang bersamaan.

Awal keluarga mereka mendengar diagnosa ini, Yoongi yang paling bersedih. Dia yang paling merasa tidak berguna. Berteriak dan juga menolak kenyataan dirinya adalah pengidap Alzheimer diusia muda tentu bukan perkara mudah untuknya. Dia gagal untuk membahagiakan keluarga yang dia punya dan itu pasti.

Namun Yoongi begitu beruntung karena berada pada keluarga yang penuh kasih sayang. Itu hal membahagiakan yang Yoongi syukuri bisa dia ingat sampai sekarang.

"Kak, jalan-jalan yuk", ajakan dengan suara ceria dan melengking itu langsung mengangkat kepala Yoongi untuk mendengar Jungkook. "Aku mau melihat keindahan pagi bersama kakak. Tidak apa, kan?"

Yoongi tersenyum tipis lalu menganggukan kepalanya. Dia mengusak pelan rambut Jungkook yang begitu halus. "Tentu. Kita juga bisa sarapan diluar kalau kau mau"

Tanpa membuang waktu lagi dua kakak beradik itu bersiap untuk berjalan santai. Iya, Jungkook benar pagi itu sangat indah, namun yang paling dia suka adalah malam yang penuh dengan bintang. Belum lagi jika ada rembulan yang begitu terang.

Jungkook selalu membayangkan bahwa sinar Yoongi selalu seperti itu. Rembulan yang indah pada malam yang penuh dengan bintang, Jungkook bintangnya.

Jungkook mengeluarkan ponselnya untuk membuat video. Terkadang juga dia memotret Yoongi yang dia biarkan berjalan mendahuluinya. Tangan Yoongi yang masih menaut padanya itu juga tidak lepas dari kameranya.

Yoongi yang menyadari itu langsung menoleh dan tertawa ringan melihat tingkah adik bungsu imut kepunyaannya.

"Tidak bosan selalu merekam kakak begini?"

Jungkook justru malah menggeleng lucu dan merengkuh tubuh Yoongi dari belakang. Tangan kanannya masih memegang kamera untuk memperlihatkan bagaimana dia memeluk Yoongi. Sebisanya Yoongi kembali mengusap kepala Jungkook yang bisa dia raih.

"Jagoannya Kakak" ucapan pelan Yoongi itu langsung mengundang tawa keduanya. Yoongi meraih kamera ponsel milik Jungkook yang merekam mereka berdua. "Tidak apa segalanya dariku diambil. Tidak apa aku melupakan siapa diriku. Tapi aku tidak akan melupakan Jungkook"

Yoongi menghentikan langkahnya dan memeluk ringan lengan Jungkook. Jungkook sendiri hanya diam dan membiarkan kakaknya melakukan apa yang dia suka.

Yoongi menoleh pada Jungkook yang sedari tadi juga memperhatikan dirinya. Bola mata sipit dan bola mata bulat itu saling bertukar pandang seperti tengah mengucapkan rasa sayang masing-masing meski hanya melalui pandangan.

"Semua tentang Jungkook sudah kakak simpan dalam hati. Jadi kakak tidak akan melupakannya"

Inilah Yoongi, inilah kakaknya yang dia kenal, yang selalu menyayanginya. Jungkook tidak peduli untuk masa depan dia ingin merawat Yoongi meski dengan resiko apapun.

Remember [ Yoongi Jungkook] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang