Tidak ada yang menginginkan situasi menjadi serumit dan semenyakitkan ini. Seseorang yang dia miliki, satu-satunya, harus terjatuh dan ia yang menjadi sebab.
Bukan!
Bukan ini yang Yoongi inginkan. Batinnya sudah tidak kuat lagi untuk melihat lebih lama tubuh adiknya yang harus ditekan dadanya berkali-kali dan tersentak oleh defibrilator. Terlihat menyakitkan. Tangisnya sudah makin menderu, hatinya sudah terpukul begitu keras sampai Yoongi tidak bisa merasakan sakit lagi.
Kau bodoh Yoongi! Bodoh!
Yoongi hanya terdiam dan menangis sejak Jungkook dibawa masuk menuju ruang resusitasi di IGD rumah sakit. Jimin dan Taehyung juga belum berani membuka suara. Dua orang itu mengambil resiko untuk meninggalkan kuliah dan menemani Yoongi. Situasi sedang sangat kacau. Taehyung sudah menghubungi ayahnya untuk meminta bantuan, setidaknya ada wali yang sanggup menandatangani tindakan untuk Jungkook karena Yoongi...sepertinya tidak memungkinkan untuk melakukannya.
Kedua kakinya melemas, tidak bisa diajak untuk berdiri lebih lama saat usaha menyelamatkan Jungkook terlihat sia-sia saja. Tubuh Yoongi terhempas, berujung pada lantai dingin rumah sakit dengan kepala yang tetap ia tumpukan pada dinding. Awalnya, Yoongi hanya berniat untuk menanyakan pada Jungkook alasan dia putus kuliah, tapi kemudian satu-satu ingatannya kembali, adiknya yang rela dan ikhlas meninggalkan masa depan dan memilih merawatnya. Yoongi benar-benar tidak bermaksud membuat keadaan Jungkook menurun.
Yoongi juga mengingatnya.
Semua kasih sayang dan cintanya untuk sang adik seakan tertarik dari dalam hatinya, tak bersisa saat Yoongi menampar Jungkook dengan keras, didepan orang banyak.
Kakak minta maaf dek...
Satu jam sudah Jungkook berada didalam sana. Membiarkan Yoongi dengan segala kesedihan yang begitu menusuk. "Kenapa jadi begini? Kenapa..." hanya Yoongi saja yang bisa mendengar lirihannya sendiri. Jimin dan Taehyung masih duduk termenung dengan rasa khawatir yang belum sembuh. Yoongi yang menyadari tidak ada ayah dan ibunya kemudian mengangkat kaki untuk berlari, pulang ke rumah. Orang tuanya harus tau keadaan Jungkook. Biarkan jika nanti Yoongi yang disalahkan, karena memang kenyataannya begitu. Kalau saja dia bisa menahan emosi, Jungkook tidak akan seperti ini.
"Kak Yoongi! Tunggu! Kak Yoongi mau kemana!!" cegah Taehyung dan Jimin bersamaan. Tapi suara mereka tak diindahkan sedikit pun olehnya. "Jimin, kau tunggu disini. Aku akan mengikuti Kak Yoongi" Jimin meremat pergelangan tangan Taehyung, "Jika kau sudah tidak yakin dengan keadaannya segera kabari aku"
Taehyung tanpa membuang waktu lagi segera melanjutkan langkahnya. Jimin menolehkan kepalanya, melihat Jungkook yang masih kritis dengan suasana yang begitu tegang terasa sampai diluar ruang resusitasi IGD.
"Aku tidak mau mendengar kabar buruk Jungkook. Jadi pastikan kau baik-baik saja.." doanya untuk pemuda yang sudah seperti adiknya sendiri.
***
Kedua kaki Yoongi melambat setelah melihat makam dengan nisan bertuliskan nama kedua orang tuanya. Yoongi tidak mengerti, niat hati ingin pulang ke rumah tapi langkahnya justru menuntun Yoongi ke pemakaman.
"Apa yang terjadi? Ayah, ibu.."
Yoongi mendekat, bersimpuh tepat ditengah makam keduanya. Yoongi menatap lekat nisan-nisan itu dengan mata yang sudah banjir. "Ayah, adik, dia sakit" Tentu tidak akan ada yang menjawab, tangannya yang sudah gemetar terangkat untuk mengusap nisan milik ayahnya. "Ayah.. Apa aku melupakan sesuatu lagi? Ayah jawab aku, Yah..". Hatinya sakit, nafasnya makin sesak. Yoongi tidak tau mana ingatannya yang benar. Semua kejadian yang dia alami seolah menyerbu kepalanya sehingga membuat Yoongi tidak bisa mengingat satu pun kenyataan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [ Yoongi Jungkook] || END
Fiksi PenggemarDia tetap Kakak terbaik yang pernah aku miliki.