Kita observasi dulu kondisinya, Yoongi. Untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jantungnya tidak menunjukan penurunan.
Sedetik pun senyuman itu tidak luntur dari wajah putih milik Yoongi. Kedua tangannya tergerak untuk memakaikan kalung Jungkook, mengembalikannya kepada pemiliknya. Perlahan, Yoongi sudah melakukan itu dengan lembut, tapi adiknya itu malah terusik dari tidurnya. Alhasil, Jungkook membuka matanya perlahan, padahal Jungkook baru tertidur sekitar sepuluh menit yang lalu setelah sadar dan diperiksa oleh Namjoon.
Jungkook berkedip perlahan, kedua bola mata itu kembali berkaca-kaca. Ia bahagia, wajah kakaknya adalah yang pertama kali dia lihat setelah harus berjuang melalui rasa sakit. Perih, ngilu, sesak, jadi satu didadanya. Jungkook tau dia baru saja operasi, dia tidak asing lagi dengan rasa sakit yang seperti ini. Kejadian dua tahun yang lalu terulang kembali, bedanya tidak ada kedua orang tua disisi mereka.
Jungkook ingin mengucap banyak hal, tapi satu pun tidak ada yang bisa dia katakan karena alat pernafasan yang menjejal kerongkongannya. Jungkook sangat merasa terganggu dengan alat itu, namun dia tetap membutuhkannya.
Maafkan kakak. Jangan sakit lagi. Kakak benci melihatmu seperti ini.
Apakah kakaknya berucap demikian? Ucapan yang sama seperti dua tahun lalu saat dia selesai menjalani operasi transplantasi jantung. Lalu, kali ini operasi apa? Apakah dia semakin parah? Atau mengalami komplikasi?
Batin Jungkook bertanya-tanya, apakah kakaknya baik-baik saja selama dia terbaring seperti ini? Siapa yang menjaga kakaknya? Bagaimana terapinya? Dokter Lee.. Adakah seseorang yang mengantarkan Yoongi padanya?
Genggamannya mengerat saat kepalanya penuh dengan tanya. Yoongi makin mengikis jarak antara mereka, mengusap sisi wajah Jungkook yang bisa dia raih. Banyak alat yang menghalangi mereka, dia tidak ingin Jungkook jadi kesakitan kalau alat-alat itu bergeser atau menusuknya.
"Kakak baik-baik saja kalau kamu juga baik-baik saja, Jungkook"
Seakan Yoongi tau batin Jungkook, Yoongi memberikan jawaban yang membuat Jungkook tenang.
Aku ingin dipeluk kakak...
"Kakak ingin sekali memelukmu. Untuk itu segeralah membaik agar kakak tidak perlu takut. Banyak alat yang menghalangi kakak disini"
Jungkook tidak tau, mungkin kakaknya memiliki semacam telepati sehingga keinginan Jungkook bisa dibaca kakaknya dengan mudah.
"Kau merindukan ayah dan ibu? Kakak bisa menelfon mereka"
Kening Jungkook mengeryit. Nafasnya mulai berat untuk dia tarik. Permohonan bagi alzheimer itu untuk berhenti mempermainkannya tercipta, batinnya memohon, hatinya meminta Yoongi untuk menyadari bahwa ini bukan kejadian dua tahun lalu.
Jungkook menggeleng pelan.
"Baiklah. Nanti pasti mereka akan kesini. Kamu tidak perlu khawatir. Kalau begitu kakak keluar dulu. Kakak akan kembali"
Tangan kanan Jungkook yang terdapat oksimeter meraih lengan kakaknya dengan sigap. Jika tidak begitu Yoongi tidak akan bisa dia raih. Wajah Jungkook yang masih pucat pasi kini menunjukan raut ketakutan. Berkali-kali Jungkook menggelengkan kepalanya.
Yoongi berkedip cepat, dia berfikir lamban. Jungkook tidak ingin dia tinggal? Kenapa? Ayah ibunya akan segera kesini jadi Yoongi rasa Jungkook tidak perlu setakut itu.
Kim Namjoon bergabung dengan kakak beradik didalam kamar rawat itu. Kedua bola matanya memperhatikan sejenak posisi Jungkook yang seakan mencegah Yoongi untuk melangkah. Dan ternyata memang demikian, langkahnya ia ambil dengan lebar saat Jungkook berniat bangun dari tidurnya. Yoongi dan Namjoon membantu Jungkook untuk terbaring kembali. Menenangkan Jungkook yang mulai sesak nafas. Kim Namjoon juga ikut panik melihat Jungkook seperti ini. Kondisinya tidak boleh menurun. Ini adalah masa pemulihan, akan sangat beresiko jika Jungkook collapse.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [ Yoongi Jungkook] || END
Fiksi PenggemarDia tetap Kakak terbaik yang pernah aku miliki.