Yoongi masuk kekamar adiknya. Perlahan membuka pintu dan melihat kamar yang begitu rapi dan wangi. Seutas senyum merekah diwajahnya, adiknya ini tidak pernah berubah. Yoongi makin masuk kedalam ruangan yang menjadi privasi untuk Jungkook. Dia jadi ingat dulu mereka tidak mau berpisah kamar tapi seiring berjalannya waktu mereka harus memiliki kamar berbeda karena urusan masing-masing. Dalam hubungan kakak adik memang terkadang harus ada rahasia, hanya sedikit.
Pandangnya langsung fokus pada jejeran foto dengan lampu kerlap kerlip pada salah satu dinding kamar adiknya. Foto keluarga, dirinya, foto masa kecil dan bahkan ada foto saat mereka berjalan pagi bersama. Setelah tersenyum dengan bahagia, alisnya berkerut. Yoongi tau foto-foto itu tidak urut sesuai tanggal. Adiknya itu pasti asal untuk menyusunnya. Baiklah, Yoongi yang harus menyusunnya sesuai dengan tanggal dan urutan kejadian.
Mengenang waktu mereka seperti ini membuat Yoongi berfikir kalau Jungkook adalah adik yang kuat dengan segala kelembutan hati yang dia punya. Yoongi bangga padanya. Yoongi yang semasa kecil selalu menggendongnya tidak menyangka kalau waktu berjalan begitu cepat. Jungkook sudah tumbuh sedewasa ini. Selain adik dia juga merupakan saksi hidup untuk Yoongi, proses bagaimana dia berubah menjadi kakak yang baik, Jungkook lah saksinya.
Yoongi selesai dengan menyusun foto yang diambil oleh Jungkook. Kemudian dia berinisiatif untuk berbelanja, setidaknya ketika Jungkook pulang dia tidak akan kelaparan. Yoongi harus membuatkan makanan untuk adik kesayangannya.
Pandangan Yoongi langsung tertuju pada toko mini market yang berada tak jauh dari rumahnya. Yoongi dan Jungkook itu terbiasa berjalan. Dia tidak mau menggunakan kendaraan kecuali perjalanan jauh. Yoongi memilah beberapa barang keperluan rumah tangga dan bahan masakan yang berujung pada makanan kesukaan Jungkook.
Dalam proses belanjanya itu, Yoongi teringat untuk membelikan hotdog yang ada disekitar perumahan tempat mereka tinggal. Itu adalah hotdog terbaik yang pernah Jungkook rasakan, itu katanya.
"Kakak pastikan hari ini kau makan enak, Dek"
Yoongi ingin segera menyelesaikan belanjannya dan pulang kerumah. Makan malam dengan adiknya adalah kebahagiaan sederhana yang selalu dia ingin rasakan setiap hari.
***
Jungkook tidak pernah main-main ketika berkeinginan untuk merawat Yoongi dan hanya fokus untuk kesembuhan sang kakak. Jungkook bisa merelakan segalanya termasuk studinya. Kini dia berjalan lesu sembari menatap kertas yang berisikan dirinya sudah resmi keluar dari universitas yang menjadi tempatnya bermimpi.
Jungkook menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ini untuk kakaknya tapi ada sudut dihatinya yang menangis karena merelakan mimpi dan cita-citanya. Yoongi akan marah kalau tau hal sekonyol ini terjadi. Tapi Jungkook juga tidak bisa untuk tidak peduli.
Kedua orang tua mereka pergi tentu saja turut ambil andil dalam masalah uang dan kebutuhan Yoongi dan Jungkook. Memang masih cukup, tapi Yoongi butuh pengobatan. Jungkook harus pandai-pandai mengatur. Yoongi juga sudah tidak bisa bekerja lagi karena yang Yoongi ingat hanyalah keluarga, tiada pekerjaan dan teman.
Kesedihan yang dia rasakan karena memilih mundur dari pendidikan memang cukup membuatnya sesak tapi Jungkook tau dia akan cepat melupakan ini begitu dia bisa membuat jadwal terapi Yoongi lebih teratur.
"Jungkook!!"
Suara lembut dari Jimin membuyarkan lamunannya. Jungkook tersenyum membalas teman sekaligus senior yang juga sudah seperti kakak untuknya. "Apa kau tidak bisa sebentar saja tidak membuatku cemas? Apa yang membuatmu mengambil keputusan seperti ini?", belum sempat juga Jungkook membalas Jimin kembali melanjutkan dengan kilatan mata yang marah dan tersirat rasa kecewa didalamnya, "Kau bisa berbagi kalau kau punya kesulitan. Jika masalahnya uang aku bisa membantumu, Jungkook. Kembali keruang rektorat dan batalkan keputusanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember [ Yoongi Jungkook] || END
Fiksi PenggemarDia tetap Kakak terbaik yang pernah aku miliki.