*(backsound) Andre Hehanusa - Bidadari 🎶*
-----*****-----
"Nggak makan?" Wajah Cakra menyembul menyapa Nira di tengah pembuatan laporan kredit, ketika tahu bahwa salah satu kubikel di divisi seberang ruangannya ada yang mengisi pukul setengah dua siang ini.
"Eh, n-nanti dulu, Pak. Masih banyak." Nira beralasan sambil menyelesaikan sisa angka.
"Nggak usah buru-buru, besok lusa baru saya periksa kok. Kamu mau saya marahin Emil karena udah biarin kamu melotot depan komputer dari pagi?" Sebaris ancaman terhadap kepala divisi dilayangkan oleh Cakra, membuat Nira mau tak mau menggerakkan kursor ke menu save, lalu mengembalikan posisi layar ke beranda wallpaper-nya berupa scan foto polaroid dirinya bersama Jesse.
Senyum simpul Cakra menyirat makna, terlalu cepat bagi ia untuk lekas cemburu.
"Mau makan di mana, Pak? Saya temenin." Kata Nira sembari menenteng dompet dan ponsel, berjalan di sisi Cakra menuju lift.
"Keberatan nggak kalau fast food? Udah lama soalnya." Cakra membayangkan KFC di lobby kantor. Aroma minyak dari dada crispy sempat menggugah konsentrasinya bekerja bila diingat dua jam yang lalu.
"Boleh. KFC bawah, kan?" Nira menyetujui, memberi ruang bagi orang lain yang memasuki lift.
Dua bulan terlewati bagai halaman buku cerita berhias tinta warna-warni. Nira begitu menikmati pekerjaan barunya sebagai staf akuntan, di sela aktif berlatih menari di rumah atau studio kampus, menjelang wisuda Sabtu depan. Tidak ada lagi rasa kaku menghadapi Cakra, meski segaris luka terasa membekas basah kala Jesse masih menampakkan di rumah, entah untuk mengantar Asti ke TK atau menjemput Asti bermalam minggu.
Di mana dua tahun kemarin, hal itu hanya dirasakan oleh Nira sendiri.
Sikap profesionalisme Cakra dan Nira pun terbawa cukup baik di kantor, walau keduanya harus diam-diam bertemu di basement ketika membahas soal Laras. Entah saat Laras ingin dijemput Nira pulang sekolah, atau Laras menginginkan hadir Nira di rumah. Tak jarang Nira meminta izin untuk memonitor pekerjaan di kediaman Cakra, jika Cakra membujuknya agar Laras tidak ngambek.
Cakra pun tidak berubah, komunikasi satu arah dari Laras kepadanya tetap dibalas senyum, gelengan, atau kalimat singkat tanpa makna. Ingin rasa Nira melemparnya dengan bom molotov jika tidak ingat gaji setiap bulan dibayar dari rekening siapa.
Di sinilah mereka berdua, duduk berhadapan menikmati paket makan siang masing-masing. Nira bahkan tidak peduli sisa sambal menempel di luar garis bibir saking senangnya bisa memakan ayam goreng waralaba lagi.
Kebiasaan pacaran sama dokter ya, Nir? Makan sehat terus, hmm.
"Nira," panggil Cakra agak ragu.
Dagu Nira naik sedikit, menyuruh agar Cakra meneruskan bicara.
"I-itu.. ada sambel nempel.." telunjuk Cakra mengarah ke bibir bagian kiri Nira.
"Oh, iya. Nanti diberesin." Sahut Nira datar. Kini ia berganti menggerogoti bagian sayap, seakan jauh lebih menarik dibanding beradu pandang dengan Cakra yang sudah selesai makan, asyik memandang Nira dan menyedot lychee float.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI [TELAH TERBIT] ✔️
FanfictionCakrabirawa dan Kanira dipertemukan ketika berada di tepi jurang sembilu, demi merajut harapan baru meski harus bertabur sesal dan rindu. "Kakak gue jadian sama pacar gue." - Kanira "Ngundang Maliq & D'essentials orkes di resepsi itu nggak murah."...