Dua tahun menjalani kisah asmara, malam Minggu bukanlah hal sakral bagi Nira dan Jesse. Nira sibuk membagi waktu antara diri sendiri, pergaulan, keluarga, skripsi, dan cinta, sementara Jesse pun mau tak mau harus double incharge karena ada rekan sesama yang dipindah tugaskan sementara ke cabang rumah sakit daerah lain.
Pukul enam lewat tujuh menit petang, Jesse duduk manis menunggu Nira di ruang tamu, memberi ruang agar komunikasi senantiasa terjalin meski tidak harus keluar rumah.
"Dari rumah, Mas?" Nira mengajak basa-basi sebentar setelah menuruni tangga, menjumpai Jesse sehabis mandi dan berganti pakaian.
"Iya. Kamu rajin banget udah rapi, wangi pula, mau ke mana sih?"
"Mau ketemu pujaan hati lah."
Kedua orang itu bertukar senyum.
"Sepi, Ra.." Penglihatan Jesse menyisir ruangan berinterior khas kolonial Jawa di area perumahan selatan Jakarta itu. "Orang tua sama kakak kamu pergi?"
"Biasa, ada undangan dari kolega bapak."
"Terus kenapa nggak ikut?"
"Kalau aku ikut nanti kamu digigit nyamuk dong di luar."
Tawa mereka berderai indah. Nira lantas menarik tangan Jesse, mengajak cowok itu ke ruang tengah dan menyalakan televisi, mencari-cari serial seru di Netflix untuk ditonton berdua.
Jesse lalu mengeluarkan sekotak meat lovers pizza ukuran sedang, satu liter Cola, kentang goreng, salad, dan almond choco pie favorit Nira buatan mama Jesse dari tas kanvas yang dibawanya dari rumah ke atas meja. Menata apik, memotret, kemudian membagi di ruang obrolan teman satu gengnya.
Wajah Nira berseri-seri memandang aneka makan malam itu, berterima kasih dalam hati bahwa Jesse masih suka memberi kejutan, seolah mengerti bahwa kepalanya di ambang stres namun sukar diajak mencari udara segar.
Perhatian sederhana Jesse sukses memekarkan hati Nira.
"Oh ya, aku udah taruh martabak cokelat kacang di meja makan, buat bapak, ibu, sama Asti." Jesse mengujar sembari duduk di samping Nira, memilin-milin rambut hitam panjang nan menawan itu, menghirup aroma mawar lembut, dan mencium pipi gadis itu.
"Mas," Nira memeluk lengan Jesse. "Kamu sadar nggak kalau kamu itu bisa aja udah aku anggep lebih dari pacar?"
"Kenapa kamu bisa mikir begitu?"
"Mas nggak cuma perhatiin aku, tapi juga orang tua sama kakakku. Kemarin-kemarin, Mas sering bikin kecewa karena udah jarang anter jemput aku, Mas juga nggak peduli sama acara kampus aku. Aku tahu kalau kerjaan Mas lebih penting, tapi aku juga mau kalau momen begini nggak cuma sekali dua kali."
"Jadi, kamu ngerasa kalau sekarang aku mencoba menebus kesalahanku?"
"Mas, aku.."
Berhenti bicara, Nira, Jesse sedang mengungkap perasaan lebih dari kata ketika dirimu dibawa ke dalam pelukan hangat plus tautan lembut di sepasang bibir manis masing-masing.
"Aku minta maaf, Kanira." Jesse berbisik halus saat dirasa Nira meremas ujung kancing teratas kemejanya, memohon pasokan oksigen. "Kalau kita sama-sama udah nggak sibuk lagi, aku bakal berusaha supaya waktu kita kembali membaik."
"Aku nggak minta waktu kamu, Mas. Aku mau kamu."
"Terus aku harus apa?"
Giliran Nira lebih dulu menguasai Jesse, melumat bibir cowok itu, memberi keyakinan bahwa Nira mencintai Jesse bukan karena jabatan dan material, melainkan soal tempat di mana hati tertambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI [TELAH TERBIT] ✔️
FanfictionCakrabirawa dan Kanira dipertemukan ketika berada di tepi jurang sembilu, demi merajut harapan baru meski harus bertabur sesal dan rindu. "Kakak gue jadian sama pacar gue." - Kanira "Ngundang Maliq & D'essentials orkes di resepsi itu nggak murah."...