"Mbak, KTM-nya jatuh." Seorang laki-laki berjaket biru tua menegur Nira di depan toko kosmetik, siang pukul satu lewat delapan menit, kemudian menyerahkan sebuah kartu mahasiswa milik Nira yang jatuh dan terinjak tanpa sengaja.
Nira mendadak menghentikan langkah, menyadari bahwa kartu penting itu lepas dari genggaman demi berburu diskon lip tint.
"Terima kasih, Kak! Haduh, untung aja.."
"Disimpan di tempat aman, ya. Susah itu urusnya."
"Hehe.. iya, Kak. Tahu aja. Terima kasih sekali lagi." Tubuh Nira setengah membungkuk, memperhatikan bahwa lelaki tadi sangat baik. Kalau ditemukan orang lain, belum tentu mau dikembalikan, bisa jadi malah disalah gunakan.
Bukan maksud Nira mempercantik diri dengan membeli lip tint berpotongan harga fantastis, ini dikarenakan tugas pementasan akhir di minggu depan mewajibkan Nira berdandan sedikit lebih menor. Jadilah ia kelabakan mencari warna pemerah bibir yang sesuai dengan kepribadiannya, namun tetap cocok untuk dibawakan di atas panggung.
Lelaki tadi masih ada, ikut masuk ke dalam toko kosmetik di pinggir jalan dan mencari-cari sesuatu.
"Permisi, Mbak." Lelaki itu terpaksa menegur Nira sekali lagi.
"Lho, Kakak masih di sini? Ada yang bisa saya bantu?"
Salah satu kelebihan seorang Nira adalah peka terhadap sekitar yang membutuhkan. Termasuk sekarang, ketika si lelaki malah menggaruk kepala seraya menyeringai lebar.
"Hmm.. saya boleh minta tolong pilihkan lipstik buat tunangan saya? Hari ini anniversary kita yang pertama."
Bicara soal peringatan hari jadi, Nira mengulum senyum pahit. Kemarin, ia sempat menghubungi Jesse, mengucap selamat atas anniversary mereka yang kini berusia 2 tahun 3 bulan. Namun apa daya, operator wanita otomatis justru menyambut niat Nira sebelum Jesse menjawab. Bahkan sampai sekarang pun tak ada tanda-tanda Jesse dan Nira terlibat komunikasi dua arah.
Ya sudah, menolong orang jauh lebih baik daripada memusingkan urusan sendiri.
"Kalau boleh tahu, tunangan Kakak seperti apa orangnya?" Nira bertanya sambil melangkah ke deretan rak berisi bermacam lipstik dengan beragam merek.
"Dia wanita mandiri, sukses berkarier, sayang keluarga, suka berpetualang." Deskripsi lelaki itu, pandangannya tak lupa menyuguhkan senyum mengingat si pasangan, membuat Nira ikut senang.
"Waah, beruntung banget Kakak bisa dapetin wanita cantik begitu. Oke, aku ada tiga pilihan. Kakak lebih suka kalau tunangan Kakak pakai matte lipstick warna romantic tender, lip lacquer yang soft rose, atau lip cream mirip pink coral nih? Tapi agak kecokelatan jadi kelihatan lebih natural."
"Kok kamu malah tanya saya?"
Nira berusaha menahan tawa. "Saya juga punya pacar, Kak, cewek itu dandan nggak cuma buat kesenangan dan penghargaan buat diri sendiri kok, siapa tahu dia juga mau menyenangkan orang tua, temen-temen, sama pasangannya. Cewek mana sih yang nggak mau dibilang cantik?"
"Bener juga." Lelaki itu tertawa kecil. "Saya menuruti kamu aja, apapun pilihan kamu, pasti bagus dipakai siapa saja termasuk tunangan saya."
"Yakin nih? Kalau jelek gimana?"
"Nggak ada perempuan baik yang mau menjelekkan sesamanya."
Waduh, Nira mengatupkan mulut rapat-rapat. Secara rupa, lelaki itu memang terlihat muda, meski tampilannya rapi bagai eksekutif. Kedewasaan dia dalam bicara menumbuhkan rasa kagum di benak Nira seketika, sontak melupakan Jesse walau sesaat.
![](https://img.wattpad.com/cover/189199589-288-k137637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARASATI [TELAH TERBIT] ✔️
FanfictionCakrabirawa dan Kanira dipertemukan ketika berada di tepi jurang sembilu, demi merajut harapan baru meski harus bertabur sesal dan rindu. "Kakak gue jadian sama pacar gue." - Kanira "Ngundang Maliq & D'essentials orkes di resepsi itu nggak murah."...