Berlari setengah mati, tanpa lelah dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat, tak peduli hujan yang terus mengguyur, bahkan payung yang ia kenakan telah rusak atau peyot di sana-sini, karena tertiup oleh angin kencang.
Yang ada dipikiran jeongyeon hanya nayeon.
Pemuda tersebut tiba di sungai han, ia berhenti sejenak guna menangkap nafasnya yang telah tersengal-sengal. Kepalanya sibuk menoleh kesana kemari demi mencari sosok gadis yang ia cintai.
"Nayeon-ah..."
Hujan mulai berhenti, tak sederas tadi. Hal ini tentu mempermudah pencariannya.
Dia terus berjalan hingga akhirnya menemukan orang yang ia cari, tengah duduk di atas sebuah bench seraya memeluk lutut dengan kepala tertunduk.
Jeongyeon mendesah panjang sebelum berjalan mendekati nayeon. Dia menggeleng tak percaya, malam cukup dingin dan gadis itu hanya memakai sebuah kemeja tipis yang cukup pas di badannya, sebagai pembukus tubuh. Dan yang lebih parah, pakaian itu telah basah kuyup diterpa air hujan.
Pemuda tersebut meletakkan payung di atas kepala nayeon kemudian melepaskan jacket yang ia kenakan.
Merasa jika hujan tak memukul tubuhnya lagi, nayeon lantas mengangkat wajahnya. Pada saat itu kedua mata mereka saling berpapasan.
"Jeongyeon-ah.."
Pemuda itu diam dan lebih memilih menyampirkan jacket miliknya ke tubuh sang gadis.
"Bodoh..mengapa kau masih disini..bukankah kau tahu hujan tengah turun sangat deras.." ucapannya terdengar ketus, namun
masih terbesit rasa risau disana."A-akhirnya kau datang juga.." parau, tubuhnya pun menggigil.
Jeongyeon bisa melihat wajah pucat nayeon dengan sorot mata menyedihkan. Itu sangat-sangat menyakiti hatinya.
Pemuda itu memakaikan dengan benar jacket miliknya ke tubuh nayeon, tak lupa mengancingkannya agar tubuh gadis ini merasa hangat.
Dia juga meraih tangan nayeon dan memberikan payung tersebut padanya.
"Mengapa kau sangat keras kepala hah..bagaimana jika aku tidak datang sampai esok hari..apa kau akan tetap menungguku disini?" rasa kesal dan khawatir bercampur di dalamnya, jeongyeon tak menyangka nayeon akan berbuat se nekat ini. Menunggunya yang belum tentu pasti akan datang.
"Ta-tapi bu-kankah kau akhirnya da-tang..hatchimm..." nayeon tersenyum kecil. "ah.."
Jeongyeon mengangkat topinya, menyugar rambutnya kebelakang sebelum memandang nayeon dengan tatapan miris.
"Gadis bodoh.Sekarang bangun dan pulang lah..orang tuamu sangat cemas..mereka menunggumu dirumah.." setelah mengatakan itu, jeongyeon melangkahkan kakinya untuk pergi.
Melihat jeongyeon yang berjalan menjauhinya, nayeon segera berdiri hendak mengejar pemuda tersebut.
"Jeongyeon-ah..aw..." tubuhnya berat dan kepalanya terasa sangat pusing, meski begitu ia tetap mencoba untuk berlalu demi mengejar jeongyeonnya.
"Jeongyeon-ah..berhenti.."
Jeongyeon melangkahkan kakinya untuk terus menjauh, giginya saling bergelatuk, berusaha tak memperdulikan sosok gadis pujaannya itu.
"Jeong.." ia mencoba berjalan lebih cepat, namun terlalu sulit, tubuhnya cukup lemah.
"Ber-henti..ku mohon.."
Brukk..
Jeongyeon menghentikan lajunya setelah mendengar sesuatu yang terjatuh. Dia berbalik dan menemukan nayeon terbaring lemah di atas lantai yang basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE BETWEEN OUR FINGERS (Completed)
FanfictionKetika cinta dipisahkan oleh status sosial. 2yeon jeongyeon x nayeon genderbender alert.