Entah apa yang ia pikirkan tadi, namun kali ini, jeongyeon begitu menyesali pilihannya.
Kini ia meruntuki keputusannya yang telah menuntunnya untuk berada di depan rumah sakit tempat nayeon sekarang dirawat.
Melangkah ragu melewati koridor dan persimpangan hingga tibalah ia di depan ruang rawat inap sang terkasih.
Pemuda itu mematung sejenak, ada keraguan yang menyelubungi hatinya ketika ia hendak masuk ke dalam.
"Hufft..."
Ditatapnya sebuket mawar merah serta sebuah bolster berbentuk kelinci di kedua sisi tangannya.
Tubuhnya berputar, mendesah pasrah, ia berlalu menuju sebuah kursi panjang. Duduk disana dengan mata menyorot ke pintu ruangan yang tertutup rapat.
"Aku akan memeriksa nona Im terlebih dahulu..kau bisa pergi duluan.."
Seorang suster wanita berjalan pelan menuju ke ruangan dimana nayeon dirawat.
Sejenak ia berfikir, ditatapnya dua benda di tangannya kemudian beralih ke suster yang kian mendekat.
"Nona..."jeongyeon bangkit dari kursinya, menghampiri sang perawat yang sudah memegang handle pintu.
"Ya..." wanita yang berusia kurang lebih tiga puluh tahunan itu nampak mengernyit bingung.
"Bisakah..kau memberikan ini pada nona Im.." perawat itu memandang sekilas benda-benda yang jeongyeon ulurkan kepadanya.
Meskipun sedikit merasa aneh, wanita itu pun akhirnya mengiyakan permintaan jeongyeon.
"Aku harus mengatakannya dari siapa?"
"Katakan saja dari seseorang.."
"Baiklah.."
Wanita itu mengangguk seraya mendorong pintu kamar inap pasien.
Diwaktu yang sama, sepasang manik mata nayeon tak sengaja mengarah ke pintu, maka dari itu ketika pintu terbuka, dia bisa melihat dengan jelas orang-orang yang berada di luar sana.
Seorang perawat tersenyum ramah kepadanya, tapi bukan itu yang membuat dirinya tertegun, sesosok pemuda berpostur tinggi dengan potongan rambut coconutnya, ditambah lagi baju yang ia pakai. Walaupun hanya punggungnya saja yang tertampak, namun nayeon tahu perawakan siapa itu.
Jeongie..
"Bagaimana keadaanmu?" tanya sang perawat sembari bergerak mendekat.
"Lumayan.."
"Syukurlah.."
Wanita tersebut menyadari tatapan intens nayeon pada dua benda di lengannya.
"Oh..seseorang menitipkan ini untukmu.." sang perawat menyerahkan benda dari jeongyeon kepada nayeon seraya tersenyum manis.
Wajah gadis itu berubah cemberut.
Ia bahagia tetapi juga sedih disaat bersamaan.
Mengapa bukan ia yang memberikannya sendiri..
"Apakah ia mengatakan sesuatu?"
"Tidak..."
Nayeon mengangguk paham, meski hatinya sedikit kecewa namun ia tetap senang, setidaknya jeongyeon masih peduli padanya dan mau mengunjunginya.
Gadis itu pun tersenyum simpul..
*
*
*
Duduk termenung di atas ranjang pesakitan, menghadap ke luar jendela. Nayeon menatap hampa penampakan langit biru di hadapannya.
"Kau masih belum menyentuh makananmu.."

KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE BETWEEN OUR FINGERS (Completed)
FanficKetika cinta dipisahkan oleh status sosial. 2yeon jeongyeon x nayeon genderbender alert.