Bagian 9

1.9K 207 12
                                    

Tuk..

Tuk..

Yoona meletakkan dan mengetuk jari-jemarinya ke atas meja kerjanya, sebelah tangan lain juga bertopang di atas meja kayu tersebut, dengan ujung jari memijat pangkal hidungnya.

Matanya terpejam.

Banyak yang ia pikirkan, terutama permasalahan yang terjadi semalam, terlebih ia harus menerima kemarahan dari keluarga besar Kim.

Mereka terus menuntut pertanggung jawabannya karena sukses mempermalukan mereka di depan semua orang akibat ulah putri keluarga Im.

Nayeon benar-benar menghancurkan nama baik keluarganya.

Kriekk..

"Tuan..."

Bawahannya berlalu masuk sembari membawa setumpuk dokumen ditangannya.

Dengan malas, Yoona menerima berkas-berkas tersebut kemudian membuka dan menandatanganinya tanpa dibaca terlebih dahulu.

"Kami akan makan siang diluar akankah tuan ikut bersama kami?" tanya sang bawahan seraya menerima kembali dokumen yang sudah di teken.

Pria tersebut berfikir sejenak sebelum mengangguk iya. Mungkin  bergabung serta mengobrol dengan bawahannya akan sedikit mengurangi kedongkolan hatinya.

"Baiklah...ayo.."

*

*

*

"Sayang..jika kau menginginkanku..aku siap melayanimu..tak perlu sampai meremas bokongku seperti tadi.." ucap tiffany, berpura-pura bersikap manja nan murahan namun sedetik kemudian wajah menggoda itu berubah sangar, menatap tajam seorang pria jelek berusia 50 tahunan yang telah mencolek bokong sintalnya.

Dia memang murahan, tapi saat ini bukan saatnya untuk menjual diri, terlebih wanita itu sedang tidak dalam keadaan mood yang baik.

Pria tersebut menunduk malu, apalagi ketika tiffany melontarkan kalimat MEREMAS tadi dengan suara yang lumayan besar, hingga menarik perhatian beberapa orang yang tak sengaja lewat di depan mereka.

"Unnie..."

Krystal menarik lengan tiffany untuk melangkah pergi menjauhi tempat tersebut.

Setiba di depan sebuah motor matic berlogo garputala, keduanya langsung naik dan berkendara lagi, melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhenti karena Krystal kebelet ingin buang air besar.

"Kau baik-baik saja unnie.?" yang lebih muda merasa ada hawa panas menyelimuti tiffany, apalagi wanita itu masih setia pada bentuk raut muka kesalnya. Bisa ia lihat melalui kaca spionnya.

"Hemm..ya..aku tidak apa-apa..aku sudah biasa menghadapi orang seperti itu.." tiffany memaksakan diri untuk tersenyum akan tetapi krystal sama sekali tak membayarnya, gadis itu tahu unnienya tengah marah.

Marah pada sang putra yang dari semalam tak pulang kerumah juga tak memberinya kabar apapun.

Membuat ia cemas bukan main.

Maka dari itu mereka kini berada di jalanan guna mencari alamat rumah yang jeongyeon kunjungi semalam.

Bersyukur undangan ulang tahun tersebut mencantumkan alamat rumah, dengan begitu sedikit mempermudah pencarian mereka.

"Kelihatannya ini rumahnya unnie.." ucapan krystal mengalihkan fokus tiffany. Kedua wanita berbeda usia itu menatap sebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi.

Mereka masih berada di atas motor.

"Mengapa sangat sepi?.."

"Ada yang bisa ku bantu?" seorang pria berpakaian security menghampiri keduanya.

SPACE BETWEEN OUR FINGERS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang