Bagian 5

1.8K 210 8
                                    

Debam....

Tiffany yang tengah bersantai di atas sofa ditemani oleh cerutu dan sebotol bir di depannya, terlonjak kaget dikala mendengar suara pintu yang dibanting cukup kuat.

"Fuck.." cercanya sembari meletakkan rokok ke atas asbak.

Jeongyeon melengos dengan wajah garangnya, tak memperhatikan sang ibu yang juga sudah memasang tampang kesal.

Pemuda tersebut berlalu begitu saja, tanpa mengganti sepatunya terlebih dahulu. Meninggalkan jejak berlumpur di sepanjang jalannya. Pastinya membuat tiffany bertambah murka.

"Yah..anak nakal..lihat apa yang telah kau lakukan.." teriaknya yang sungguh memekakkan telinga.

Tiffany menggeram, kini rumahnya sangat kotor. Satu pekerjaan lagi yang harus di selesaikannya.

Jeongyeon masih diam, tak peduli akan suara indah sang ibu yang memenuhi rumah kumuh mereka.

Wanita yang mulai menyadari sesuatu lantas berjalan mengikuti jeongyeon, yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamarnya.

"Mengapa kau bisa basah kuyup seperti ini..kau bermain hujan-hujanan di tengah malam..apa masa kecilmu kurang bahagia?" pertanyaan bodoh. Tiffany memandang aneh putranya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Omma..bisakah kau keluar..aku ingin mengganti pakaianku.." bukan sebuah permintaan, melainkan sebuah perintah. Seperti itulah yang tiffany tangkap.

Jeongyeon menghela napas, ditatapnya sang ibu yang masih tak beranjak.

"Omma..." pemuda tersebut mendorong tubuh tiffany keluar lalu segera menutup pintu kamarnya.

Bam..

Wanita itu terkesima, putranya menutup pintu tepat di depan hidungnya.

Anak yang luar biasa..

"Dasar bocah tengik.." gerutunya sembari berlalu dan kembali duduk di singgasananya.

*

*

Jeongyeon memutuskan untuk keluar dari kamarnya semenjak cacing-cacing di dalam perutnya itu bernyanyi merdu.

Dia melangkah ke dapur, mencari apa saja yang bisa dilahapnya.

Sebungkus ramen, setidaknya itu bisa mengganjal perutnya hingga menjelang pagi hari nanti.

"Dari mana saja kau..mengapa pulang dalam keadaan basah?" tiffany menghampiri sang putra yang tengah sibuk memasak air.

Tak ada respon apapun, hanya suara cicak yang saling bersahutan, seolah menjawab pertanyaan dari tiffany.

Wanita itu menelan kasar liurnya. Nampaknya putranya ini benar-benar tengah dalam mode singa jantan.

Jangan sampai ia mengamuk..

Tiffany pun ikut diam, hanya memperhatikan jeongyeon yang fokus memasukkan ramen ke dalam air mendidih. Dia lebih memilih menunggu anak itu berbicara duluan.

Tak berselang lama, masakan sang putra tampak telah matang. Asap mengepul dari dalam panci disaat penutupnya dibuka. Jeongyeon menarik kursi makannya lalu duduk disana, secara perlahan-lahan pemuda tersebut mulai menikmati ramennya.

"Apa tidak ada yang ingin kau bicarakan padaku?" kesabarannya punya ambang batas, tiffany lelah, harus menunggu berapa menit lagi.

Dia hanya menoleh sesaat, lalu melanjutkan kegiatannya kembali. Tiffany mulai jengkel, tentu, siapa yang tidak emosi jika orang yang diajak bicara selalu acuh.

SPACE BETWEEN OUR FINGERS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang