CHAPTER 8

14 1 0
                                    

Astagfirullah, gwe lupa... Semoga kagak kenal laknat.
"Bangg putar balik. Leo ketinggalan..." Kata gwe teriak sambil dorong-dorong badan bang Ale. "Ya Allah. Sampe lupa adek sendiri" kata bang Ale dan langsung putar haluan di simpang depan. Semua ini gara-gara perkara bang Ale. Sampe lupa kalo leo juga ikut.

Akhirnya kami sampe di supermarket tadi. Gwe turun dari mobil dan nyari Leo. Semoga di belum selesai belanjanya, kata gwe udah panik. Takut dia ilang, kesasar.

Gwe mau nyari dia ke dalam. Ehh nyatanya dia udah duduk di bangku depan supermarket dengan enaknya. Memangku belanjaan sambil makan burger dan juga baca brosur.

"Leooo" panggil gwe. Leo liat ke arah gwe, sambil tersenyum lebar. " Ahh, kakak pikir kamu udah ilang dek" kata gwe. "lahh Leo pikir kakak nggak bakal balik lagi. Tadinya rencananya Leo mo balik sendiri. Tapi lapar dan beli burger sambil liat peta daerah sekitar sini. Ternyata nggak jauh amat. Leo Nemu jalan yang lebih singkat. Lewat perumahan dekat sini dan tembus di perumahan kita" ungkap Leo bangga dengan argumennya yang sok keren.

"Dah diem. Yok pulang" kata gwe. Leo ngangguk sambil lanjutin makan burgernya. "dek itu dagingnya halal nggak?" Tanya gwe. "Halal, ada logonya. Nyari nya susah Lo kak" ungkap Leo.

###

Dalam perjalanan pulang kami punya kegiatan masing-masing nggak menghiraukan yang lain. Leo dengan petanya, gwe sama hp gwe dan bang Ale sama setir.

Sampai di rumah gwe tetap aja bersungut-sungut, masih kesal dengan semua kelakuan bang Ale yang menyebalkan.  

"Udah semua kan Rayy?" Tanya bunda. Gwe ngangguk dan bawa bagian gwe ke kemar. Di balkon kamar, gwe duduk sambil makan ice cream yang gwe beli tadi sambil terus natap barang yang bang Ale kasih td. Pas es nya udah abis, dengan memberanikan diri gwe akhirnya buka plastik yang bang Ale kasih tadi. Sejak awal memang gwe belum buka, mungkin aja di bohong, akhhh mana mungkin. Bodo bukak ajalah.

Pas gwe buka ternyata isinya sepaket mie instan, kayak ramen tapi bukan ramen. Emang nya ada yang kayak gini. Mantap. Ternyata gwe salah. Harusnya gwe mikir sejak awal bang Ale nggak mungkin beli itu. Gwe udah kelanjur marah nih, gimana sekarang. Ahhh paling si Abang ngerti kok. Kata gwe bodo amat.

Sepaket mie tadi akhirnya gwe masukin ke tempat penyimpanan rahasia gwe. Kotak mie, gitu gwe sebutnya.

"Hei kids, come in!!" Ayah manggil. Gwe buru-buru kebawah sampe tabrakan sama Leo di tangga. "Apa yah?" Tanya bang Ale. "Ayah ma bunda harus balik ke kantor. Kalian dirumah aja, kalo nggak ketaman. Jaga rumah ya" kata ayah. "Kalo mau makan, makanan udah bunda siapin" ungkap bunda. " Kami berangkat. Assalamu'alaikum" kata ayah sama bunda lalu pergi.

Tidakk, itu berarti penderitaan bagi gwe. Dari pada menderita mending gwe pergi aja. "Bang Rayy mo jalan ke taman" kata gwe. Bang Ale ngangguk bodo. Sipp penderitaan gwe berangkat.

"Ehh bang ni rumah ada WiFi nya. Wah juga ada sandinya. Nih pasti bunda yg tulis. Tulisannya jelas banget tulisan bunda" samar-samar gwe denger Leo teriak-teriak tentang adanya WiFi di rumah. Yahh gwe sih bodo sama tuh WiFi, setidaknya gwe udah bebas.

Ternyata tamannya nggak jauh. Karena ini hari Minggu, jadi banyak orang di taman. Tamannya gede. Ada lansia, anak-anak, remaja bahkan dewasa, lengkap. Segar banget anginnya inget rumah.

Akhirnya gwe putusin buat duduk di sebuah bangku sambil menikmati pemandangan bahagia ini sambil terus menyeruput susu kotak yang gwe bawa dari rumah. Sesekali mereka menyapa dan tersenyum lebar, menandakan mereka ramah. Dan gwe balas dengan senyum yang nggak kalah lebar.

Nggak lama seorang laki-laki mungkin sebaya denganku menyapaku dan minta izin untuk duduk bergabung denganku.

"Hai. Can i?" Tanyanya sambil menunjuk bangku. Oh aku mengerti. Lalu aku mengangguk. " Namaku Tamaki. Aku baru pertama kali melihatmu di sini. Apa kau orang baru?" Tanya nya padaku. " Aku Rayy, aku baru disini" ungkap gwe. " Di mana rumahmu?" Tanyanya. " Dekat sini. Rumah nomor 17" ungkap ku. " Ternyata kita tetangga. Rumahku no. 19" ungkapnya.

"Namamu Tamaki kan?. Asli Amerika?" Tanyaku. Dia menggeleng. "Aku dari Jepang" ungkapnya. Wahh orang Jepang dan bahasa Inggrisnya udah bagus banget. " Kau tahu di komplek ini. Umumnya bekerja di tempat yang sama dan tentunya dari berbagai negara" ungkapnya. " Ada yang dari Korea, Inggris, Prancis, Arab, Jerman, dan juga Spanyol" ungkap Tamaki. Keren. Gwe nggak nyangka.

"Kamu sendiri dari mana?" Tanyanya. "Indonesia" ungkapku. "Wahh, aku sudah pernah kesana sebelumnya. Tempat yang indah" ungkapnya. "Terima kasih" kataku sambil tersenyum. Entah kenapa tiba-tiba suasana jadi canggung. Diam. Diam.

"Rayy!! Ngapain Lo disana berduaan. Mo nyari dosa" tiba-tiba bang Ale datang dan teriak teriak. "Astagfirullah kak" Leo ikutan. What, ngapain mereka ke sini. "Ehh siapa bilang nyari dosa. Rayy cuma duduk doang. Dia cuma temen baru Rayy doang" ungkapku. Bang Ale diam. "Siapa mereka?apa yang mereka katakan?" Tanya Tamaki . "Saudaraku" ungkapku. Mata Tamaki langsung berbinar. "Halo. Namaku Tamaki senang bertemu denganmu" kata Tamaki memperkenalkan dirinya pada bang Ale sama Leo sambil menjabat tangan keduanya. Dengan bangga, Leo ikut memperkenalkan dirinya juga, pake bahasa Jepang pula ntah darimana dia tahu kalo Tamaki itu dari Jepang.. "Konichiwa. Aku Leo adiknya kak Rayy" kata Leo. "Ale. Kakaknya rayy?" Kata bang Ale.

"Rayy, ayo makan, gwe udah lapar" ungkap bang Ale sambil mengelus-elus perutnya. Gwe ngangguk. "Tamaki-kun juga ikut" ajak Leo. "Tak usah" Tamaki menolak,tapi Leo sudah dulu menarik tangannya dan pulang kerumah.

Di rumah, kami makan bersama dengan makanan yang bunda buat tadi. Setelah makan, udah ashar, waktunya sholat. Saat itu juga Tamaki pamit pulang karena harus ke club' sekolah nya. Sebelum pulang dia selalu berterima kasih dan minta maaf karena merepotkan. Teman yang baik.

"Dek. Besok jangan berduaan lagi" kata bang Ale pas gwe mau naik ke kamar. "Iya. Toh gwe kagak berduaan bang. Ada nenek-nenek di sebelah Rayy tadi kok" ungkap gwe lalu lanjut ke kamar.

Inilah hidup gwe yang baru, di lingkungan baru dan teman baru.

Tamaki ya, teman baru yang menyenangkan. Walau hanya bicara omong kosong, tapi rasanya menyenangkan. Semoga ku bertemu dengannya lagi besok.

Ehh Rayy apa yang Lo pikirin sih.

Udah deh. Gwe mo makan Ramen aja, masih lapar soalnya. Toh tadi gwe makan sedikit buat jaga privasi. Biar dia nggak ngatain gwe rakus. Padahal aslinya makan gwe banyak. Wkwkwkwkwk.... .

:)

:)

:)

Annyeong.. :)

Bantu share ya..
Cuma kalo Lo minat...
Nggak maksa...
Makasih...
Thank you for your attention...

BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang