Bener kata ayah, pas setelah sarapan sepeda yang dikirim dari rumah di Indonesia sampe. Invisible. Ayah terniat banget ya, sampe ngirim sepeda jauh-jauh.
"Dah siap kan?" Tanya ayah.
"Bentar yah, Leo belum turun, katanya dia lupa bawa kamera" kata gue yang udah siap dengan semua perlengkapan.
"Ale mana Rayy?" Tanya ayah.
"Ohya, lagi di toilet, kebelet" jawab gue.Gue semangat banget. Selain bisa liburan, Lo tau nggak gue hobi banget sama yang namanya mancing.
"Leo siap" kata Leo.
"Abang juga, langsung aja yah" kata bang Ale nggak kalah semangat.
" Yaudah, pamit sama bunda sana" kata ayah." Bunda, berangkat dulu. Bunda yakin nggak mau pergi?" Tanya gue.
"Kerjaan bunda banyak. Hati-hati" kata bunda.
"Baik-baik di rumah. Kalo ada apa-apa telpon aja" kata ayah sambil jalan duluan.
Bunda ngangguk sambil tersenyum tipis.***
Perjalanan dimulai dan itu berarti mereka juga bakalan mulai.
"Kak, tempatnya alami ato bikinan manusia sih?" Tanya Leo yang bersepeda sejajar sama gue.
"Mana gue tau dek" kata gue.
"Bacot lu bedua. Gue lagi bahagia nih, ganggu aja" bang Ale mendekat sambil marah-marah."Menepi sedikit ada truk" kata ayah yang bersepeda di belakang kami.
Kami terus bersepeda sampai ketempat tujuan dan Leo nggak berhenti ngomel sampai di sana. Bisa budek gue kalo dengerin dia terus.
"Yah, lama lagi nyampenya?" Tanya Leo.
"Sedikit lagi" kata ayah.
Leo ngangguk sambil bersungut-sungut, mungkin karena udah terlalu lelah ngayuh sepedanya.Perjalanan berlanjut dan finally kami sampe juga. Pegel kaki gue, lama banget ngayuhnya. Gue pikir tempatnya nggak jauh-jauh amat, ehh ternyata jauh dan ada pendakian pula.
"Dah. Kita sampe." Kata ayah santai kayak nggak ngerasain pegel di kaki.
"Kita istirahat bentar ya Yah" pinta Leo yang paling kelelahan.
"Okay, 5 minutes" kata ayah.Kami beristirahat selama 5 menit, setelah itu kami langsung ke tempat mancingnya.
"Dimana Yah, kok Leo nggak liat tempatnya?" Tanya
"Kita harus masuk sedikit ke hutan baru sampe di sebuah danau" jawab ayah.
"Berat juga ya" ungkap Leo.
"Tapi, karena kita lewat hutan berarti banyak hal yang dapat di jepret dengan kamera baru ini" lanjut Leo sambil ngangkat kameranya.Kami lanjut berjalan kaki setelah merantai roda sepeda kami. Jaga-jaga, ntar ada orang iseng kan. Untung perjalanannya nggak mendaki, kalo mendaki bisa-bisa nggak jalan deh gue.
Selama perjalanan, Leo lebih asik sendiri dengan kameranya. Potret ini potret itu, pohon ini pohon itu, hewan ini hewan itu sampe-sampe dia foto taik hewan di hutan, kayak taik musang, dia juga sampe potret kulit ular yang udah tercecer. Ngeri juga pas liatnya. Gara-gara itu Ayah sampe bilang kalo kami harus hati-hati karena bisa jadi ular yang kulitnya tinggal itu masih ada di sekitar sini.
"Wah wah wah, hutan ini nyimpan banyak gambar Buat di foto. Untung ada bawa baterai cadangan sama memori cadangan. Wajib kasih liat bunda nih, apalagi ini" ungkap Leo sambil memperlihatkan ke gue hasil foto dari kelabang panjang yang ditemuinya. Menjijikkan, buat apa sih di fotonya.
" Heii kids. Hampir sampai nih" ungkap Ayah.
Yesss, akhirnya sampe juga. Mual gue liat semua foto yang di foto sama Leo.
"Dah, kita sampai" ungkap ayah.
Dengan kecepatan kilat bang Ale uang sejak tadi berjalan di belakang langsung lari ke samping ayah. Leo ikut-ikutan, gue juga mau liat kali. Gue ikut lari dan liat tempat mancing kami.
"Subhanallah. Indah banget ya" ungkap gue, memandang pemandangan super indah di depan. Sebuah danau yang jernih dan sangat luas dikelilingi oleh lereng-lereng berbatu. Kerena banget sumpah.
Dengan begitu, Leo langsung memulai operasinya, potret itu dan ini. Gue mah nggak peduli, tampat ini keren Abis gess.
"Wah ternyata masih ada tempat kayak gini ya. Ayah tau dari mana tempatnya?" Tanya bang Ale penasaran.
"Dulu ayah sering main kesini, kalo kakek kalian pergi ke sini" ungkap ayah mengenang masa lalu, biar kutebak pasti indah banget.
"Dah ayo. Katanya mau mancing" ajak ayah. Dengan cepat gue langsung buka tas pancingan gue dan siapin umpannya. Heheheh, kalo mancing mah gue hobi banget. Sejak kecil ayah udah sering ngajak pergi mancing sampai-sampai gue nggak bisa diajak pulang.
" Ale, bantuin ayah ngisi udara perahu karetnya" ungkap ayah.
"Ehh, ayah bawa perahu karet?" Tanya bang Ale.
"Iya" kata ayah singkat.
Wah wah banyak kejutan ternyata dari ayah. ayah sampai bawa perahu karet, bayangkan gess.
Nggak lama setelah itu, perahu karetnya berhasil terisi udara, bang Ale nggak niup kok, ayah bawa alat yang otomatis buat niup perahu karetnya .
"Sekarang pukul 9, cuacanya bagus. Kayaknya kita bakal bawa banyak ikan pulang deh" ungkap ayah. Gue ngangguk mantap.
"Nah, siapa yang mau ikut ayah mancing ke tengah?" Tanya Ayah.
Baru aja gue mau jawab iya, ehh bang Ale udah duduk aja langsung di perahunya. Hilang sudah kesempatan gue ke tengah danau.
" Kalo gitu Rayy, kamu disini aja sama Leo" kata Ayah."Ehh kok gitu sih yah" gue nolak.
"Kamu tau kan, adikmu itu nakal. Jagain dia" kata Ayah.
Mau gimana lagi kan, ya udah deh. Lagi pula duduk di sini enak, adem nggak panas.
" Ya udah deh yah" kata gue
"Kalo gitu. langsung aja Le, ayo ke tengah" kata ayah bersemangat.Ayah sama bang Ale udah ke tengah, tinggal gue sama Leo yang masih sibuk dengan kameranya.
"Dek. Jangan jauh-jauh, ntar nyasar" gue kasih dia peringatan dini.
"Sipp" kata Leo.Lanjut lagi, gue udah masang umpan, gue pake dua pancing. Heheh, semoga keberuntungan berpihak pada gue hari ini.
Nggak lama, bener aja, pancing biru gue udah goyang-goyang, bentar lagi, bersiap dan ..... Angkat. Sip, yesss gue dapet satu. Mantap jiwa, ikan menengah. Baru Dateng udah langsung di sambar.
"Wah, liat nih, kak Rayy udah dapet ikan pertamanya. Mayan gede, keren deh" Leo malah bikin video dan nyorot ikan gue berkali-kali.
Gue masukin ikannya ke tempatnya, lanjut, semoga ada yang makan umpan gue.
"Ehh kak, Leo kesana bentar ya, rasanya Leo liat hewan gitu" kata Leo.
"Ehh jangan jauh-jauh" kata gue .
"Iya kakak cerewet" ...Leo pergi, untung masih nampak punggungnya, kalo nggak bisa gawat. Ahh, jangan terlalu mengawasinya, dia kan udah gede, tau mana yang buruk dan baik. Lanjut ajalah mancingnya.
Nggak lama, kali ini pancing merah gue yang jadi sasaran. Mantep juga, dapet sekali lagi, yang kali ini lebih gede. Hehehehe, ini hari gue yang paling untung.
"Kak, kakak.." Leo manggil gue dari kejauhan.
"Apa?!" Gue teriak biar dia bisa denger.
"Leo Nemu berang-berang kak, keren deh kak. Ayo sini!" Ajak Leo
Ehh berang-berang, hewan itu, wah wah wah, gue juga mau liat. Dengan kecepatan layaknya kilat gue nyusul Leo.Ternyata....
*Next ya gesss.....
*Konbanwa..