CHAPTER 7

11 1 0
                                    

   Setelah lama berkutat dengan komputer itu, akhirnya kami tahu dimana alamat rumah baru kami.

   "Dah Nemu nih" kata bang Ale. "Ohh ini mah nggak jauh amat dari sini" ungkap bang Farhan. " Gwe anterin ke sana yuk" tawar bang Farhan. "Ehh nggak usah bang ngerepotin. Dari sini kami berangkat sendiri aja bang. Terima kasih buat semua bantuannya bang" kata gwe yang udah malah ngerepotin bang Farhan sejak tadi .

    "Hmm baiklah. Hati- hati ya. Gwe balik nih. Ntar mampir aja ke resto gwe" kata bang Farhan lalu pergi. " Aman itumah bang" kata Leo. Ealah nih anak ato apaan sih rakus amat gwe timpuk nih.

    Setelah itu kami pergi naik taksi ke alamat baru. Akhirnya bisa kerumah juga, udah capek nih.

    Nggak lama jalan, kami sampe pas di sebuah komplek yang sangat lain dari kompleks yang ada di Indonesia, kompleks disini terlalu rapi, warna rumah dan gayanya sama, mantap, jalan depan gede nggak pake gang, banyak pohon. Kerennn. "Yang mana rumah kita bang?" Tanya Leo. " Nomor 17 dek" ungkap bnag Ale. Kami lanjut jalan sedikit dan sampe di rumah nomor 17. " Ini nih kayaknya" ungkap bang Ale. Langsung aja, tanpa komando Leo langsung ngetuk pintunya.

    "Assalamualaikum" kata Leo. "Anyeong..." Kata Leo. "Koniciwa" lanjut Leo lagi. "Anybody home?" Entah kenapa gwe jijik sama adik sendiri. PLAKKKK.. . Entah kenapa tiba-tiba bang Ale langsung jitak kepala Leo. "Santai aja lah dek" kata bang Ale. Kena Lo dekkk.

   "Ayo coba telpon bunda ayah lagi" kata bang Ale. Ya elah sejak tadi mah kita udah coba telpon juga kali.

  "Halo.. assamu'alaikum ayah" ternyata ayah jawab telponnya Leo. "Yah kita udah di depan rumah nih" ungkap Leo. "Ok, lagi di jalan, bentar lagi nyampe kok" kata ayah yang kebetulan kedengeran soalnya speakernya hidup.

    Nggak lama, sebuah mobil masuk ke halaman depan rumah, ayah ma bunda kayaknya. Pintu mobil kebuka, ehh beneran bunda. " BUNDA" gwe teriak manggil bunda sambil meluk bunda. Gwe kangen sama bunda, setelah ditindih selalu oleh kakak dan adiknya sendiri. "Wah udah nyampe, dah lama ya nunggu?" Tanya bunda. "Harusnya udah nda, karena bang Ale ngilangin kertas alamatnya, kami baru aja nyampe" kata Leo masih kesal dengan perkara kertas alamat. "Yokk masuk, istirahat aja dulu" ajak ayah.

   Setelah itu kami masuk ke rumah baru bertingkat itu. "Bunda kamar Leo diatas ya" kata Leo. Bunda ngangguk. "Rayy dimana nda?" Tanya gwe. "Di atas juga, kayak dulu dan kamu le di bawah" kata bunda. Bang Ale sedikit tak menerima.

   Lanjut, gwe kekamar, mau beres-beres barang. Kayaknya hari ini gwe bakal cukup sibuk. Dikamar yang mungkin ukurannya 4x4 itu, gwe mulai tugas wajib. Pertama tempel foto bias gwe, kedua nyusun buku di rak yang tersedia,ketiga beresin pakaian ke lemari, keempat simpan ramen instan di tempat persembunyian alias kotak plastik yang gwe ambil dari dapur tadi, kelima tiduran bentar, keenam nyante di balkon kamar yang kebetulan menghadap ke taman yang cukup luas.

"Dekkk!!" Ada yang manggil gwe. Bang Ale pasti. "Napa bang?" Tanya gwe bales teriak. "Bunda nyuruh kita belanja" ungkap bang Ale teriak. Gwe mendengus, bukan karena gwe baru sampe langsung di suruh belanja, tapi karena kenapa harus bang Ale. Gwe turun ke bawah.

  " Beli apaan nda?" Tanya gwe. "Ini bunda udah bikin list nya. Belinya di supermarket dekat sini" ungkap bunda sambil menyerahkan sebuah kertas kecil. "Rayy, boleh jajan juga kan?" Tanya gwe, Lo ngerti lah maksud gwe. "Siip, beliin ayah ice cream dan soda ya?" Kata ayah sambil ngasih gwe sejumlah uang, satuan dolar. "Yah, Leo juga" kata Leo. Ayah ngangguk. Masalah gwe nambah juga nihh.

"Bang, bawa mobil" kata ayah. "Ale nggak punya SIM di sini yah" kata bang Ale. "No problem, the place is near" kata ayah. Bang Ale langsung nyambar kunci mobil di meja dan cabut ke luar, bahagianya.

Mau gimana lagi , gwe harus pergi belanja dengan para iblis licik ini. Kata bunda memang dekat, tapi bagi gwe sama ana kayak perjalanan ke sini, lama.

"Sip, nyampe. Abang mau nyari parkir kosong. Kalian keluar dan belanja sana. Ntar Abang tunggu di depan" ungkap bang Ale. Kami pun turun dan masuk ke supermarket yang besarnya kayak mall di Indonesia. Ini tidak lazim.

"Kak, Leo bantu belanja. Leo beli bagian bawah aja. Perlengkapan sehari-hari" ungkap Leo. "Pas bayarnya gimana, bisa bahasa Inggris nggak?" Tanya gwe. "Ahh gampang. Leo bisa, nah duit nya bagi" ungkap Leo. Ok, gwe terbantu juga. Gwe bagi duitnya. Gwe ke bagian makanan dan Leo peralatan sehari hari.

Oke, laksanakan tugas. Ayam, serba sayur, ikan, serba bawang, garam, gula, kecap asin manis, saus tomat pedas,susu, kelapa parut, cabe, roti, selai coklat stroberi kacang,teh, kopi, sirup. Oke, semua lengkap. Ehh tunggu, gwe mau nyari ramen instan dulu kak ada, juga ice cream pesanan ayah. Semua telah siap. Gwe juga udah bayar dan dapet bonus, permen karena belanjaan gwe banyak.

Setelah selesai, gwe ke pintu depan. Bang Ale udah nungguin. "Udah dek?" Tanya bang Ale. Gwe ngangguk. "Nih, buat Lo dek" kata bang Ale. "Apaan nih?. Tumben baik" tanya gwe. " Liat aja ndiri" kata bang Ale. " Wehh bang, ato bisajadi Abang ngasih Rayy, yang aneh-aneh?" Tanya gwe menyelidik.  "Apa isi nya bang?" Tanya gwe. "PEMBALUTTT " ungkap bang Ale sambil teriak kenceng-kenceng. What the fu**?!!!. Ya Allah ni abang nggak tau malu. Kesel gwe, mau gwe tabok tapi kata orang gwe jahat. Walau ini di negeri orang, tapi malunya nggak kalah sama malu kalo si Abang teriak di rumah.

Bang Ale pergi ambil mobil, gwe naik ke mobilnya dengan wajah masam. Gwe masih kesal, kesal banget.  "Napa Lo dek?" Tanya bang Ale nggak tau salah. Gwe nggak jawab karena masih kesal.

Di mobil gwe cuma diem dan or hape gwe bunyi. Ada yang nelpon.
"Halo.." gwe angkat telponnya.

                    ##########

Astagfirullah kok gwe kagak ingat yah.... Bisa marah bunda nih..... .

*Bagi teman-teman silakan ditebak apa yang terjadi. Sebenarnya jawabannya simpel aja, pasti tau.sekali baca pasti tertebak. ;). Author :)

BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang