CHAPTER 15

6 4 0
                                    

Nyesel gue ikut.... . Kok harus ikut sih gue tadi. Penyesalahan entah kenapa datangnya pas belakangan doang.

"YABAIII, KASIHANILAH NINGEN INI WAHAI BERUANG BAEK HATIII..." Leo itu tadi teriak kan, tapi agak tercekat gitu suaranya.

Bego. Sempat juga dia ngelawak di saat yang buruk ini.

Masalah baru datang mengekor belakangan, hal yang dibilang ayah tadi jadi nyata. Ada beruang nggak jauh di depan sana, yah memang jauh sih, tapi serem aja liatnya, Walau gue suka sama beruang. Entah apa yang merasuki Leo, dia angkat kameranya dan cekrek-cekrek. Dia, dia motoin tuh beruangnya.

"Napa sih dek?" Tanya gue bingung setengah sadar liat tingkah Leo yang kayak lagi di taman safari.
"Buat ayah, bang Ale sama bunda kak, kalo kakak juga mau boleh deh, Leo tambahin" ungkap nya santai, padahal tadi dia teriak ketakutan.

Sebenarnya cuma anak beruang sih. Ehh kalo ada anaknya, berarti ada induknya donk... . Gue mulai panik. Leo selesai dengan fotonya. Tapi, beruangnya kayak mau ke arah sini.

Ahh, gue harus pake nalar dan otak sekarang. Gue rogoh saku tas  yang gue bawa dan gue ambil botol air mineral gue. Walau bukan waktunya mandi, gue harus nyiramin air ke tubuh gue. Leo yang liat gue basah, ikutan basahin badannya pake air mineral yang dibawanya, dia pasti udah mengerti maksud gue.

Setelah kami basah, walau kagak basah kuyup, gue mulai celingak-celinguk, dengan tujuan nyari pohon tinggi yang bisa dipanjat.

"Ada kak. Tuh pohonnya, ayo manjat" ajak Leo yang ngerti kondisi dan kayaknya bisa baca pikiran gue.

Leo duluan naik ke pohon besar dan banyak rantingnya itu. Pohonnya letaknya agak curam sih, tapi di sana pasti aman. Letaknya pas di tepi lereng batu.

Sipp. Kami udah naik, aman. Nah, biar gue jelasin maksud tadi. Kami nyiramin air ke tubuh supaya bau kami nggak diendus sama beruangnya dan biar lebih aman lagi kami naik ke pohon tinggi biar nggak ketahuan sama beruangnya. Di liat dari jauh, kayaknya beruangnya bukan beruang madu, jadi harus hati-hati.

*Adegan berbahaya di atas jangan pernah dicontoh. Karena sebagian otak author hanya diisi oleh imaginasi yang sangat berlebihan. Apalagi tutor di paragraf di atas. Hanyalah khayalan, karena nggat tau harus nulis apaan.

Bener aja, beruangnya lewat ke tempat kami tadi. Tapi ternyata beruangnya cuma ada anaknya doang, induknya nggak ada. Beruntung, beruangnya memang sempat ngendus-ngendus di tempat tadi, tapi nggak lama di pergi aja. Dan saat itu juga, kamera leo kembali terangkat dan cekrek-cekrek, tiba-tiba jadi model tuh anak beruang.

Setelah anak beruang itu udah pergi jauh. Kami turun dari pohon dan lanjut balik ke dermaga.

"Happ.. . Ahh Leo pikir Leo bakal mati tadi. Nah, guys, kalian udah liat kan, beruang sungguhan di alam liar di Amerika. Hahaha, Leo memang beruntung bisa ketemu langsung. Dari perjalanan ini, nggak lama kita bakalan bisa liat lagi sarang berang-berang. Jadi tunggu aja. Mulai dari jalan ini, hal indah dapat kita saksikan bersama" Leo, dia ngeblog??!!. Wahh, selera yang aneh banget.

Akhirnya kami sampai dalam keadaan lelah parah dengan pakaian yang basah. Air mineral yang kami siramin ke tubuh nggak sebotol aja, tapi 3 botol per orang. Basah dan dingin. Semoga nggak sakit setelah balik dari sini.

"Sampe juga.., emangnya tempatnya jauh?" Tanya bang Ale.
"Nggak tapi ada masalah tadi dikit" jawab gue.
"Masalah yang bisa jawab basahnya kalian ini ya?" Tebak ayah.
"Ayah benar dan masalahnya adalah, lewatnya Anak beruang kesepian tanpa induk yang bukan beruang madu di jalan pas mau pulang" jawab Leo mendramatisir. Dek, nilai bahasa Lo berapa sih?. Bagus banget kalimat Lo.

Karena kami Dateng telat ke dermaga, Zuhur pun datang dan ayah bilang, kami solatnya di sini aja. Ada tempat khusus di dekat tempat parkiran sepeda kami tadi.

***

"Assalamualaikum. Bunda, kami pulang" Leo memencet bel rumah pertama kali, dia yang paling kelelahan.

"Wa'alaikum salam" sahut bunda sambil bukain pintu.

Dari kami berempat, yang enggak beres cuma gue sama Leo yang udah lewatin banyak hal. Karena bunda maksa buat ceritain kejadian yang kami alami, malamnya gue di sapa sama demam panas. Nasib yang sama dengan Leo.

Gejalanya udah ada semenjak siang, tapi baru mulai di malamnya , menyebalkan.

Flashback...

"Nah, bunda mau belanja kebutuhan sehari-hari. Ada yang mau nitip?" Tanya bunda siangnya. Aturannya, kami yang belanja. Tapi melihat kondisi kami yang mengenaskan bunda memutuskan untuk belanja sendiri. Maaf Bun.

Bang Ale nggak ngalamin hal yang sama kayak kami, pulang dari tour yang luar biasa, bang Ale langsung rebahan dan di telan selimut. Sampe azan ashar di hp-nya bunyi.

Sedangkan gue sama Leo terkapar di ruangan nonton. Gue di sofa dan Leo di karpet. Badan gue pegal-pegal, pala gue pusing, dan nggak sanggup jalan ke kamar.

"Masa segitu aja udah lelah sih. Kapan lagi ya, ayah bisa libur? Atau ambil cuti aja?" Ayah kembali dari tour tanpa adanya rasa lelah. Apa-apaan kekuatan itu?. Ayah nggak lelah sama sekali dan malahan merencanakan liburan lainnya. Mantap jiwa emang ayah gue.

30 menit setelah rebahan, badan gue udah baikan, walau nggak pulih seperti semula sih. Cukup buat ngambil cola di dapur. Dengan gontai gue ke dapur, buka lemari es dan ambil sebotol cola. Soda menambah energi, itu yang gue ketahui setelah melihat iklannya. Ahhh bego, gue nggak sebodoh itu iklan.

"Udah baikan dek?" Tanya gue.
"Mayan. Mau liat foto yang udah Leo ambil nggak kak?" Tanya Leo yang baru saja turun dari kamarnya.
Gue ngangguk, karena lagi minum cola.

Memorinya di colok ke laptop dan kami pun melihat hasil foto Leo. Nggak nyangka gue, kalau Leo pintar ambil gambar. Gambarnya bagus, pencahayaan nya pas. Kayak pro tapi bukan pro, malah amatir pula.

"Leo mau cetak ini besok. Temanin ya kak" ajak Leo.
"Nggak ah, Lo kan dah gede dek" tolak gue.
"Terserah kakak lah. Leo punya aib kakak Lo di sini, ntar Leo cetak dan ngasih liat ke teman basecamp Leo. Huaahahahah" licik banget pikiran nya.

Tapi, rencananya langsung rusak setelah salat Maghrib. Tubuh gue panas dingin, di tambah flu juga. Bersinnya juga nggak mau berenti. Setelah salat gue cuma bisa rebahan, mau tidur aja. Bunda udah ngecek panas gue, bunda bilang gue deman dan harus istirahat.

Yahh, inilah akhir tour kami yang mengejutkan.

"Semoga besok gue udah pulih.." ...

Sementara di kamar Leo...

" Makan dulu sup nya Leo" kata bunda.
"Nggak usah nda. Leo, nggak sakit. Paling cuma flu dikit. Leo harus cek foto buat di cetak besok" ungkap Leo nggak mau dirinya di anggap sakit.

Yah, pagi nya sih gue denger dari bang Ale. Karena Leo keras kepala, kepalanya di pukul bunda sama kamus bahasa Inggris sampe dia pingsan. Keras pasti tuh. Tapi dengan itu, dia bisa istirahat dan nggak buat yang macam-macam.

......

*Merci

BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang