"Perjumpaan kita adalah ke hendak-Nya~"
(BeautifulSea25)
•
•
•Seorang gadis belia berusia 7 tahun tengah mengumpulkan kayu bakar di hutan. Setelah semua kayu bakar terkumpul, ia mengikatnya menjadi satu. Tidak banyak memang, namun cukup mampu membuat gadis berparas ayu itu kesulitan.
"Berat," keluh gadis itu sedih. Ia diam---tampak berpikir keras.
Bagaimana cara membawa semua kayu bakar ini ke rumah?
Manik coklat bening itu berbinar. Ia membagi tumpukan kayu bakar itu menjadi dua bagian lalu mengikat masing-masing kayu bakar itu dengan akar ranting.
"Dengan ini---semua kayu bakar nya bisa terbawa semua," gumam gadis itu senang.
Gadis itu mengangkat---membawa kayu bakar itu dan melangkah menuju pulang. Namun di tengah jalan, ia mendengar suara geraman kesakitan yang membuatnya ikut merasakan sakitnya.
GGGGRRRRHHHH!!!
"Suara apa itu?" gumam gadis itu. Matanya berpendar---mencari sumber suara. Telinganya kembali mendengar suara geraman yang sama---namun kali ini lebih keras.
GGGGGGGRRRRRHHHHHHH!!!
Gadis itu meringis. Ia meletakan kayu bakar itu ke tanah---meninggalkannya dan mencari sumber suara.
Beberapa menit kemudian...
Manik indah itu menemukan seekor Singa putih besar yang tengah berbaring lunglai ke tanah. Kepalanya bergerak-gerak sembari menggeram kesakitan---kaki kirinya terluka karena sebuah perangkap yang sepertinya di pasang oleh para pemburu.
Gadis itu berjalan---mendekati Singa itu lalu duduk di samping Singa itu---tidak takut sama sekali. Mata nya terfokus pada luka di kaki Singa itu---menatapnya khawatir.
"Kau terluka Raja Singa," ucap gadis itu sedih. Sang Singa beringsut menjauh sembari menggeram marah. "Jangan takut, Raja Singa. Aku tidak akan melukaimu," tambah gadis itu saat menyadari sikap waspada Singa berbulu indah itu.
Aku tidak percaya pada siapapun!
"Tenang ya, Raja Singa," ucap gadis itu mengusap lembut tubuh Singa itu---menenangkan.
Sang Singa menggeram agar gadis itu menjauhinya karena ketakutan. Sayangnya, gadis itu tak merasa takut sedikitpun---ia bahkan dengan berani mengusap bulu yang menghiasi kepala Singa itu sembari tersenyum senang seolah mendapat mainan baru.
Sang Singa diam---tertegun dengan wajah bahagia gadis itu. Anehnya, ia juga merasa nyaman dan tenang di sentuh gadis itu. Pikirannya menyuruhnya menjauh dari gadis itu namun hatinya malah bersikap sebaliknya. Ia meliukkan kepala nya manja ke arah gadis itu---mencari kenyamanan.
Moncongnya berada di lekukan leher gadis itu. Ada sebuah gambar mahkota kecil di leher kanan gadis itu. Sepertinya tanda lahir, pikir Sang Singa. Ia mengendus aroma tubuh yang mengundang rasa laparnya. Sesekali ia menjilati area itu membuat gadis itu terpekik kegelian.
Ah~ Berada di dekat gadis ini membuatnya tenang...
Jika ia memakan daging gadis ini---ia pasti akan sangat puas.
Menyadari Sang Singa telah luluh---senyum gadis itu semakin lebar. Tangan mungil nya melingkari kepala Singa itu---memeluk Singa itu sayang.
"Kau ternyata sangat manja, Raja Singa," ucap gadis itu senang.
Sang Singa membuka mulutnya lebar---menunjukan giginya yang bersih dan rapi serta taring yang panjang dan runcing. ia mendekati leher gadis itu---bersiap memakan santapan lezat di hadapannya. Namun ia kembali menutup mulutnya saat mendengar ucapan gadis itu.
"Nenek salah. Kau tidak jahat---kau bahkan tidak memakanku,"
Sang Singa terdiam.
Gadis itu mengurai pelukannya membuat Singa itu menggeram tak suka. "Tenang, Raja Singa. Aku akan mengobati lukamu," ucap gadis itu menenangkan. Ia membuka dengan amat sangat hati-hati benda yang menjepit---melukai kaki Sang Singa. Sang Singa menggeram kesakitan lalu menggeram lega. "Maaf jika aku melukaimu," sesalnya saat menatap Sang Singa. "Aku akan mencari dedaunan untuk mengobati lukamu,"
Singa itu diam---ia berbaring dengan anggun. Kepalanya berdiri tegak bak seorang Raja. Ia memang seorang Raja. Ekornya bergerak kesana kemari---tanda jika ia tengah senang. Manik bulat keemasan miliknya memperhatikan gadis yang tengah bergerak kesana kemari---mencari obat untuk mengobati kakinya dengan sorot bersahabat.
Dia sangat baik.
Setelah menemukan semua dedaunan yang dapat mengobati kaki Sang Singa. Ia menumbuknya hingga halus dengan batu-batu berukuran sedang yang ia temukan saat mencari obat untuk Sang Singa.
"Kau tahu Raja Singa," ucap gadis itu tanpa menoleh. Singa itu menyahut dengan menggeram kecil. "Nenekku adalah seorang tabib Kerajaan. Jadi, aku mengerti sedikit tentang obat. Maka dari itu---aku bisa mengobati lukamu," tambahnya menatap Singa itu sembari tersenyum kecil.
Setelah di rasa cukup halus, gadis itu tersenyum senang. "Lihat, lihat, Raja Singa. Obatmu sudah jadi,"
Sang Singa mengangguk kaku. Ia memperhatikan wajah ayu gadis yang tengah mengobati kakinya itu. Gadis itu mulai mengikat kakinya yang telah di obati dengan sebuah sapu tangan berwarna putih.
"Ini adalah sapu tangan kesayanganku. Di sapu tangan ini terdapat ukiran namaku---dan sapu tangan ini untukmu, Raja Singa. Anggap sebagai hadiah kecil dariku," ucap gadis itu menatap Singa itu dengan senyum manis.
Ia tersenyum lega setelah mengobati Singa itu.
"Pergilah, Raja Singa. Kakimu akan segera sembuh." ucap gadis itu mengusap lembut kepala Singa itu.
Singa itu menyorot gadis itu tak rela.
"HARNUM!!! DIMANA KAU, ANAK NAKAL?!"
Gadis itu berdiri---tubuhnya gemetar ketakutan saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Singa itu menyadari gelagat takut gadis itu pun segera bangkit dan bersikap waspada sembari menggeram marah.
Siapa yang telah berani membuat gadisnya ketakutan?!
"A---aku melupakan kayu bakarnya. A---ayah pasti akan memarahiku lagi,"
Memarahiku lagi...
Singa itu menggeram marah. Gadis itu berbalik lalu menunduk---menatap Singa itu khawatir. "A---ayahku adalah seorang pemburu. Kau harus segera pergi, Raja Singa. Pergi yang jauh. Aku akan menahan Ayahku,"
Gadis itu berlari kemudian menghilang seiring cepatnya kaki mungil itu di bawa oleh pemiliknya. Sang Singa memyorotnya sedih---tak rela dengan perpisahan ini.
"Pangeran ... Anda dimana? Segeralah kembali---Ibu Ratu mencari Anda,"
"Ya, Patih," balas Singa itu lewat telepati.
Singa itu menggeram sendu namun Maniknya berkilat dingin. Ia bergumam penuh keseriusan dan janji sebelum berlari cepat---meninggalkan hutan itu dengan membawa kenangan manis dari gadis itu.
"Aku akan menemukanmu, Permaisuriku~"
🖤🖤
C'mon... Ramein cerita baruku dengan vote, komen + krisan kalian😊
See you soon😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuriku~
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menutupi wajah cantiknya, karena takut, jika kecantikannya akan menimbulkan perpecahan di masa depan. Ia...