Bab 4. Tak Selamanya Terwujud

26.4K 2.4K 33
                                    

Ada sedikit adegan 18+ nya!

Bijak dalam membaca!

Ps: Untung saya udah 17 tahunwkwkw

***

"Apapun yang kuinginkan, pasti ku dapatkan. Tetapi kau---mematahkan semua prinsip dan ego ku semudah membalikkan telapak tangan,"

- Laksya Fioze



Traditional Market---Borealis's Castle

Pangeran Laksya mengusung senyum tipis saat mendengar celotehan seorang gadis di samping ini. Terkadang ia tergelak pelan jika perkataan gadis itu lucu menurutnya.

Kini, mereka berdua tengah menyusuri jalan setapak di sebuah pasar tradisional terbesar yang merupakan bagian dari Kerajaan Borealis sekaligus melihat secara langsung keadaan rakyat.

Di belakang mereka terdapat beberapa Pelayan yang siap menemani kemana pun junjungannya pergi. Bukan tanpa alasan mereka ikut, sudah menjadi tradisi turun temurun jika Pangeran atau Putri Kerajaan hendak bepergian---mereka wajib menemani.

Sehingga dapat menunjukan kasta mereka di masyarakat.

Dewi Harnum hanya tersenyum tipis saat mendengar celotehan Tuan Putrinya. Ia berjalan di belakang Putri Ambar dan siap melaksanakan apa yang di perintahkan Tuan Putrinya.

Tanpa menyadari, jika seseorang sesekali memperhatikannya.

"Putri Ambar?"

Putri Ambar menoleh. "Ya?"

"Bagaimana jika kita masuk ke dalam pasar, Putri?" tawar Pangeran Laksya membuat tubuh Putri Ambar menegang. "Aku sangat ingin melihat pasar ini lebih dekat," tambahnya dengan nada membujuk.

Hening sesaat.

Mengetahui Tuan Putrinya keberatan. Dewi Harnum angkat suara.

"Maaf atas kelancangan hamba, Pangeran," ucap Dewi Harnum. Pangeran Laksya menaikan alisnya tertarik. "Tuan Putri---"

"Apa selama ini kau tak pernah melihat keadaan rakyatmu secara langsung, Putri?" sela Pangeran Laksya cepat sembari menatap Putri Ambar dengan tatapan menyelidik.

"Mereka baik-baik saja, Pangeran." jawab Putri Ambar tegas. "Terlebih aku mendengar jika Jenderal Kerajaan selalu melaporkan keadaan mereka secara rutin pada Kerajaan," tambahnya.

Ia bukannya tak ingin melihat rakyatnya secara langsung. Hanya saja---membayangkan ia akan ke tempat kumuh membuatnya bergidik jijik.

Ugh ... Ia benci kotor!

"Kau adalah Putri Kerajaan. Sudah sepatutnya kau melihat rakyatmu secara langsung,"

Tubuh Putri Ambar menegang. Ia melirik Harnum sekilas---memintanya bicara.

"Anda tak bisa memaksa Tuan Putri Ambar untuk mengikuti semua keinginan Anda. Pangeran. Karena Tuan Putri lebih tahu yang terbaik bagi rakyatnya," balas Dewi Harnum. "Semua keinginanmu---tak selamanya dapat terwujud, Pangeran," tambahnya.

Putri Ambar menghela napas lega.

"Pelayan ... Kau tak tahu apa-apa!" sentak Pangeran Laksya kesal. "Sebagai Putri Kerajaan---sudah sepatutnya Putri Ambar mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya. Karena terkadang---mendengar saja tak cukup!" tambahnya.

Permaisuriku~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang