"Ninda sini, nduk. Ibu mau bicara sama kamu," ucap ibu ninda sambil menyuruh ninda duduk di sampingnya.
"Nggih bu, enten napa nggih?" tanya ninda sambil tersenyum.
"Nduk, kamu sebentar lagi mau lulus SMP. Kamu mau melanjutkan sekolah dimana?" tanya ibu ninda sambil mengelus elus rambut ninda yang panjang.
"Ninda pengen sekolah di Jakarta bu
Tapi bagaimana dengan biayanya? Emm tapi, tidak jadi saja bu. Nanti ibu disini sama siapa? kan Laras masih kecil bu, masih SMP kelas 7. Juga nanti siapa yang menjaga ibu sama Laras," ucap Ninda dengan tersenyum manis ke arah ibunya."Nduk, kalau kamu bercita cita menjadi dokter, kejarlah mimpimu agar ibu bisa bangga melihatmu," kata ibu ninda sambil menggegam tangan ninda.
"Nggih bu, emm Laras dimana ya bu?" tanya ninda sambil celingak celinguk mencari adiknya.
"Oh, mungkin main sama temennya," kata ibu ninda.
"Ya sudah,nduk. Ibu mau kerumah majikan ibu ya," jawab ibu ninda sambil tersenyum.
"Nggih bu hati hati," ucap ninda sambil mencium punggung tangan ibunya dan tersenyum.
Memang pekerjaan ibu Ninda adalah sebagai pembantu rumah tangga atau ART untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Karena bapak Ninda sudah meninggal karena sakit stroke 2 tahun lalu. Ninda jadi bersekolah di sekolah Negeri di desa dan karena kepintarannya dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMA. Ninda juga membantu ibunya bekerja sebagai orang yang membantu di toko swalayan budhenya.
Ninda bekerja setelah pulang sekolah pukul 1 siang hingga pukul 9 malam. Karena Ninda anak sulung dan di keluarganya tidak ada anak laki laki. Maka Ninda membantu ibunya untuk bekerja. Ibu Ninda bekerja dari pukul 7 pagi sampai pukul 10 malam. Oleh karena itu, jika adiknya Ninda ditinggal bekerja dia akan dititipkan kepada tetangga mereka untuk bermain bersama anak mereka.
Setelah itu Ninda segera pergi ke kamarnya untuk segera siap-siap pergi ke toko budhenya.
Sesampainya di toko, toko tersebut sudah ramai pengunjung. Ninda segera membantu mereka dengan cekatan.
Menulis daftar harga, mengantongi belanjaan, dan memberikan uang kembalian jika uang pembeli nominalnya lebih besar dari barangnya.
Akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Ninda segera mempersiapkan diri untuk pulang, sebelum pulang Ninda membelikan nasi goreng untuk keluarganya. Ninda membeli nasi goreng di warung kang maman. Nasi goreng yang ter-enak di desanya, kata ninda. Setelah selesai membelikan nasi goreng Ninda segera pulang dengan berjalan kaki.
Di pertigaan rumahnya Ninda melihat segerombolan anak anak laki-laki yang sedang tertawa tawa dengan meminum minuman keras oplosan. Ninda takut untuk melewati jalan itu, karena jika dia melewati jalan lain maka itu akan 2x jalan, dan dia akan pulang lebih lama. Setiap hari Ninda sering melewati jalan yang satunya. Tapi karena dia selesai membeli nasi goreng di warung yang agak jauh dari jalan itu, Ninda memilih untuk pulang lewat pertigaan ini.
Sebenarnya Ninda sudah tahu tentang pertigaan yang jarang dilewati orang ini. Disana banyak sekumpulan anak-anak nakal yang suka mabuk-mabukan.
Dengan berat hati akhirnya Ninda melangkah melewati anak anak itu. Sebelum Ninda berhasil melewati segerombolan itu, tangan Ninda dicekal oleh salah satu segerombolan anak itu. Ninda terus meronta hingga akhirnya orang itu berkata.
"Lo jangan berani berani sama gue, apalagi lo lewat kawasan kami, lo gabakal pulang dengan selamat," ucap orang tersebut sambil ketawa ketawa diikuti temannya yang lain.
"Maaf saya tidak tau kalau ini kawasan kalian," jawab Ninda sambil berusaha melepaskan cekalan tangannya.
"Hahaha dia ga ngerti kalau ini kawasan kita gaes," kata orang itu dengan sedikit sempoyongan karena efek minuman itu.
"Eh lo cantik juga ya, mau main sama kita-kita ga?" ucap orang tersebut didekat telinga Ninda hingga menyebabkan leher ninda merinding karena terkena hembusan nafasnya. Dan aroma dari bau minuman haram tersebut yang membuat Ninda ingin muntah.
Dengan sekuat tenaga akhirnya Ninda bisa melepaskan tangan orang itu. Karena orang itu sudah sempoyongan akibat terlalu banyak minum.
Ninda segera menendang selangkangan pria itu dan berlari sekencang kencangnya hingga dia sampai di depan rumahnya. Ninda mengatur nafasnya yang terengah-engah karena habis lari sejauh 200 m.
Tok..tok..tok..tok..
Ninda mengetuk pintu rumahnya, dan setelah itu ibunya keluar dalam keadaan khawatir.
"Assalamualaikum," ucap Ninda sambil mencium punggung tangan ibunya.
"Waalaikumsalam, kamu dari mana aja, Nin? Ini sudah jam 10 lebih," kata ibu ninda sambil menyuruh ninda masuk.
"Ninda tadi habis dikejar sama segerombolan laki laki yang sedang mabuk, Bu," ucap ninda sambil meletakkan nasi goreng yang telah dibelinya tadi.
"Kamu nggak apa-apa to? Apa kamu disakitin sama mereka? Lain kali hati hati ya, nduk," jawab ibu ninda sambil mengelus puncak kepala ninda.
"Iya bu, alhamdulillah tadi Ninda bisa kabur dari mereka. Oh iya bu ini nasi goreng buat ibu sama Laras. Laras sudah tidur ya bu?" tanya ninda sambil menatap ibunya.
"Belum, dia habis sholat trus lagi ngaji di kamarnya. Kamu susul gih adikmu ajak makan dulu," kata ibu ninda.
"Nggih Bu," jawab ninda.
Adik Ninda sudah kelas 1 SMP, dia juga bersekolah di sekolahnya Ninda.
"Dek Laras, makan yuk!" ajak ninda sambil menghampiri adiknya yang mengemasi mukenah dan Al-Qur'annya.
"Eh iya mbak bentar, Laras mau menjadwal pelajaran dulu," jawab saras sambil mencium punggung tangan Ninda.
"Iya, mbak tunggu di ruang tamu ya, Ras," kata ninda sambil keluar dari kamar Laras (kamar Ninda juga).
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
NINDA //on going
Teen FictionMaureen Aninda Ayu S. Seorang gadis desa yang lugu, pintar dan manis dengan kuning langsatnya. Ingin bersekolah di sekolah yang luas, megah, dan mewah seperti impian gadis desa lainnya. Tapi siapa sangka takdir berkata lain? Dipertemukan dengan oran...