Mereka segera bersiap siap untuk pergi melakukan pendaftaran. Kebetulan pendaftarannya dilakukan secara langsung bukan online. Mereka menggunakan seragam sekolah putih biru sewaktu SMP.
Setelah selesai semua, mereka segera pergi untuk mencari angkot dan pergi ke sekolah SMA Cakrawala. Di angkot mereka sibuk berbicara tentang sekolah yang akan mereka tempati.
"Kata papa, sekolahnya besar lho Nin, banyak cogan juga hehe, udah besar, bagus lagi, fasilitas lengkap, benar benar sekolah idaman deh," kata Citra dengan semangat.
"Emm udah aku duga sih, aduh deg deg an nih Cit," jawab Ninda sambil memegang dadanya.
"Udah santai aja, danem kamu kan tinggi, bismillah semoga keterima ya," balas Citra menenangkan dan tersenyum manis.
"Iya, bismillah semoga kita keterima, Aamiin," jawab Ninda.
"Aamiin."
Sesampainya di SMA Cakrawala, mereka segera turun dari angkot dan membayar angkot kemudian masuk ke dalam sekolah. Sekolah tersebut sangat ramai diisi oleh banyaknya pendaftar. Bisa dilihat orang orang tersebut berada di kalangan berada, tapi juga ada yang mendapat beasiswa, jadi masih campur, dan diakui kualitas sekolah tersebut merupakan murid yang pintar serta pandai.
******
Aku memperhatikan bentuk sekolahnya, bangunannya megah dan kokoh, di depanku terdapat hall yang luas, di sampingku terdapat beberapa taman sekolah. Sekolah tersebut memiliki 3 lantai. Lantai pertama untuk kelas X, dan terdapat hall, lantai kedua kelas XI, dan lantai ketiga kelas XII. Aku menyusuri sampai ke lapangan sekolah tersebut.
Lapangannya dibuat indoor, disana terdapat lapangan basket juga. Disamping lapangan ada kantin yang luas.
"Nin, ayo kita ngisi formulir dulu!" seru seseorang dari arah belakang Ninda.
Ninda membalikkan badannya dan tersenyum kepada Citra, "Iya ayo!" jawab Ninda sambil berjalan ke arah Citra.
Mereka berdua beriringan pergi ke tempat pengisian formulir. Citra yang pergi untuk mengambil formulir 2 buah, sedangkan Ninda berdiri lumayan jauh dari tempat tersebut karena banyak orang yang juga mengantri.
"Hai, lo daftar disini juga ya?" tanya seseorang yang juga berdiri disamping Ninda.
Ninda pun menengok kanan kiri depan belakang untuk mencari seseorang yang diajak dia bicara.
"Eh, lo nyari siapa?" tanya orang itu sambil mengerutkan keningnya.
"Emm, kamu ngomong sama siapa?" tanya Ninda sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dan tersenyum kikuk.
"Astaga naga dragon, gue ngomong sama lo lah," jawab orang itu menggerutu.
"Eh, maaf ya, aku pikir kamu ngomong sama orang lain," jawab Ninda dengan tersenyum kikuk.
"Huh lupakan lah, nama lo siapa? gue Caca." tanya orang itu seraya mengulurkan tangannya di depan Ninda.
"Aku Ninda, salam kenal ya," jawab Ninda seraya membalas uluran tangan Caca.
"Hm okey, semoga aja kita bisa ketemu lagi ya, jangan canggung canggung gitu, sama gue mah santuy!" jawab Caca sambil tertawa kecil.
"Hehe iya makasih," jawab Ninda sambil tersenyum lebar.
"Dah jumpa lagi," kata Caca sambil melenggang pergi dengan temannya dan mamanya yang baru datang.
Caca itu orangnya humble, ceria, dia itu tinggi, putih, matanya sipit, keturunan Chinese kali ya.
"Ninda, ayo!" ajak Citra sambil menggandeng tangan Ninda pergi masuk kelas untuk mengisi formulir.
Setelah selesai mengisi formulir dan berkas berkas semuanya, mereka pergi ke ruang TU untuk mengumpulkan berkas itu.
Setelah selesai mengumpulkan berkas mereka segera pulang menaiki angkot, karena seleksinya masih 2 hari lagi jadi mereka bisa memantau posisi mereka.
*******
-NINDA-
@grypachis
KAMU SEDANG MEMBACA
NINDA //on going
Teen FictionMaureen Aninda Ayu S. Seorang gadis desa yang lugu, pintar dan manis dengan kuning langsatnya. Ingin bersekolah di sekolah yang luas, megah, dan mewah seperti impian gadis desa lainnya. Tapi siapa sangka takdir berkata lain? Dipertemukan dengan oran...