Api kita sudah menyala
Api kita sudah menyala
Api... Api... Api... Api... Api...
Api unggun sudah menyalaNyanyian api unggun memeriahkan malam terakhir di bumi perkemahan. Api unggun adalah hal yang selalu ditunggu-tunggu dan menjadi ciri khas dari pramuka.
Dinginnya malam seakan sirna seiring dengan kobaran api yang kian menyala, menandakan semangat yang membara dari dalam jiwa setiap pramuka.
Acara malam pun kami lanjutkan sesuai dengan rundown acara yang telah di tentukan.
Suasana malam setelah api unggun menjadi semakin meriah karena diisi oleh pentas seni dari peserta tingkat SMA.
"Untungnya malam ini gak ada yang kesurupan lagi yaaa kak" ujar Vito
"Alhamdulillah vit, jadi gak repot lagi kita" kataku
Aku dan Vito turun dari panggung menuju tenda panitia untuk beristirahat setelah penat memandu acara.
"Bun pacar bunda jadi kesini gak?" Tanyaku pada Bu Elsa
"Udah disini dia, katanya nunggu di depan koperasi" Bu Elsa menjawab
"Ayok kesana, dara penasaran deh. Siapa sih chef yang udah nyuri hati bunda hahaha" aku tertawa menggoda Bu Elsa
"Kamu udah kenal kok Ra sama dia" tuturnya
"Masa sih Bun, siapa sih?" Aku penasaran
"Pokoknya liat aja nanti"
Siapa sebenarnya chef yang jadi pacar baru Bu Elsa itu, katanya aku mengenalnya entahlah. Aku tidak ingat bahwa aku punya teman seorang chef.
Bu Elsa memang guruku dulu sewaktu SMP, tapi usianya masih muda dan belum menikah. Jadi kami sangat akrab dan sering curhat tentang banyak hal.
"Om Ferdi" aku tersentak kaget
Ternyata chef yang dimaksud Bu Elsa adalah Ferdi. Aku sudah lama mengenalnya, ketika aku duduk di kelas 10 SMA dan dia kelas 12 di sekolah yang berbeda. Kami saling mengenal karena pada saat aku dipesantren, Ferdi ini adalah pacar dari salah satu kakak kelasku yang tinggal di pondok pesantren yang sama denganku. Sejak saat itu aku memanggilnya om.
"Hallo Ra, apa kabar? Lama gak ketemu yah." Dia tersenyum ke arahku
"Om jadi chef sekarang? Wahhhh keren banget" teriakku antusias
"Bener kan udah kenal?" Kata Bu Elsa
"Ini sih bukan kenal lagi Bun" kataku
Kami akhirnya bercakap cakap kesana kemari dan akupun menanyakan bagaimana pertemuan antara Bu Elsa dan om Ferdi sehingga mereka bisa berpacaran.
Malam semakin larut dan akupun sudah merasa mengantuk.
"Bun, Dara ngantuk nih. Mau ganti baju dimana yah, semua kamar mandi penuh sama peserta perkemahan."
Aku masih mengenakan PDH Pramuka lengkap dan belum berganti pakaian setelah upacara api unggun selesai.
"Gak tau Ra. Coba tanya ke petugas jaga, siapa tau ada tempat lain yang bisa dipake ganti baju"
"Gak mau ah bun, malu"
Tiba-tiba seseorang berbaju loreng duduk di gazebo yang tak jauh dari ruang koperasi.
"Pak ada kamar mandi kosong gak? Ini Andara mau ganti baju tapi semua kamar mandinya penuh" kata Bu Elsa
Aku tersentak kaget karena pria berseragam loreng itu tak lain adalah wirangga. Dia bangkit dari duduk nya dan menghampiri kami.
"Kenapa Bu?" Tanyanya
"Andara mau ganti baju, tapi kamar mandinya penuh" Bu Elsa mengulangi ucapannya
"Ganti baju aja kan? Ada di dalem kalau mau. Biar saya antar" tutur Wira
"Mau gak?" Tanya Bu Elsa sambil tersenyum menggoda
"Yaudah deh"
Aku terpaksa mengiyakan tawarannya karena tidak punya pilihan lain. Jika harus menunggu antrian peserta yang sangat panjang tidak mungkin rasanya. Rasa kantuk ini akan semakin berat jika dibiarkan.
"Tapi Dara mau ambil dulu baju ganti nya di tenda" kataku
"Yaudah ambil dulu aja, saya tunggu disini" wirangga tersenyum
Aku bergegas menuju tenda panitia di lapangan golf dan kembali ke depan ruangan koperasi dimana ada Bu Elsa, om Ferdi dan aa loreng yang sudah menungguku disana.
Aku berdiri mematung menghadap mereka tanpa sepatah katapun. Wirangga menatapku lekat
"Udah?" Tanyanya kemudian
Aku hanya mengangguk.
"Ayok sini ikut" dia berdiri dan berjalan menuju kantor
"Ditinggal bentar ya Bun" akupun pamit kepada Bu Elsa
"Iyaaa" dia tersenyum
Aku berjalan dibelakang wirangga dan mengikuti nya. Kami masuk ke sebuah ruangan kantor yang gelap. Aku sangat takut, pikiranku seketika berubah negatif padanya.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Bagaimana kalau dia menyakitiku?" Pikirku dalam hati
Karena panik aku jadi lupa bahwa diserap sudut ruangan di Satrad ini di pasangi kamera cctv. Aku malah berburuk sangka pada orang yang berniat baik membantuku.
"Ganti baju aja kan? di kamar mandi ini aja. Emang gak ada airnya sih, tapi bisa kalau cuma mau ganti baju" tuturnya sambil membuka pintu kamar mandi
"Iyaaa pak, terimakasih" aku menunduk
Setelah melihat ruangan sekitar yang gelap aku sedikit takut kemudian segera masuk ke kamar mandi yang sama gelapnya. Aku langsung teringat kejadian malam kemarin dimana ada 20 orang peserta perkemahan yang kesurupan.
Aku hendak menutup pintu kemudian membukanya kembali dan repleks mengatakan sesuatu.
"Jangan kemana mana yah, dara takut."
Wirangga yang hendak berjalan keluar dan meninggalkan aku sendiri urung melakukannya dan kembali.
"Saya tungguin disini kalau gitu" katanya lembut
"Iya" akupun menutup pintu dan mengganti pakaian ku.
Kemudian terdengar suara dari balik pintu.
"Boleh ngomong sesuatu gak?"
Deg... Jantungku berdetak lebih cepat, apa sebenarnya yang ada dipikiran pria ini.
Aku langsung teringat pada sebuah film Indonesia, Dimana pemeran utamanya saling bicara dibalik dinding sebagai pemisah. Aku dan dia juga mengobrol dengan pintu kamar mandi yang menjadi sekat antara kami. Sangat romantis jika ini adalah sebuah film. Bedanya, di film kejadiannya adalah pasangan kekasih yang sedang dilanda rindu namun tak bisa bertemu karena tidak dapat restu. Kemudian secara sembunyi sembunyi di pria mendatangi wanitanya dibalik dinding yang menjulang tinggi dan mereka saling menempel kan telapak tangannya didinding dan melepas rindu. Sedangkan kami disini bukan melepas rindu, namun tepatnya dia mengantarku berganti baju.
"Konyol banget sih, kenapa juga aku membandingkan nya dengan film"
Lamunanku seketika buyar dan aku segera menjawab pertanyaan wirangga.
"Dari tadi kan udah ngomong" celetukku asal
"Salah gak sih kalau kita baru kenal seseorang terus kita langsung suka sama dia, pengen jagain dia tiap hari"
Aku tertegun mendengar perkataannya "apakah seseorang yang dia maksud adalah aku?"
Kubuka pintu kamar mandi dan menatapnya, namun Wira sepertinya kaget dan langsungnya pergi meninggalkan aku begitu saja disana.
✈️✈️✈️
Wahhhh Wira kenapa tuh malah langsung kabur gitu aja liat Dara macam liat hantu aja hehehe
Ikutin terus yah kisahnya,, jangan lupa vote dan tinggalin komen kalian
Enjoyyyyy.......
![](https://img.wattpad.com/cover/199673675-288-k178988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Penjaga Langit Menjaga Hati (ON GOING)
RomanceNamaku Andara, aku mencintai kesatria negara.