"Aku mau kita putus" tegasku mantap, setelah mengumpulkan banyak keberanian dan alasan akhirnya aku yakin untuk mengakhiri hubungan ini.
"Tapi aku bener bener sayang sama kamu" ucap Mondi lirih
"Aku gak sayang sama kamu Mondi, mengertilah. Banyak yang jauh lebih baik daripada aku. Turuti aja apa yang ibu kamu mau, toh dia juga gak suka sama aku dan terus saja mendesakku untuk menjauhi kamu. Sudahlah, aku udah gak tahan dengan hubungan ini. Jangan ganggu aku lagi"
Itulah isi pesan terahirku pada Mondi dan ada beberapa pesan lagi yang masuk darinya. Tapi sama sekali aku tidak berniat membukanya, untung saja dia tidak ada di hadapanku, jika ada aku tidak mungkin sanggup mengatakannya. Mungkin aku sudah menangis terlebih dahulu sebelum kata putus itu terucap.
Aku memang tidak mencintai Mondi, tapi tetap saja aku akan menangis jika harus menyakitinya yang sudah begitu baik terhadapku.
Flashback on...
"Saya ibunya Mondi, tolong jauhi anak saya, saya gak mau anak saya sekolahnya terganggu karena kamu. Jalannya masih panjang. Saya mau dia sukses dan berhasil meraih keinginan nya untuk menjadi tentara. Kamu kan lebih tua dari Mondi, kamu juga sudah lulus sekolah. Saya gak suka dia pacaran sama kamu karena itu akan mengganggu masa depannya. Jaman sekarang banyak anak muda yang hamil di luar nikah, saya gak mau hal buruk terjadi pada mondi. Sebagai seorang ibu saya minta sama kamu jauhi dia. Saya mau kalian akhiri saja hubungan kalian"
Tiba-tiba tubuhku bergetar membaca pesan dari ibunya Mondi. Ingin rasanya air mataku menetes, bukan karena dia menyuruhku untuk mengakhiri hubunganku dengan anaknya. Tapi karena perkataan nya yang seolah-olah menganggap ku adalah seseorang yang akan berdampak buruk bagi kehidupan anaknya.
"Hamil diluar nikah dia bilang? Bahkan aku tidak sudi memberikan milikku pada Mondi mengingat aku tidak pernah sama sekali menaruh perasaan padanya. Dangkal sekali pemikiran orangtua Mondi, dia pikir aku tidak bisa menjaga kehormatan ku eh?" Batinku
Seketika emosi menyelimuti kepalaku, sebagai seseorang yang baru berumur 18 tahun, aku belum mampu mengendalikan emosiku yang terkadang labil dan meledak-ledak.
"Saya akan jauhi anak ibu, lagipula saya sudah sering mengakhiri hubungan ini. Tapi anak ibu sendiri yang merengek-rengek dan mengejar saya."
Flashback off...
✈️✈️✈️
"Hhhhhhhhhhhh...."Kuhela nafasku dalam-dalam, aku tidak menyangka hubungan ku dengan Mondi akan berahir seperti ini. Entahlah, kepalaku sedang tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini.
Di satu sisi aku memang ingin mengakhiri hubungan ku dengan Mondi, tapi disisi lain aku juga tidak terima dengan anggapan buruk orang tua Mondi terhadapku. Yaa, meskipun aku bukan orang baik-baik tapi aku juga tidak seburuk itu.
Kurebahkan tubuhku di atas ranjang dan kupejamkan mataku perlahan, ingin rasanya aku menghilang dari dunia ini sekarang juga.
Sampai akhirnya ponselku berdering, kubuka mataku dengan malas. Kuhembuskan nafasku kasar, "itu pasti Mondi" pikirku dalam hati. Dia pasti tidak terima aku memutuskan hubungan kami secara sepihak dan menuntut penjelasan lebih lanjut dariku.
Ku raih ponselku dan melihat nama yang tertera di layar.
"Wirangga" aku bergumam
"Hallo"
Kuputuskan untuk mengangkat panggilan dari nya, semoga saja dengan hadirnya Wirangga dapat mengalihkan pikiranku dari Mondi dan membuatku merasa sedikit lebih tenang.
"Hallo Ra, kamu belum tidur?" Tanya nya sedikit basa basi
"Udah pak, ini Dara nelpon sambil mimpi" candaku
"Masa sih? Saya gak ganggu kan?"
"Enggak kok, ada apa emangnya pak"
"Gak ada.... cuma mau denger suara kamu aja, mau mastiin kalau kamu gak kenapa-napa."
"Kenapa-napa kenapa?" Aku tersenyum heran
"Ohyaaa pacar kamu gimana?"
"Gak gimana-gimana pak, dara udahan sama dia"
"Loh kok bisa? Gara-gara saya? Biar saya yang jelasin ke dia kalau dia salah paham"
"Dara emang lagi ada masalah sama dia, udah ahh bisa gak kita bahas yang lain aja gak usah bahas dia? Dara lagi gak mood buat curhat haha" aku berusaha mengalihkan pembicaraan
"Bahas kita aja gimana?"
"Maksudnya?"
Aku sebenarnya tau apa yang di maksud Wirangga, hanya saja aku sedang ingin pura-pura gila sekarang. Aku tidak ingin secepat itu menanggapi ucapan dari orang yang baru saja aku kenal. Untuk berjaga-jaga takutnya dia hanya pura-pura dan berniat untuk mempermainkan ku saja. Aku bukan wanita bodoh yang bisa di bodoh bodohi, karena aku sudah hafal bagaimana karakter laki laki di luar sana.
Percakapan kami pun berlanjut hingga larut malam. Entah kenapa aku sangat nyaman berbincang-bincang dengan Wirangga. Meskipun aku baru mengenalnya, pembawaannya yang santai dan menyenangkan membuat aku jadi tidak canggung dan merasa seolah olah sudah lama mengenalnya.
✈️✈️✈️
Hai hai hai para readers yang baik dan budiman. Karena satu dan lain hal author jadi jarang banget update cerita ini. Maafkan aku hiks (emot nangis), kali ini juga update-an nya gak begitu panjang dan terkesan di paksakan karena author bener bener buntu dan lupa jalan ceritanya 🙈.
Makasih buat kalian yang selalu support author dan selalu setia mantengin cerita yang gak ada bagus bagusnya ini hehe. Maaf jika typo bertebaran di sepanjang cerita, maklum lah author ngeditnya di hp jadi gak begitu rapi (kok jadi curhat yah 😂)
Pokoknya ikutin terus kisahnya Andara sama Wirangga yahhhhh dan jangan lupa tinggalin jejak kalian biar author semangat terus buat update ceritanya. Happy reading, peluk cium dari penjaga langit yang siap menjaga hati 😘😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Bisakah Penjaga Langit Menjaga Hati (ON GOING)
RomanceNamaku Andara, aku mencintai kesatria negara.