"Aku mau kuliah!" Ungkap seorang gadis dengan piyama dan sebuah novel ditangannya.
"Ya kuliah sana, dari tadi berisik! Baca novel aja kayak baca berita dunia sampe teriak-teriak." Sahut gadis yang sedang duduk di meja belajarnya dengan tumpukan tugas dari sekolah. Heran, guru suka banget ngasih tugas numpuk ke murid sampai murid susah santai.
"Ihh, kan namanya itu penghayatan Zanna. Biar bisa mendalami cerita." Sahut gadis itu tidak mau kalah.
Grizelle Davina Putri atau lebih singkat dengan nama panggilan Nana. Tidak mau kalah, manja, keras kepala, konyol, dan suka bercanda adalah sifat dominan Davina.
Usianya sekarang menginjak 19 tahun. Baru lulus sekolah tahun lalu. Dan ya, dia langsung mengambil kerja. Tidak langsung melanjutkan kuliah seperti teman-temannya. Dan sekarang entah kenapa dirinya merajuk ingin kuliah pada adiknya yang sibuk mengerjakan tugas.
"Zanna, pokoknya aku harus kuliah! Aku kan juga mau main cinta-cintaan. Masa cuma aku yang belom pacaran selama 19 tahun?! Gak adil!" Keluh Davina.
"Lagian gak pacaran." Cetus Zanna yang tidak terlalu peduli dengan pembicaraan kakaknya.
"Yakan sama mama nggak boleh pacaran Zann. Ih nyebelin banget sih Zanna. Bukannya kasih saran malah ketus terus." Zanna memutar bola matanya malas. Kakaknya yang tidak tahu diri adik sedang belajar atau memang Zanna yang salah telah ngacangin kakaknya?
Zanna menghelakan nafasnya. "Kak, aku kan lagi ngerjain pr."
"Pokoknya nanti aku mau kuliah terus ketemu cowo ganteng yang baik, nggak genit, setia kayak karakter di novel-novel gitu. Ihh pokoknya harus kuliah!" khayal Davina yang kini lagi ngebayangin sesuatu yang layaknya di sebuah drama novel romantis. Konyol.
Zanna menoleh ke kakaknya. "Jadi motivasi kakak kuliah itu?" Tanya Zanna tidak percaya.
Davina tersenyum lebar dan menganggukan kepalannya. "Iya, kan dari jaman SMP terus ke SMA aku kan gak pernah ngalamin cinta-cintaan. Mumpung umur masih muda juga makanya mau cinta-cintaan."
Zanna ketawa. "Konyol." Jawabnya yang langsung membalikan badannya ke meja belajarnya lagi.
Davina tidak memperdulikan ucapan Zanna barusan. Bukan Davina jika dia tidak menuntaskan keinginannya. Davina mengambil laptopnya. Menaruhnya diatas bantal dan mulai menyalakan. Jari-jari lentiknya mulai mengetikan sesuatu dan mencarinya di internet.
"Zan, Universitas swasta atau negeri?" Tanya Davina
"Negeri." Jawab Zanna singkat.
Davina menelusuri satu per satu Universitas Negeri dan itu berhasil membuat Davina semakin ingin cepat kuliah sampai tangannya berhenti setelah membaca beberapa kali pernyataan bahwa pendaftaran mahasiswi baru sudah selesai.
"Ihh Zanna! Kalo negeri udah nggak buka pendaftaran. Lagian jugakan harus tes. Aku harus belajar dulu." Ucap Davina lemas.
"Yaudah cari aja Universitas swasta yang bagus. Susah amat." Jawab Zanna.
"Oke."
Davina kembali menelusuri google mencari-cari Universitas yang cocok untuknya.
"Zanna, jurusan yang banyak cowo gantengnya apa ya? Kedokteran? Teknik? Sebentar kita harus cari dulu gedungnya deketan nggak sama jurusan yang aku mau." Ucap Davina yang tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
Zanna membalikan badannya. "Kakak! Kalo kuliah itu yang niat. Motivasinya konyol banget sumpah."
"Ih biarin, julid terus." Jawab Davina tidak mau kalah.
"Kalo mau cowo ganteng waktu kakak sekolahkan banyak cowo yang suka sama kakak, ganteng juga." Ucap Zanna yang mengingatkan kakaknya.
"Tapi tukang ngalus. Nggak suka." Jawab Davina kesal yang harus diingatkan cowo-cowo ngalus yang mencoba mendekati Davina. "Kalo jurusan kedokteran, teknik atau arsitek biasanya banyak cowo-cowo nggak tukang ngalus nih. Bener, nggak? Kayak di novel-novel gitu."
Cukup kayaknya Zanna kehabisan kata-kata. "Kakak, ini tuh bukan di novel. Kakak ambil jurusan yang sesuai bakat kakak aja, kan ada banyak pasti. Teknik mesin, kimia, sama kedokteran, jangan arsitek gambar kakak aja jelek banget."
Davina menatap adiknya tidak percaya "Beraninya ngomong gitu."
Davina menghelakan nafasnya. "Aku bisa gambar tau! Kamu nggak inget pernah aku gambarin hello kitty?"
"Cuma bisa itu, kakak bangga?" Ejek Zanna.
Davina berdengus. "Ish, lihat aja." Zanna ketawa. Konyol...
•••••
Sebuah Universitas Swasta ternama di kawasan tanggerang. Dengan dekorasi yang artistik dan lahan parkir yang luas, jangan lupakan fasilitas yang lengkap disertai kolam renang. Kampus yang dimana akan jadi tempat Davina melanjutkan sekolahnya.
Dengan wajah senang Davina keluar dari ruangan administrasi setelah mengurus beberapa persyaratan. Davina sudah memutuskan akan menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Kimia. Setidaknya bertemu dengan zat-zat kimia membuat dirinya semangat. Walaupun pada dasarnya semangatnya adalah motivasinya
Davina berhenti didepan kaca dekat lorong. Memandang dirinya sendiri dari atas sampai bawah. Rok lipit hitam dengan pendek dua senti diatas lutut yang dipadukan dengan kaos putih dan jaket denim panjang.
"Harus berubah penampilan nggak ya?" Gumam Davina seraya berfikir. "Nggak...nggak...nggak. Harus jadi diri sendiri."
Davina segera membalikan tubuhnya. Baru beberapa langkah ia jalan, kakinya berhenti. Memandang laki-laki yang baru saja keluar dari ruangan yang bertuliskan Ruang Dosen.
"Ganteng." Ucapnya pelan yang tanpa sadar tangannya mengangkat ponselnya agar sejajar dengan wajahnya.
Davina membuka aplikasi kamera. Memotretnya berkali-kali. Sampai tidak sadar objek yang sedang di fotonya sedang berjalan menuju dirinya dan sekarang tepat di depannya dengan wajah datar dan dinginnya.
"Hapus." Perintahnya tegas.
Davina membuka matanya lebar-lebar terkejut. "Apa?"
Laki-laki itu berdengus kesal. "Gue bilang hapus fotonya. Lo tuli?" Ucapnya menaikan nadanya satu oktaf.
"Ah, iya." Ucap Davina langsung mengeser kameranya ke galeri dan menandai foto yang baru saja ia ambil.
Davina menunjukan ponselnya dan melihatkan kalau Davina menekan opsi hapus. "Udah."
Laki-laki itu melanjutkan jalannya setelah melihat sendiri Davina menghapus foto-fotonya.
"Maaf, nama kamu siapa?" Tanya Davina yang berhasil membuat laki-laki itu berhenti dan menatapnya. Tapi bukannya menjawab laki-laki itu menatap Davina dari atas sampai bawah dan tersenyum meremehkan dan melanjutkan jalannya.
"Sombong!" Ucap Davina kesal.
.
.
.
.
.He-yow! I need a voment. Please give me voment biar aku semangat buat lanjutinnya. Ini karya pertama aku. Voment kalian samgat berharga buat aku.
Terima kasih yang udah baca cerita aku! Terima kasih banyak...

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Ficção Adolescente[n] Aksara. Istilah lain menyebut sistem tulisan. Cerita romansa yang pasaran. Davina si gadis dengan kepercayaan diri berlebihan mengejar Geffan si kating dingin yang mampu membuat kaum hawa menjerit. Update setiap minggu yaa!! Tapi maaf k...