06. Telunjuk

34.9K 4.1K 370
                                    


Yapapai Yapapai inzanten mari bergembira bersama cinta (2x)

Jatuh cinta Ranma Ranma Ranma kita menjadi teman selamanya~ (2x)

Jatuh cinta Ranma Ranma Ranma kita menjadi teman selamanya~ (2x)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rindang menyedekapkan tangan di depan dada. Tidak peduli apakah mereka sedang melewati tikungan, membalap bemo maupun sedan, menghindari pedagang asongan, ataupun mengarungi polisi tiduran─eh, tidur. Ia menjaga tangannya tetap di sana agar tidak bersedia menyentuh Samud yang membawa motor barang secuil saja. Namun, ketika cowok itu mulai berkendara ugal-ugalan, dalam arti berjalan zigzag dalam upaya mendahului mobil-mobil dan kendaraan lainnya dalam kecepatan di atas kecepatan normal Rindang yaitu 20 km/jam, kesabaran yang gadis itu susah payah tahan-tahan mulai menipis. Menguap bersama udara panas di atas kepala. Matahari telah turun hingga berada pada ketinggian 90 derajat, namun udaranya ... mungkin ini yang dinamakan kisi-kisi sebelum masuk neraka.

Merasa Samud akan terus mengupayakan berbagai cara untuk melayangkan nyawanya, Rindang pun menepuk punggung pria itu keras-keras. Kalau bisa, sampai orangnya muntah darah.

"Kenapa?" tanya Samud, menoleh sedetik ke arah Rindang sebelum kembali fokus ke jalanan.

"Bapak, kalau mau bunuh saya, langsung santet aja, deh, jangan kayak gini! Seenggaknya saya bisa mati sambil rkhebahan!" teriak Rindang gusar. Atau, menurutnya itu sudah tergolong berteriak, mengingat seberapa besar energi yang ia keluarkan untuk meninggikan volume suara, sementara helmnya terantuk-antuk pada helm Samud. Benar-benar bukan situasi menyenangkan.

Samudera hanya terkekeh. Terlihat deret gigi yang rapi dan sedikit gusi yang tercermin dengan jelasnya melalui kaca spion. Rindang pun segera membuang pandang. "Makanya saya bilang pegangan. Kamunya bandel."

"Ogah! Sudah berhenti. Saya aja yang bawa."

"Saya bisa, kok. Lagian emang kamu tahu, ke Pasar Minggu lewat jalan mana?"

"Baru keluar dari gua, ya?" teriaknya. Rindang sedikit meringis karena serak pada pengucapannya. "Nggak tahu ada yang namanya map?"

Beberapa menit kemudian. Tepatnya, setelah Samudera menepikan motor hingga nyaris menabrak loper koran yang kemudian marah-marah pada mereka, Rindang turun. Ia cepat merebut kemudi kembali padanya. Sepertinya, yang baru keluar dari gua itu adalah Rindang. Gadis itu memang map, tapi tidak tahu fungsi dan cara menggunakannya. Berkat menolak bantuan Samudera, mereka sukses berputar-putar di daerah yang sama, sampai menemukan jalan keluar.

Perjalanan panjang menjadi semakin panjang. Belum lagi faktor kecepatan siput manula-nya Rindang. Belum lagi Samudera, yang tidak bisa disuruh pura-pura menghilang. Baik karena mulutnya yang terus-terusan mengoceh lima menit sekali, maupun karena duduknya yang grasak-grusuk dengan tubuh seberat itu, ia benar-benar ... sulit diabaikan.

RINDANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang