(suara bajak laut) Are you ready, Kids?
Mengambil topi fedora milik Ursa, Rindang meletakkan di atas kepala. Ia pun meraih kacamata hitam untuk disematkan miring, hanya menutup sebelah matanya. Mengacungkan bagian melengkung dari gantungan baju ke arah Aru, bocah itu mendongak untuk menatapnya dengan mata berbinar penasaran.
"Are you ready, kids?"
"Aye! Aye! Captain!"
Rindang meletakkan kedua tangan di pinggang, lalu membusungkan dada. Ia menarik napas dalam demi mengeluarkan kalimat lagu berikutnya, panjang dan memakai suara yang dibass-basskan. "I can't hear you~"
"Aye! Aye! Captain!" sahut anak itu lebih keras, dengan teriakan dan tepuk tangan.
"Oh~ Who lives in a pineapple under the sea~"
"Spongebob Kwepens!"
"Absorbent and yellow and pourous is he~"
"SPONGEBOB KWEPENS!"
Aru melompat-lompat di sofa, begitu semangatnya menyanyikan opening lagu salah satu kartun kesukaannya. Berdua, mereka suka menyama-nyamakan orang-orang sekitar dengan tokoh-tokoh dalam kartu sponge kuning tersebut. Seperti, Ursa adalah Squidward Tentacles. Sosok yang hanya bisa mereka ucapkan dengan bisik-bisik saat orangnya tidak ada. Mama Sashi adalah Tuan Krab karena selalu membatasi Aru kalau ingin jajan, menurut Aru. Dan Papa Ayas adalah Squilliam Fancyson yang kaya raya.
"Nggak, Aru," Rindang bersedekap. "Spongebob Squarepants! Squarepants!"
Aru mengerjap. "Kwepens?"
Oke, sepertinya harus satu-satu. "Square," ujar Rindang secara pelan dan jelas. Pengucapan huruf R-nya lebih mengikuti British, biar hilang sama sekali.
"Skwel..." Aru mengikuti, dengan huruf R yang sama tidak sempurnanya.
"Pants!"
"Pens."
"Bagus. Squarepants!"
"Kwepen!"
Menyleding kepala anak orang kena pasal, tidak?
Rindang menarik napas keras-keras. Tidak akan ada gunanya baku hantam dengan anak PAUD. Salah-salah ia akan berakhir dicekik emaknya. "Iya deh. Kwepen. Ayo, kita nonton aja. Duduk manis, ya."
Aru mengangguk. Namun, harapan tinggal harapan. Kurang dari semenit, anak itu sudah tiarap di sofa, dengan wajah menghadap TV dan kaki yang menendang-nendang. Kalau Sashi lihat, dia pasti bakal menyemburkan ceramah yang tidak akan selesai dalam tujuh hari tujuh malam. Padahal mau ditegur bagaimanapun, Aru tidak akan bersedia duduk manis dan diam lebih dari sepuluh detik. Jadi, daripada merepotkan diri menegur, Rindang hanya mengambil bantal sofa untuk dipeluk, lalu merebahkan diri di karpet dekat sofa tanpa alas kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDANG [END]
ChickLit[Sebagian chapter diprivate] Rindang bersyukur mendapat tawaran pekerjaan. Tapi, kebahagiaannya hanya sementara, setelah Rindang tahu kalau bos di tempat kerja barunya adalah Samudera, si cowok usil sekaligus musuhnya semasa SMA. *** Rindang Dawen K...