07. Lampu Merkhah

32.3K 3.6K 335
                                    


Katakan kau suka dengan tenang jangan seperti kuda liar~
Bel tak berbunyi bagaikan angin. Dadaku jadi terasa hangat.
Karena kau hidup di hatiku, sangat mengganggu jiwaku
Malam ini tak apa-apa, sampai esok pun tak mengapa~

Seperti rambut-rambut ketiak mudah luruh setelah dioleskan hair removal cream, Rindang merasa tulangnya rontok sampai ke kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti rambut-rambut ketiak mudah luruh setelah dioleskan hair removal cream, Rindang merasa tulangnya rontok sampai ke kaki. Akhirnya, Rindang berdiri di dalam lift yang naik ke lantai sepuluh, letak apartemennya─apartemen Ursa tepatnya─berada.

Pulang.

Kepalanya sudah terasa berat dan kakinya tidak mau diajak bekerja sama untuk menopang tubuh lebih lama. Belum lagi nyeri haid di perut yang membuatnya ingin berguling-guling di dalam lift, lalu menggelinding ke depan unit. Ternyata, kisi-kisi neraka belum berakhir bagi Rindang. Meskipun sebenarnya, selain tersesat di pasar dan berputar-putar dengan motor bebek produksi 2012-nya, ia nyaris tidak melakukan kegiatan berguna apa-apa hari ini.

Mungkin virus Samud. Pasti karena Samud. Pasti karena bau keteknya yang diterbangkan angin ke indera penciuman Rindang. Dari cowok itu membawa motor setengah perjalanan awal, sampai seluruh perjalanan pulang, Rindang pusing to the moon and back.

Biar Rindang urutkan rentet kejadian hari ini─the stairways to hell yang membuat tubuhnya trauma untuk bergerak. Nyaris tiga bulan jadi pengangguran membuatnya terbiasa untuk tidak melakukan apa-apa. Dan sekarang, pekerjaan datang bertubi-tubi seperti perintah dari Inang Ursula yang tidak berujung, atau gosip ibu-ibu yang tidak ada habisnya. Paginya, ia masuk kerja di York, mendapat shift pagi, mengajar kelas bahasa Inggris khusus ibu-ibu sosialita, lalu kelas anak-anak SD yang memungkinkannya pulang sore, atau begitu rencananya. Sampai Samud datang dengan bencana di tangannya.

Usai berbelanja kebutuhan kafe dan kelas, mereka tidak langsung kembali ke York. Siang itu, di jalan Pasar Raya Minggu daerah Pancoran, Samudera membawa mereka masuk ke halaman Masjid Jami yang padat. Orang-orang dengan baju koko, sajadah, dan peci, maupun yang berpakaian kantor dengan celana panjang dan kemeja seperti yang dipakai Samud, berdatangan untuk shalat Jum'at.

RINDANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang