BAB 8 : I Hate my Self

47 6 0
                                    

Binar POV

Aku memandang gedung di depanku dengan sangat malas, aku sama sekali tidak memiliki minat sekolah untuk hari ini. Ditambah, aku masih terbayang-bayang dengan kejadian kemarin, begitu bodohnya aku meninggalkan pak Maha di taman sendirian.

Sungguh, aku takut sekali melihat ketiga wanita yang menatapku sinis dari kejauhan. Aku ingin hidup damai di tahun terakhirku. Aku benci hidup di dalam perasaan seperti ini, gelisah, bimbang dan berbagai macam perasaan aneh yang datang ke kepalaku. Hidupku sudah cukup berat, aku tidak ingin ada beban lagi yang bertambah.

Aku memasuki gedung sekolah dengan langkah yang sangat ragu, mataku melirik kesana kemari takut jika tiba-tiba pak Maha muncul di hadapanku. Aku masih tidak terbiasa memanggilnya dengan sebutan Kakak, karena aku lebih sering bertemu dengannya di dalam lingkungan sekolah. Mungkin itu akan berbeda kalau aku lebih sering bertemu dengannya di luar sekolah, tapi itu sudah jelas tidak mungkin.

Jelas tidak mungkin, setelah meyakinkan diriku berulang kali tadi malam. Aku memutuskan untuk tidak mengulangi hal yang sama seperti kemarin.

Selama perjalananku ke dalam kelas, aku aman dari pak Maha tapi tidak dengan gadis-gadis kemarin karena dua diantaranya satu kelas denganku. Sudah pasti aku akan mampus hari ini, entah aku akan diperlakukan seperti apa, aku akan pasrah.

Baru saja aku membuka pintu kelasku dan benar saja Kina dan Tayara langsung melemparkan tatapan sinis padaku. Aku sontak langsung menurunkan pandanganku dan berjalan ke arah mejaku dengan perasaan takut yang menjalar di seluruh tubuhku. Badanku gemetaran, aku harap Aurora akan datang sebelum bel masuk.

Krriinngggg...

Tubuhku lemas seketika, jika sampai detik ini Aurora belum datang sudah pasti dia izin hari ini tapi kenapa Aurora tidak memberitahu apa-apa padaku?

Aku, sangat takut.

"Hai, cantik."

Suara itu, suara Kina. Aku merasakan sentuhan halus di puncak kepalaku yang perlahan turun ke daguku, Kina mengangkat paksa wajahku sampai aku mengadah menghadapnya, memaksa diriku menatap matanya yang begitu tajam. Cengkraman tangannya di pipiku membuatku meringis kesakitan.

Aku menepis tangannya, berusaha membalas tatapannya dengan sekuat tenaga. Ah, tatapannya sangat mengintimidasiku.b

"Santai aja sayang, Kina cuman mau tanya aja kok." Ujarnya sembari menyunggingkan senyum polosnya itu.

"Kemaren lo berduaan sama siapa??" Kali ini Tayara yang berbisik lembut ditelingaku tapi terdengar begitu creepy.

"Urusan sama kamu apa??" Tanyaku, sinis.

"Kalau orang tanya itu ya jawab, gimana sih?" Nada bicara Tayara meninggi.

Aku kembali menggelengkan kepalaku, aku tidak ingin seisi kelas tau kalau kemarin aku jalan bersama pak Maha. Bukan masalah aku, pasti pak Maha akan mendapat perhatian lebih karena jalan bersama muridnya sendiri.

"Hei! Kamu ngapain??"

Aku terkejut saat tiba-tiba pak Maha menarik tangan Kina dengan keras sampai Kina meringis kuat.

"M ㅡ maaf pak," Kina berusaha menarik tangannya dari genggaman pak Maha. Namun sepertinya tidak semudah itu, karena sekarang tatapan pak Maha lebih tajam dari tatapan Kina tadi. Tatapannya penuh amarah yang menggebu-gebu, walau bukan ditujukan padaku, aku merasakan aura yang begitu mencekam di sekitarnya.

Pak Maha menghempas tangan Kina sampai terbentur ke ujung meja, "kembali ke tempat duduk kamu, SEKARANG!!" Kina langsung buru-buru kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang memerah.

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang