5

345 35 0
                                    

Chaeyong berjalan menuju perpustakan, di mana ia biasa melihat yonggi. Jangan kalian pikir yonggi ke perpustakaan untuk baca buku atau belajar. Ia hanya datang untuk tidur. Karna hanya perpustakaanlah yang damai, tak ada suara.

Sebenarnya chaeyong malas. Tapi setelah mendengar apa yang lisa katakan. Ia merasa kata-kata lisa itu ada benarnya.

Dan juga, chaeyong ingin segera lulus agar tak merepotkan keluarganya lagi. (Entah kenapa ia baru sadar sekarang).

Chaeyong berjalan menyusuri rak buku lebih dalam, karna terakhir ia melihat yonggi, ia berada di sudut ruangan yang sedikit di kunjungi mahasiswa.

"Ah itu dia" chaeyong diam. Tak berani maju saat melihat yonggi tidur dengan lengannya yang menutupi mata.

"Apa yang harus ku katakan? " bingung chaeyong.

Cukup lama chaeyong menatap yonggi dari jauh. "Ah molla.. Coba saja dulu. Kalau tidak sekarang, mau kapan lagi" semangat chaeyong.

Chaeyong berjalan menuju sisi yonggi. Ia duduk berjongkok tapi hanya bisa melihat yonggi yang tertidur dengan lengan yang menutupi kedua mata.

Jantung chaeyong berdegup kencang saat melihat tubuh yonggi yang diam dan memperhatikan tangan jemari yonggi yang satunya ada di atas perut.

Jadi ingat dulu, tangan ini yang selalu menggenggam tanganku.

Astaga, apa yang kau pikirkan. Sebaiknya aku menemuinya di rumah saja.

Chaeyong baru akan berdiri, tapi tangannya di tahan.

"Apa yang kau lakukan di sini? " tanya yonggi tanpa menyingkirkan tangan dari matanya.

"Ah mian"

Yonggi menyingkirkan lengannya "chaeyong?! " ucap yonggi heran. Dipikirnya tadi mahasiswa iseng yang datang padanya.

chaeyong sendiri kaget sekaligus gugup karna pergelangan tangannya yang masih de genggam oleh yonggi.

"Kenapa kau di sini? " tanya yonggi melepaskan genggamannya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

Chaeyong yang melihat rambut yonggi sedikit berantakan, sangat ingin merapikannya. Tapi tak jadi. Karna ia tak bisa.

"A-aku tadi ingin kau membantuku" ucap chaeyong sedikit gugup karna merasa malu untuk meminta tolong yonggi.

"Aaa~ skripsi? "
Chaeyong mengangguk. "Bukannya kau sudah mengerjakannya semalam? "

Chaeyong mengernyitkan alisnya. "Dari mana kau tau? "

Terlihat ekspreai wajah kaget yonggi saat ia sadar seharusnya ia tak mengatakan itu. "Ah, itu. Aku. Aku kan semalam melihatmu pergi dan membawa laptop. "

Chaeyong mengangguk. "Kau benar" mereka berdua diam. "Jadi bagai mana? Bisa kau membantuku? "

"aku akan membantumu. Tapi itu tidak akan gratis" yonggi menampilkan smirknya.

Chaeyong tau pasti akan seperti ini. Karna mana mungkin yonggi akan membabtunya secara sukarela. "Kalau begitu aku tak jadi" chaeyong berdiri.

"Ok. Terserah kau. Lagi pula kan kau yang butuh. Bukan aku"

"Aku sudah salah mencarimu tadi" chaeyong berjalan meninggalkan yonggi.

Chaeyong berjalan menjauh dari sisi yonggi.

-

Chaeyong berjalan menuju kantin. Berhubung lisa yang hilang entah kemana, jadilah ia sendiri.

"Ap aku antar saja skripsiku ini? Tapi bagai mana jika apa yang ku kerjakan semalam tetap saja salah. Dan ujung-ujungnya pasti di marahi lagi. Dan nama yonggi pasti ada" chaeyong menghela nafasnya.

LY (love you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang