Kafie - Edelweis

902 187 14
                                    

Tadi, pagi-pagi sekali aku nganter Ambu ke pasar buat belanja sekalian nganter kubis. Pas di jalan mau pulang, gak sengaja ketemu sama Nining yang ternyata olahraga pagi. Kebiasaan Nining sejak dulu, dia sering olahraga pagi, entah itu lari atau sekedar senam pagi. Tapi gak hanya ketemu Nining, aku bahkan ketemu Ziha saat mempir ke warung bik Een.

Kita ngobrol sebentar dan saling tanya kabar. Aneh sih, satu desa dan temen sekolah tapi jarang ketemu. Selain karena Ziha sibuk di kantor desa, dia juga punya sanggar tari di rumahnya. Dia ngajar anak-anak tari daerah dan juga dance-dance gitu.

"Ziha boleh tanya teu?"

"Tanya naon?"

"Kata Surya, Kafie teh pacaran nyak sama neng geulis yang tinggal di rumahnya Surya?"

Aku cuma jawab dengan senyum.

"Kafie, ih jawab atuh!"

"Pacaran itu dosa Zi, takutnya khilaf gara-gara setan lewat." Ziha cemberut dengan jawabanku.

"Kafie nyindir Ziha ya?" Aku ketawa mendengarnya.

"Memangnya, kamu sama Surya pernah khilaf?" Aku bertanya dengan nada menggoda bukan dengan nada mencemooh. "Jangan aneh-aneh kalo pacaran, kasian Surya di masukkin sel sama Ayahmu." Ayah Ziha adalah seorang polisi yang di tugaskan di luar kota.

"Nining udah pulang, ya?" Tanya Ziha mengalihkan pembicaraan.

"Udah, kenapa?"

"Masih suka sama Nining?"

"Kalo gak kenapa? Kalo iya kenapa?"

"Isshh, nyebelin pisan mane teh." Aku hanya tertawa mendengar Ziha yang ngomel.

"Eh iya, lusa ada jobb fair di Kecamatan. Nanti brosurnya Ziha titipin Surya ya?" Aku hanya mengangguk saja. "Siapa tau rezeky kamu, selama kamu yakin pasti ada kerjaan yang cocok buat kamu."

"Makasi Zi."

"Sama-sama, Ziha duluan ya mau siap-siap."

Kebetulan Ambu juga udah selesai di warung bik Een. Bik Een itu yang punya warteg dekat sini, kalau beli sayur langsung ke Ambu. Karena orangnya udah tua, jadi Ambu yang nganterin kasian kalo suruh jalan jauh ke rumah.

Saat perjalanan pulang, aku ngobrol sama Ambu soal tawaran Ziha tadi. Ambu setuju aja asal ada yang cocok buatku dan juga bisa membuatku semakin maju. Aku juga ingin seperti anak lain yang bisa mensejahterakan orangtuanya. Seperti Surya yang membuat Uwa' Arin bangga karena selain sarjana, Surya juga sudah menjadi pegawai negeri.

Jika memang rezeky-ku, Allah pasti akan memberikan yang terbaik untukku. Aku hanya ingin berusaha untuk menjadi yang terbaik. Lebih tepatnya, menjadi seseorang yang pantas untuk seseorang yang menantiku.

***

"Kafie, ya ampun untung kamu udah dateng." Ziha berbicara panik sambil menarik tanganku.

"Eh, ini aku mau minta surat pengantar." Tujuanku kesini memang untuk meminta surat pengantar untuk melengkapi persyaratan membuat lamaran kerja.

"Ternyata, job fair-nya tutupnya besok. Ziha salah lihat tanggalnya."

"Ha? Terus gimana atuh? Ini aku belum bikin surat pengantar juga. Kamu bisa bantuin?"

"Iya, iya, Ziha bantuin. Pak Lurah juga udah datang."

Ziha langsung ke bagian administrasi dan aku gak tau apa yang Ziha lakuin karena aku cuma bisa nunggu di temenin Surya. Ziha juga keliatan mondar-mandir gak tau apa yang di cari. Terus tiba-tiba surat pengantarnya selesai gak sampai lima belas menit.

EDELWEISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang