Gun benar-benar dapat mendengar darah mengalir berdebar di belakang telinganya, dan untuk sesaat ia bertanya-tanya apakah Off dan Oab juga bisa mendengarnya. Ia melihat Off melepaskan genggaman tangan Oab pada kerah bajunya, ia menatap horor pada Gun, mencoba meraih tangannya namun Gun berjalan mundur dan sama sekali tidak menatapnya. Tatapannya menatap tajam ke arah Oab.
"Gun---"
"Katakan," ia menuntut, menghentikan kalimat Oab bahkan sebelum ia sempat menyelesaikannya.
"Gun, sayang, ayo masuk ke kamar. Aku akan menceritakannya padamu di dalam." Lirih Off, dan menarik tangan Gun, memutar tubuhnya untuk menatapnya.
Gun melihat ke matanya yang gelap, yang tampak liar dengan putus asa dan kebingungan. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia tahu ia tidak ingin pergi ke mana pun dengan Off saat ini.
"Tidak, kau katakan di sini. Di depan Oab sehingga kau tidak bisa berbohong." Hati Gun sudah kesakitan dan ia tahu bahwa ia tidak siap untuk apa pun yang akan keluar dari mulut Off.
Off menggigit bibirnya, menarik rambutnya dengan kesal dan matanya sudah memerah. Ia menjilat bibirnya, "Dengar, Gun...kau harus tahu bahwa ini semua terjadi sebelum aku mengenal dirimu yang sesungguhnya." Tatapannya memohon pada Gun.
Gun melirik ke arah Oab, pria itu memutuskan untuk tidak melihatnya, raut wajahnya menunjukan perasaan bersalah yang besar.
"Beritahu aku, Off."
Off menarik nafasnya dalam, "Hari saat kau menolak pernyataan cinta Oab...ia mendatangiku dan memintaku untuk mendekatimu..."Off menutup matanya, "...membuatmu tertarik, jatuh cinta padaku dan...dan setelah itu semua aku harus mematahkan hatimu. Agar Oab bisa menyembuhkannya dan kau bisa jatuh cinta padanya."
Kebingungan membanjiri pikiran Gun yang sudah campur aduk, ia tidak memahami apa yang baru saja Off katakan. Rasa bingung itu cepat digantikan oleh campuran rasa sakit dan kemarahan yang membakar. Semua kenangan membanjiri dirinya, semua hal bodoh tapi manis yang pernah Off lakukan, semua kata-kata yang melelehkan hatinya, senyuman yang ia berikan, seluruh ciuman yang Off ambil darinya dan hal paling berharga yang Off curi darinya semalam...
Itu semua semata-mata hanya untuk mematahkan hatinya.
Gun harusnya mengatakan sesuatu saat ini. Atau paling tidak menampar kedua pria di depannya dan menyumpah serapahinya dengan segala kosakata buruk dari mulutnya.
Tapi tidak.
Ia bahkan tidak bisa menggerakan mulutnya. Matanya berkedip dan airmata yang tidak ia ingat ada di pelupuk matanya pun terjatuh mengalir ke pipinya.
"Baby, tolong katakan sesuatu..."
"Tutup mulutmu!" Ia akhirnya berhasil mengeluarkan suaranya, "Jangan berani-beraninya kau memanggilku dengan panggilan itu dengan mulutmu yang kotor, Off Jumpol!"
Off sejujurnya tidak pernah melihat Gun berteriak dan melihat Gun kehilangan kontrolnya, ini adalah pertama kalinya ia menangis dan berteriak padanya.
"A-aku tahu aku mengacaukan segalanya, Gun. Tapi--"
"Kenapa Off...? Kenapa kau melakukan ini?"
"Karena aku seorang yang brengsek," katanya, Off juga sudah mulai menangis saat ini. "Aku tidak mengenalmu dan aku tidak tahu jika aku akan jatuh cinta padamu pada akhirnya."
"Oh Tuhan, kurasa aku akan menjadi gila."
Gun kemudian pergi mengambil tasnya dari dalam kamar Off dan melenggang ke pintu keluar. Off menghentikannya dengan memeluknya, namun Gun menamparnya dan mendorongnya menjauh. Tapi Off masih tidak menyerah, ia tetap memeluk Gun dengan pria kecil itu yang tetap memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
FanfictionGun Atthaphan yakin dirinya bukanlah orang yang bodoh. Ia pindah dari kota kecil ke Bangkok dan kuliah di universitas Narit, dan meskipun diam-diam ia adalah seorang yang menginginkan kisah cintanya sama seperti yang ada di dalam buku, ia tetap berj...