Chapter 12

2.9K 323 48
                                    

"Jadi, apa kau akan memberitahu mama apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya ibunya, Gun tidak menjawab. Ia terdiam, menunduk dengan jari-jarinya yang berada di gelas.

"College stuff."

Ibunya menyeruput tehnya, terlihat tidak mempercayainya. "Tangisanmu barusan tidak terdengar seperti disebabkan oleh college stuff."  Ucapnya, "Masalah cinta?" Tanya ibunya lagi.

"Ada seorang pria yang aku sukai. Dan kami baru saja berpisah." Gun merapatkan bibirnya dan menghela nafasnya. "Aku minta maaf. Aku tahu aku tidak seharusnya memikirkan soal itu saat aku sudah berjanji untuk fokus kuliah pada mama. Sungguh, aku tidak merencanakannya. Dia datang, menghancurkan pertahananku dan membuatku jauh cinta padanya..."

"Lalu mengapa kalian berpisah?"

"Karena ia tidak seperti pria yang aku bayangkan." Gun membungkus tangan saya di sekitar secangkir teh panas dalam upaya untuk mengalihkan diri dari rasa sakit dan mempersiapkan diri untuk respons ibunya.

"Pria seperti apa yang kau bayangkan?"

"Yang mencintaiku dengan tulus." Jawab Gun.

***

Gun menghabiskan empat hari tiga malam di rumahnya sebelum ia kembali ke asrama kampus. Ia terus melakukan penghindaran pada Off seakan-akan dirinya adalah seorang ninja. Ia bahkan tidak datang ke kelas literatur yang adalah kelas kesukaannya.

Kelasnya baru saja berakhir ketika Gun melihat Off berdiri di depan kelasnya. Punggung menempel pada dinding, kedua tangan di dalam saku celananya. Meski ia terlihat kacau dan dengan kantung mata yang besar, Off tetap terlihat sangat sempurna, sangat tampam. Sebuah bencana yang sangat indah.

"Gun." Panggilnya. Tapi Gun tidak mempedulikannya dan berjalan menjauhinya. Ia mengikuti Gun, "Kumohon, izinkan aku menjelaskan segalanya."

"Aku tidak ingin mendengar apapun."

Off berjalan lebih cepat dan berhenti di depan Gun. "Lima menit. Dengarkan aku untuk lima menit saja."

Lime menit terlalu lama untuk Gun berada di dekat Off terlebih ketika ia benar-benar sedang tidak ingin melihat wajahnya. Tapi ia terlihat begitu putus asa dan hati Gun tidak kuat melihatnya seperti itu. Gun tidak mengatakan apapun, memberikan Off kesempatan untuk menjelaskan dirinya.

"Bisa kita bicara di dalam mobilku?"

"Disini saja."

"Ada terlalu banyak orang disini." Ucap Off sambil menatap Gun. "Please."

Setelah banyak pertimbangan, Gun berakhir menyetujuinya. Ia juga tidak ingin ada banyak orang yang melihat drama mereka, akan ada terlalu banyak sorotan mata yang tidak ia inginkan besok.

Off membukakan pintu mobil untuk Gun, ia masuk dan Off menutup pintunya dengan lembut. Lalu ia berlari kecil memutaro mobil dan masuk ke dalam mobilnya. Melirik ke arah Gun sebelum mulai berbicara.

"Oab menyukaimu. Semua teman-temanku mengetahuinya, dan apa yang menurutnya adalah miliknya maka ia harus memilikinya." Ucapnya, ia menjaga jarak antara tubuhnya dan tubuh Gun. Tidak ingin membuatnya tidak nyaman. "Jadi saat kau menolaknya, ia tidak bisa menerima fakta itu dengan baik dan ia datang padaku. Memintaku untuk membuatmu jatuh cinta padaku, melakukan hal-hal manis, mengajakmu pergi berkencan, menjadi kekasihmu dan mematahkan hatimu diakhiir agar ia bisa menyembuhkannya.Tapi itu tidak bekerja untukku karena pada akhirnya aku adalah orang yang jatuh cinta padamu, Gun. Kurasa itu sejak kita berada dalam bus dan aku melihatmu tersenyum pada seorang bayi, atau mungkin saat pertemuan pertama kita di lorong asrama. Aku tidak tahu sejak kapan tapi aku jatuh cinta padamu."

CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang