Dagelan

19 0 0
                                    

Dia memasuki panggung
Dengan tubuh tegap dan wajah rupawan
Senyumnya melebar
Matanya liar memandang setiap sudut ruangan
Sepertinya dia sedang memutuskan, mana yang akan jadi maksanya kali ini

Lalu mata kami bertemu
Di mengangguk pelan
Apa itu?
Apa arti anggukannya padaku?
Dia keluarkan setangkai mawar merah dari balik jas mahalnya
Berjalan menuruni panggung kearahku
Ya Tuhan
Jangan kemari
Tolong, jangan kemari

Berhenti tepat dia dihadapanku
Berlutut dia dikaki ku
Jantungku tak karuan karenanya
Jauh lebih rupawan saat ku tatap dia dari dekat
Senyumnya merekah
Matanya berbinar

"Tiada yang aku kagumi selain kamu"
Ya Tuhan
Bahkan suaranya sangat merdu
Aku semakin terpesona
Akankah ini mimpi?

Dia meraih tanganku
Memaksaku memegang setangkai mawar itu
Aku menggenggamnya erat, mataku tak luput dari wajahnya
Senyumnya semakin manis saja
"Terima kasih"
Suaranya terngiang ditelingaku
Rasanya hanya ada aku dan dia saat ini

Yang kulihat hanya bunga yang bertaburan dilangit langit
Yang kudengar hanya musik yang mengalun lembut
Yang kurasa hanya bahagia tak terkira

Lalu dia mencium sebelah tanganku
Bangun berdiri dan melangkah mundur
Perlahan dia melepaskan tanganku
Aku masih terpana
Akhirnya dia memutar badan
Sedikit kecewa karena dia akan kembali ke panggung

Perlahan tanganku perih
Tapi tatapannya menyembuhkanku
"Beri tepuk tangan untuk nona itu"
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan
Akupun tersipu malu
"Terima kasih nona, engkau telah mencontohkan apa yang terjadi pada para gadis saat melihat Nabi Yusuf, meskipun tentu saja aku tak ada apa apanya dibanding beliau"

Suara tepuk tangan bergemuruh
Aku tersadar seketika
Kini tanganku penuh darah, tak hanya tertancap, bahkan duri itu merobek kulitku
Aku meraung kesakitan, tapi mereka tertawa dengan lantang

Ah, harusnya aku tahu
Ini semua hanya dagelan
Dan aku
Adalah mangsanya kali ini.

WAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang