Apa artinya cinta? Apa artinya dicintai? Yang ia tau hanyalah membenci. Sebelum akhirnya seseorang membuat hidupnya merasa dicintai. Seperti sebuah padang yang tandus yang sirami oleh air hujan.
Hatinya yang dulu sudah lama beku, menjadi mencair ber...
. Seorang siswa berambut berantakan baju yang tidak di kancing nampak berlarian di sebuah lorong gang sempit. Aresh, alias Aresh Januar Antasena nama siswa tersebut. Hari ini adalah hari ke tiga dimana dirinya baru saja menduduki bangku kelas tiga SMA. Bukannya menjadi lebih baik pemuda itu malah lebih buruk dari sebelumnya. Tapi untungnya dirinya memiliki segudang prestasi yang tidak bisa di ganggu gugat. Apalagi dalam bidang musik. Aresh yang notabennya seorang anak band yang selalu mewakili sekolah untuk mengikuti berbagai perlombaan selalu membawa piala yang membuat bangga seluruh sekolah.
Aresh langsung menaiki sebuah pagar kecil dengan tinggi kurang lebih dua meter.
Hap
Cowok itu mendarat dengan mulus dan sempurna. Sambil berdiri dan membersihkan celananya. Aresh berjalan santai menuju koridor kelas dua belas.
"Aresh Januar Antasena!" panggil seseorang kepada Aresh dengan berteriak. Aresh sudah hafal dengan suaranya, pasti itu adalah suara milik pak Hakim, guru bp yang terkenal galak. Aresh pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap pak Hakim yang sudah siap dengan pengggaris kayunya yang terkenal sakral.
"Maaf pak saya buru-buru." setelah mengucapkan itu ditambah cengiran khasnya Aresh membalikkan kembali badannya dan langsung berlari terbirit-birit meninggalkan pak Hakim dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan. Bukannya mengejar, pak Hakim malah berjalan santai menuju ruangannya. Menurutnya tak berguna mengejar nurid badung seperti Areah hanya untuk memberikan hukuman karena terlambat. Nanti juga anaknya akan datang sendiri kepadanya.
Brakkkk
Aresh membuka kasar pintu kayu rooftop yang sudah usang dan rapuh. Cowok itu melangkahkan kakinya menuju sofa yang sudah usang di sana yang menghadap ke arah depan sekolah. Dari sana dirinya bisa melihat taman, jalan raya, gerbang utama dan pemandangan kota Jakarta.
Aresh mendudukan badannya diatas sofa. Tangannya merogoh sesuatu dari kantong celananya. Sekotak batangan tembakau yang ia ambil bersama dengan pamantiknya. Cowok itu langsung mengambil satu batang dan menyalakannya.
Sambil menghisap rokoknya itu, Aresh mengetik pesan di i-phonenya. Dengan menggunakan salah satu aplikasi chat.
AreshJanuar: Bolos kuy! Guetunggudi rooftop
Setelah itu Aresh melempar asal i-phonenya ke arah samping sofa. Tak peduli i-phone nya itu rusak atau hancur. Toh, dia bisa membeli yang baru. Sultan mah bebas.
Sambil menatap ke arah jalan raya yang penuh dengan kendaraan, Aresh menghisap rokoknya dengan tenang.
Baru saja dua menit dari waktu ia mengirimkan pesan kepada teman-temannya. Sekarang ketiga sahabatnya sudah ada di hadapannya dengan nafas yang setengah-setengah, keringat bercucuran bahkan salah satu dari mereka baju seragam bagian punggungnya nampak sangat ringsek.
"Lo pada pada kenapa elah? Mengenaskan." tanya Aresh pada ketiga sahabatnya sambil sedikit meledek.
"Tanyakan saja pada doraemon, siapa tahu dia tahu apa yang telah terjadi pada kami." sahut salah seorang dari merema bertiga, Bima. Bima Astrakeswara Yunanda sahabat Aresh yang mungkin cerewet dan gesrek kalau udah digabung sama Fero. Yang kedua yang baju seragamnya lecek di bagian punggungnya, Bara Lazuardi Pramata, sahabatnya yang menurutnya agak dewasa. Dan yang ketiga yang memiliki wajah imut kayak marmut pasar malem tapi hobi jotos-jotosan, Fero Aldiando Prahasa.
"Gila Jing. Tuh bu Jihan emang galak. Baju gua ampir robek." umpat Bara sambil memperhatikan bajunya yang memang hampir robek.
"Lo pada diapain ama bu Jihan?" tanya Aresh sekali lagi.
"Di kejar gara-gara ketahuan mau bolos." sahut Fero yang sudah menghisap sebatang rokok milik Aresh dengan santainya.
Tak
Aresh menghadiahi Fero dengan sebuah jitakan di dahinya keras.
"Aw! Aduh! Bang Aresh jahat sama dedek. Sakit nyaho." Fero sambil mengelus-ngelus dahinya dengan sebelah tangannya. Dengan wajah tanpa dosanya Aresh langsung berdiri dan berjalan menuju pintu rooftop.
"Lha? Ketek anoa. Lo mau kemana?" tanya Bima.
"Cabut. Lo pada mau ikut kagak?" jawab Aresh sekaligus mengajak teman-temannya.
"Tunggu gua. Gue ikut." Bara langsung mengejar Aresh yang sudah menuruni tangga.
Bima dan Fero saling lirik, dan seakan memiliki satu pemikiran yang sama keduanya bangkit langsung menyusul Aresh dan Bara.
Itulah pekerjaan Aresh di sekolah, datang terlambat, bolos, merokok melanggar peraturan dan membuat guru-guru kesal. Tapi tunggu dulu, meskipun Aresh itu badboy tapi ia juga memiliki segudang prestasi yang tidak bisa dianggap remeh sama sih kayak ke tiga temannya yang lain.
-LovingCanHurt-
Aresh menghentikan motornya di sebuah pemakaman elit dengan padang rumput hijau menyelimuti pemakaman itu. Dengan langkah biasa cowok blasteran indo-amerika itu berjalan menuju tempat penjual bunga sebelum memasuki pemakaman tersebut.
Berjalan melewati jejeran makam sambil membawa sebuket bunga tulip biru, cowok itu akhirnya berhenti di salah satu makam. Tubuhnya jongkok, mengusap nisan pualam itu.
ArhidanQueenziAntasena 14-09-2017
Aresh meletakan bunga tersebut dengan perlahan. Mulai bersedekat dan berdoa dengan khusyuk. Setelah itu menatap lirih makan tersebut.
"Maafin gue." ucap cowok itu.
"Gue emang brengsek." lanjutnya. Berharap orang yang telah meninggalkannya itu bisa mendengarnya.
"Gak terasa Dan. Udah dua tahun bro. Maafin gue karena jarang kesini. Gue sibuk." lanjutnya berbicara seakan ada orang yang diajaknya berbicara.
"Gue kangen lo." cowok itu tersenyum dengan tulus. Mengingat kenangannya bersama orang yang telah tertidur selamanya di bawah sana.
"Gue pergi dulu." Aresh bangkit. Cowok itu berjalan menjauhi makam tersebut meninggalkan pemakaman elit tersebut.
Aresh mengendarai motor sportnya itu dengan kecepatan di atas rata-rata di temani sang langit jingga dengan matahari yang sedang perlahan kembali ke peraduannya.
___________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oke, this is so difficult for me cause I have to change all this plot story. Tau lah, penulisan gue masih acak-acakan kayak gini. Maaf buat semua kesalahan yang tak sengaja di buat oleh gue. Bye, see you at the next part. Don't forget to vomment. Budayakan vomment.