5

5.3K 562 7
                                    

Nana dengan cepat turun dari motor Seungwoo dan memberikan helm pada laki-laki itu. Lalu dengan terburu melangkahkan kakinya meninggalkan parkiran dan Seungwoo yang menatapnya gak percaya.

Nana abai sama suara Seungwoo yang terus manggil-manggil namanya. Nana perlu untuk menjauh dari Seungwoo sebentar aja. Ada yang gak beres sama jantungnya. Jantungnya gak sehat kalo Nana terus-menerus berdekatan sama Seungwoo.

Rasanya kedua pipinya udah memerah sejak denger kalimat yang keluar dari bibir Seungwoo di perjalanan ke kampus. Nana prioritas katanya. Emang Nana siapanya Seungwoo sampe jadi prioritas?

"Aduh jantung gue rasanya mau copot!Sialan emang mas Seungwoo!" gerutu Nana sambil memegang dada sebelah kirinya. Kakinya terus melangkah sampai tiba di kelas. Buru-buru duduk di bagian pojok belakang dekat jendela dan melesakkan kepalanya ke dalam lipatan tangannya di atas meja.

"Ngapain lo, Na?"

Nana gak perlu mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang ngomong. "Bacot lo, Yohan!"

Yohan yang merasa tidak salah apa-apa dan ter-dzalimi, mendelik gak percaya. Baru juga dateng dan naro pantat di bangku, udah di-gas aja. "Si anjir emang bocahnya. Kalo naber mah ke toilet sono."

Pernah gak sih Nana bilang kalo 24/7 dalam hidupnya ada keinginan yang sangat kuat di dalam dirinya untuk menyumpal mulut rombengnya Yohan pake kaos kaki buluk? Karena sekarang Nana bener-bener pengen ngelaksanain niatannya ituㅡsebelum rasa dingin menyengat lengannya dengan tiba-tiba.

Nana mengangkat kepalanya dan menemukan bahwa Yohan yang lagi nempelin susu beruang dingin ke tangannya.

"Buat nanti selesai praktikum."

Tiba-tiba mood Nana balik lagi seperti biasa ketika liat Yohan nyengir dengan lebarnya. Lalu Nana ikutan tersenyum. "Thanks."

Susu beruang emang jadi asupan wajib anak kimia setelah praktikum. Berkutat sama bahan-bahan berbahaya gak menutup kemungkinan kalo tubuhnya juga ikut terpapar. Entah kehirup atau gimana.

"Kenapa sih, lo?"

"Gapapa."

"Males lah gue ngomong sama cewek. Jawabnya gapapa, ujung-ujungnya nanti nangis juga di depan gue." Yohan mengeluarkan buku dengan penulis Sastrohamidjojo-nya dan meletakkannya di meja. "Kalo lo lagi gak baik-baik aja tinggal ngomong, Na. Gak baik memendam sesuatu sendiri."

Nana tiba-tiba berpikir. Hatinya memang lagi gak baik-baik aja.

🌹🌹🌹

"Liat, tuh. Ada benalu."

Nana lagi jalan di kantin ketika mendengar suara cewek yang sengaja dikeraskan. Mungkin supaya Nana denger.

Nana abai, kembali melangkahkan kakinya menuju meja di pojok ruangan. Nana udah kebangetan biasa sama omongan-omongan kayak gitu. Dari jaman masih make sepeda roda tiga juga udah sering dilabrak Nana tuh. Alasannya ya gak jauh dari oknum Hanafi Seungwoo Prasetyo yang punya fans tersebar di seluruh penjuru bumi.

Gak lah, lebay amad.

Alasannya karena katanya Nana terlalu dekat sama Seungwoo padahal bukan pacarnya. Alasan yang gak logis menurut Nana. Lah, terus mereka siapanya Seungwoo bisa ngatur-ngatur lingkar pertemanannya? Pacarnya juga bukan.

Heran sama manusia jaman julid ini. Kalo gak julidin orang sedetik aja, mulutnya udah pada gatel.

"Nanaaa."

Dan datanglah si biang kerok dari semua ketidaktentraman hidup Nana ini. Siapa lagi kalo bukan Hanafi Seungwoo Prasetyo.

Seungwoo datang dengan piring berisi batagor dan langsung duduk di samping Nana. Nana melemparkan senyum, sengaja menutupi detak jantungnya yang berdebar di luar batas normal. Bener-bener ada yang salah sama jantungnya. Kenapa liat Seungwoo yang manggil namanya dengan nada ceria dan juga mata dan bibir yang melengkung membentuk senyuman mampu bikin irama jantungnya berantakan?

Ini gak bener.

"Sendiri?"

Nana mengangguk sebagai jawaban. Tangannya menusukkan garpu pada kentang goreng lalu menyuapkannya ke dalam mulut.

"Yohan kemana?"

"Melipir."

"Yaudah bagus."

Nana memandang Seungwoo dengan sebelah alis terangkat.

"Jadi kita bisa makan berdua."

Pengen banget nampol Seungwoo, tapi keinginan buat nampol diri sendiri lebih besar. Kenapa jantungnya malah tambah gak beres sih?

"Ngalus aja terus."

"Ngalus dari mana sih."

"Bodo ah."

"Ih jangan ngambek dong."

"Siapa yang ngambek. Emang bocah SD."

"Emang bocah."

"Mas tuh yang bocah."

"Tau aja. Makanya suapin."

Nana menoleh ke arah Seungwoo lagi. Kemudian melengos ketika melihat Seungwoo yang menaik-turunkan alisnya dengan jahil.

"Minta sono sama fans mas yang bejibun."

"Maunya sama kamu~"

"Gak mau."

"Yaudah jangan nanya materi Kimia Analitik sama mas lagi."

Nana gelagapan. Materi Kimia Analitik itu materi paling Nana hindari. Dosen yang ngajar bener-bener gak jelas nerangin materinya. Setiap matkul rasanya bukan masuk kuping kanan keluar kuping kiri lagi, tapi mantul. Gak ada yang masuk sama sekali. Jadi kalo Seungwoo yang jenius ini gak mau ngajarin Nana, siap-siap aja Nana ngegoblok sepanjang ngisi ujian Kimia Analitik.

"Bisa banget ngancemnya," ucap Nana lalu mengambil alih sendok di tangan Seungwoo. Menyendok satu potong batagor dan menyodorkannya di depan bibir Seungwoo yang melengkung jahil. Merasa menang atas Nana. Kemudian Seungwoo memakan batagor hasil suapan Nana.

"Kan kalo disuapin jadi lebih enak batagornya."

"Alah, ngomong sono sama tembok."

Dan Nana udah bersiap sama labrakan dari fansnya Seungwoo.



🌹🌹🌹

Aku balik lagi gengs ehe.
Gimana? Makin bosyen ya wkwk

Manja ㅡ Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang