8

4.1K 493 51
                                    

"Nanaaaa!!"

Hampir aja jantung Nana meledak waktu denger suara yang manggil namanya dengan gak nyelo. Nana menoleh ke arah belakangnya dan melihat Seungwoo baru keluar dari gedung fakultas. Tentunya dengan lari-lari kecil dan senyum lebar yang bikin semua kaum hawa khilaf.

Nana aja hampir khilaf.

Astaghfirullah, ukhti.

"Apaan sih mas teriak-teriak. Malu sama yang lain, ih," omel Nana ketika laki-laki itu udah ada di depannya sambil ngatur napasnya yang sedikit berantakan.

Seungwoo cuma nyengir kayak bocah lima tahun sampe kedua matanya cuma segaris. "Hehehe, kirain kamu bakal duluan."

"Ya masa dapet tumpangan gratis ninggal. Kata mama, rejeki gak boleh ditolak."

"Iya iya, bawel," ucap Seungwoo sambil mecubit pipi Nana pelan.

Beneran deh, kayaknya Seungwoo harus dikasih mata kuliah Tata krama dalam Pertemanan Agar Tidak Menimbulkan Kebaperan.

"Oiya, Na. Mas mau ke Gramed dulu, mau beli buku. Gapapa?"

"Ya gapapa dong. Sekalian refreshing otak."

"Siip, berangkat!"

🌹🌹🌹

Nana gak bercanda soal Seungwoo harus dikasih mata kuliah Tata krama dalam Pertemanan Agar Tidak Menimbulkan Kebaperan.

Kenapa juga Seungwoo harus genggam tangannya Nana di saat jalan di Gramed begini? Emangnya Nana bocah empat tahun yang bakal ilang-ilangan kalo gak digandeng?

Sebel, ih!

Kan jadi bikin jantungnya Nana berdetak abnormal.

"Mas, aku bukan anak TK, loh," ucap Nana pada akhirnya.

"Kamu tuh masih bocah di mata mas."

Sialan.

"Iyain dulu. Dikit lagi perutnya aku gelitikin sampe nangis."

"Yaudah, nanti mas iket tangan kamu pake iket pinggang."

Pikiran Nana jadi kemana-mana.

Astaghfirullah, ukhti.

"Seungwoo!"

Nana dan Seungwoo menoleh ke sumber suara.

Seorang gadis nyamperin mereka dengan senyum cantiknya. Aduh, Nana hampir mikir kalo baru liat bidadari.

"Seola? Lagi nyari buku juga?" Itu Seungwoo yang ngomong.

Gadis itu masih tersenyum. Nana bisa liat kalo dia orangnya lembut. Beda kali ya sama Nana yang bar bar.

"Iya. Ngomong-ngomong, hai Nana, aku Seola," sapa Seola masih dengan senyuman dan mengulurkan tangannya.

Nana balas tersenyum, kemudian menjabat tangan Seola. Entah sejak kapan genggaman tangan Seungwoo udah lepas."Hai, kak Seola. Kok tau namaku?"

"Iya, Seungwoo sering cerita soalnya."

"Wah, pasti yang jelek-jelek nih."

"Enak aja," ucap Seungwoo gak terima.

"Hahaha, enggak kok. Katanya kamu adeknya yang paling galak."

Adeknya, ehe.

"Tuh, kan. Mas Seungwoo mah nyebelin."

"Kan emang fakta," balas Seungwoo. "Yaudah, mending nyarinya sekalian aja, La."

"Hayuk."


🌹🌹🌹

Bener-bener deh, nyesel Nana ikut nganterin Seungwoo kalo ujung-ujungnya bakal jadi kambing conge. Seungwoo sama Seola dari tadi sibuk ngobrol hal-hal yang nggak Nana ngerti. Ngobrolin KKN kemaren lah, skripsi lah, apa lah. Nana gak ngerti pokoknya. Tau apa sih mahasiswi semester 3 kayak Nana. Masih bau kencur.

Pokoknya dianggurin itu gak enak, kawan.

Nana cuma bisa nyeruput colanya yang tinggal seperempat botol dan memandang ke luar jendela mekdi. Tiba-tiba Nana ngerasain sesuatu yang gak familiar. Tapi Nana gak tau itu apa.

Ngeliat Seungwoo sama Seola keliatan akrab membuat sesuatu yang ada di dalam dadanya gak nyaman.

Nana gak suka perasaan ini.

Jadi Nana lebih memilih mainin ponsel dan mengabaikan semuanya.

🌹🌹🌹


Seungwoo menahan tangan Nana ketika Nana berbalik mau masuk ke gerbang rumahnya.

"Na."

"Hm?"

"Kamu marah?"

"Marah kenapa?"

"Kok dari tadi diem aja."

"Perasaan mas doang kali," kilah Nana.

Padahal dia sendiri juga sadar kalo sikapnya jadi berbeda setelah ngeliat kedekatan Seungwoo sama Seola. Nana cenderung menghindari kontak mata dan fisik sama Seungwoo.

Nana mau menjernihkan pikiran dan hatinya dulu. Karena keduanya emang lagi gak beres.

Tapi makin gak beres lagi ketika Seungwoo menarik tangan Nana hingga Nana masuk ke dalam rengkuhan laki-laki itu. Nana bener-bener gak waras ketika hatinya mau membalas pelukan laki-laki itu dan gak mau melepaskannya.

Berada di dalam rengkuhan Seungwoo bener-bener membuat Nana ngerasa di rumah. Seungwoo terasa seperti rumah. Nyaman dan tempatnya untuk kembali.

Seungwoo melesakkan wajahnya ke ceruk leher Nana sampe idung mancungnya menyentuh leher Nana. Hal yang udah biasa. Tapi kenapa kali ini rasanya berbeda?

"Jangan diem gitu," ucap Seungwoo dengan suara yang teredam. Pelukannya makin mengerat. "Kalo marah, ngomel aja kayak biasa."

"Aku gak marah," ucap Nana dengan lirih.

Persetan dengan jantungnya yang gak beres, hatinya yang berantakan, dan perasaannya yang goyah. Nana membalas pelukan Seungwoo tak kalah erat.

"Mana bisa aku marah sama mas."




🌹🌹🌹


Sebagai permintaan maafku pada readers-nim, hari ini double update hehehe

Salam sayang,

Onedawu❤

Manja ㅡ Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang