Led Vatra - 6

37 17 4
                                    

"Ini akan menjadi kenang-kenangan untukmu," ucap Seine pelan dan penuh penekanan di setiap kata. Ia menatap bergantian antara dua kepala pria di tangan kirinya dengan ikan pirana di bawah sana yang mencabik tubuh Eve.

Pria beriris hitam tersebut berdiri dan kembali menggenggam erat belati yang ia gunakan, kemudian melemparkan ke dalam air. Akurasinya seakan menyamai seorang pemanah handal yang memakai busur dan dengan percaya diri pasti berhasil mengena target. Karena itulah yang terjadi, ikan pirana yang masih asik mengoyak tubuh Eve tak lagi dapat bergerak. Lagi pula ikan tersebut memang rakus, hanya menikmati mangsa sendiri tanpa mengajak kawanan.

Kekuatan Seine sendiri sudah kembali seiring menghilangnya kabut gas menyesakkan tersebut. Memang masih ada sedikit, tetapi itu tidak berpengaruh banyak pada tubuh besarnya. Kedua tangan pria itu kini penuh dengan bawaan. Di sebelah kiri ia membawa dua buah kepala pria yang sudah berniat membunuhnya, sedangkan di sebelah kanan ia menenteng ikan pirana buruan.

Ia sedikit kesulitan berjalan karena kulit kakinya sobek dan terlihat daging yang menonjol akibat berusaha melepaskan diri dari ikan pirana tadi. Tubuh besarnya yang penuh parut pun kini bertambah luka-luka gigitan ikan dan di bagian lengan juga ada goresan panjang karena terjangan es yang gagal dihindari dengan sempurna.

Seine memperhatikan sekeliling, perlahan es-es tersebut mulai mencair dan memisahkan diri. Padahal tidak ada panas sedikit pun, tetapi memang fenomena ini sudah biasa terjadi. Es akan menutup dan kembali mengubur ikan-ikan pirana di lautan dingin. Salju juga mulai berjatuhan perlahan kemudian menjadi begitu lebatnya hingga semua es bening itu tertutup sempurna.

Pria itu kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat lain yang menjadi titik kumpul dari kelompoknya jika terpisah karena bencana alam di Led Vatra. Di sepanjang perjalanan, Seine melihat banyak penduduk sudah terbaring tak bernyawa. Lautan mayat memang merupakan pemandangan lumrah, tetapi ia tidak pernah menyukai bencana alam ini.

Ia sendiri yakin pasti ada jawaban di balik semua bencana yang terjadi. Seine akan mencari jawaban dan ia pasti bisa mendapatkannya. Karena apa pun itu, semua misteri pasti akan terungkap saat sudah tiba waktunya.

Sebuah gua sudah terlihat di depan matanya. Penerangan sendiri dihasilkan dari beberapa jenis hewan bercahaya yang dimasukkan dalam sebuah botol. Di sebuah batu, ia melihat gadis berambut hitam panjang yang dikucir kuda duduk menyembunyikan wajah di balik lutut. Langkahnya pasti menghampiri Lay dan kini berdiri di hadapan gadis tersebut.

"Puaskan dirimu, Lay!" Ucapan Seine membuat gadis itu mendongak dan terkejut ketika ia diberikan dua kepala beserta seekor ikan pirana. Matanya menyipit ketika melihat potongan kain yang sangat dikenal dari gigi ikan pirana itu.

Tepat saat Lay ingin mengucapkan sesuatu perihal ikan tersebut, terdengar langkah dari bagian depan gua. Mereka melihat Poxy yang langsung memilih menyendiri pada salah satu sudut gua. Lay pun menghampiri pria yang mengatakan ingin mencarikan Eve untuknya.

"Kau menemukan Eve?" Pertanyaan itu seakan begitu menusuk hati dua pria di sana. Tidak adanya tanggapan dari Poxy membuat gadis itu menatap kembali ikan yang diberikan oleh Seine. Ia pun mengalihkan pandangan pada pria yang menjadi ketua dari kelompok pergerakan ini.

"Ya, kau benar, Lay. Potongan kain itu milik Eve yang telah dicabik oleh ikan pirana tersebut." Seine begitu lugas mengatakan kalimat tersebut dengan pandangan tertuju pada Poxy. Ia paham kondisi ini, rupanya pria yang memang menjadi teman masa kecilnya itu melihat semua yang terjadi.

"Tidak! Tidak mungkin!" Lay berteriak histeris, tak terima dengan ucapan Seine. Namun, bukti ini cukup kuat untuk membuatnya percaya. Kenapa? Baru saja ia kehilangan sang ayah di tangan Seine, kemudian sekarang pria itu juga yang memberikan kabar duka tentang Eve, adik kesayangannya.

Gadis itu mengambil belatinya dan menusuk-nusuk ikan pirana mati tersebut hingga hancur tak berbentuk lagi. Bahkan siapa pun yang melihat sudah pasti tidak lagi memiliki selera untuk memakannya. Sial! Sial! Sial! Lay hanya bisa terus mengumpat dalam hati. Dendamnya semakin membara pada pria ini. Ia yakin ini semua pasti berhubungan dengan Seine.

Seine sendiri tidak memberi penjelasan lebih banyak lagi. Sudah cukup ia melakukan kebaikan hari ini yang justru berujung merugikan diri sendiri. Maka, akan lebih baik biarkan mereka berasumsi.

"Istirahatlah!" ujar Seine terakhir kalinya kepada seluruh anggota kelompok tersebut, kemudian ia sendiri menyandarkan diri di sudut lain gua. Pria itu pun merebahkan diri dan memejamkan mata sejenak.

Namun, memang keinginan untuk tidur tidak begitu bersahabat dengannya kali ini. Bayangan saat Eve berusaha melindungi dirinya dari dua orang pria tadi sempat menggetarkan hati. Hanya sepintas, ia melihat masa lalu yang berbeda cerita, tetapi memiliki nama yang sama dengan kejadian hari ini. Apa mungkin jiwa gadis bernama Eve itu hampir sama. Seine menggeleng, menghapuskan bayangan tersebut. Ia tidak ingin mengingatnya lagi, jika bisa.

Tanpa sadar rupanya para anggota yang masih bertahan dan berada dalam gua itu terlelap. Mereka juga lelah dengan berbagai hal terjadi hanya dalam sehari. Selain itu, ada hal lain yang sudah menunggu mereka tak lama lagi.

***

Istana menawarkan penduduk Led Vatra untuk menjadi prajurit kerajaan.

Satu kalimat tersebut berhasil membangunkan seluruh penduduk Led Vatra. Kesempatan ini tidak datang dua kali dan jika mereka berhasil menjadi prajurit, maka otomatis kegiatan sehari-hari antara membunuh sesama tidak akan terjadi di pihaknya. Namun, tentu ada syarat yang harus dipenuhi dan tidak lain adalah dengan bertarung satu sama lain. Mereka harus siap untuk berjuang dan melindungi keluarga kerajaan. 

"Kau ... ikut?"

Benar-benar sebuah kejutan di pagi hari saat Seine terbangun dan langsung memberi pengumuman jika ia akan mengikuti tes tersebut. Tentu para anggota kelompoknya tidak setuju dengan hal itu karena bagaimana pun juga, mereka dipimpin oleh Seine. Lalu jika sampai pria itu menjadi prajurit istana, bagaimana dengan usaha mereka selama ini?

"Aku harus bisa masuk ke wilayah lawan dan menghancurkannya dari dalam," jawab Seine tegas kemudian keluar dari gua dan siap berhadapan dengan kompetitor lainnya.

Mereka semua dibuat terkejut saat pria beriris hitam dan bertubuh besar tersebut masuk dalam kerumunan calon prajurit. Tentu tidak ada yang menyangka akan hal tersebut karena hampir semua penduduk Led Vatra mengetahui fakta seberapa bencinya Seine terhadap pihak kerajaan.

"Baiklah sepertinya semua sudah berkumpul untuk sanling beradu kekuatan," ucap seorang prajurit yang sebenarnya juga memberi pengumuman kepada mereka.

Seluruh penduduk Led Vatra memasang posisi dan bersiap untuk menyerang satu sama lain. Suar pun ditembakkan dan prajurit memberi instruksi untuk memulai peperangan. Fokus mereka kini hanya untuk menang.

"Mari kita bermain kembali." Nada tinggi dan tegas pria bertubuh besar itu benar-benar bisa mengintimidasi siapa pun yang mendengar. Dan permainan berdarah dengan nyawa sebagai taruhan pun kembali dibuka.


Led Vatra [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang