Tasya duduk tenang di atas pohon di tempat biasa dia dan Deval melihat pemandangan. Karna tidak ada mobil Deval, Tasya terpaksa memanjat di salah satu pohon yang tidak tinggi di sana.
Menyebabkan kakinya lecet meskipun sudah memakai sepatu sneaker.
Di atas pohon pada jam satu malam dengan memakai dress pendek sepertinya memang tidak di anjurkan. Bahu dan lengannya serasa mati rasa karna dingin, tapi dari pada merasa dingin, dia lebih merasa sedih dan kecewa.
Menikmati denyut sakit pada hatinya yang tak kunjung membuat matanya kering.Tasya sesekali mengusap matanya saat air mata tidak sengaja jatuh dari pelupuk.
Semua terasa berat meskipun dia punya sahabat dan teman. Masih terasa berat saat dia bisa dengan mudah bersandar pada Deval.Tidak semudah itu memberi tahu sahabatmu tentang apa yang menjadi masalah dalam hidup, begitu juga Tasya. Banyak yang mengganggu pikirannya, membuat hatinya sakit, dan setiap hari menjadi beban. Tapi Tasya tidak pernah bisa bicara atau melampiaskan, yang reflek keluar saat bersama sahabatnya adalah tawa ceria yang menyimpan makna di hati.
Mengharap semu seperti Tasya, pasti akan berakhir hancur. Memilih memendam sendiri dan menyendiri adalah pilihan tepat. Tasya tidak ingat sudah menangis berapa kali saat mengingat orang tua dan sahabatnya.
Tapi saat mobil Deval mendekati pohonnya, Tasya tetap diam.
Masih kesal atas apa yang cowok itu lakukan padanya tadi sore.Deval keluar dari mobil, mengamatinya dengan helaan nafas yang berat.
"Turun Ta!"
Tasya tidak mau mendengar, menghiraukan cowok itu dengan melihat bintang-bintang dan memilin rambut panjangnya."Tasya!"
"Pergi gak lo!" suaranya kembali bergetar, matanya buram lagi. Semakin ingin menangis jika Deval masih berada di sini.
"Gue naik dan seret lo kalau masih nggak mau turun." kata Deval akhirnya setelah diam yang cukup lama.
"Gue nggak akan turun."
"Tasya lo tau gue!"
"Lo budek?! Gue gak mau turun! Pulang aja lo, pergi sana ke club sampek mabuk sekalian! Masih inget lo punya gue? Hah?!"
Tasya menangis dengan keras, suaranya tidak di sembunyikan lagi.
Benar-benar menangis seperti anak kecil."Lo emang selalu jahat sama gue Deval! Pergi lo!"
Deval makin lelah, sebelum melepas sepatunya dan menyusul gadis itu naik pada Batang pohon.Dua menit memanjat, Deval sudah duduk di sebelah Tasya yang masih terisak. Bahunya berguncang dengan suara tersendat-sendat karna menangis terlalu keras.
Deval menarik gadis itu mendekat, menyandarkan kepala Tasya pada dadanya.
"Udah nangisnya."
"Lo bangsat anjing Deval goblok, huaaa!" Deval berganti mengausap punggung gadis itu. Sedangkan Tasya masih menangis dengan terisak, Deval makin tidak tega.
"Udah Tas,"
"Lo nggak tau rasanya Deval, lo juga bandel banget sih di bilangin!"
"Iya, iya"
Tasya balas memeluk Deval, makin menyeruakan wajahnya pada dada hangat sahabatnya.
"Jangan nangis lagi."
Adalah kata terakhir Deval sebelum Tasya tidak sadar kan diri.🍀
Tasya merasa kepalanya berdenyut kuat, tubuhnya lemas dan dia haus.
Saat pertama kali membuka mata, bayang-bayang mami Deval terlihat kabur lalu jelas seiring dengusan legah dari wanita itu."Deval, Tasya udah sadar!" Tasya mendengar berdebum di pintu sebelum melihat Deval yang mendekatinya.
"Siapa yang bandel sekarang, main pingsan aja. Bikin khawatir!" Deval cerewet saat setelah membantunya duduk.
Setelah melihat keadaan, Tasya baru sadar bahwa dihadapannya masih ada mami Deval dengan membawakan bubur ayam hangat dan segelas air putih."Makan dulu ya, mami mau bicara sama mama kamu dulu." Tasya mengangguk menurut. Bubur hangat itu sudah ada di tangannya, tapi pikirannya masih melantur ke mana-mana.
"Makan dulu, apa mau gue suapin?" Deval menatapnya. Membuat Tasya segera mengambil sendok dan makan perlahan.
"Mama sama papa lo bertengkar lagi ya?"
Mari beri ucapan Deval penghargaan karna menanyakan hal itu saat Tasya masih makan begini, saat itu juga nafsu makannya langsung hilang."Dev,"
Deval menghela nafas. Tangannya mengambil alih sendok di tangan Tasya, menyuapi gadis itu yang menatap sedih.
"Maaf, gue nggak ada di sana sama lo." Tasya mengangguk saja, tangannya menutup mulut saat suapan ke lima dari Deval.
"Istirahat, nggak usah di pikirin."
Deval memang jadi begini, cerewet kalau Tasya sudah jadi pendiam dan murung.Menarik selimut miliknya untuk Tasya, membantu gadis itu menyamankan tubuh untuk tidur. Deval duduk menemani di sebelahnya, menggenggam tangan milik Tasya di dalam selimut.
"Deval, makasih ya..."
Dan hanya butuh satu kalimat lirih dari mulut kering gadis itu, rasanya Deval bisa mencapai pada langit ke tujuh.🍀
Deval baru saja duduk di ruang keluarga rumahnya saat berpapasan langsung dengan ayah Tasya.
Sepertinya habis mabuk karna Deval mencium bau alkohol dari tubuhnya."Tasya mana? Dia baik-baik saja?" Deval hanya mengangguk, bingung juga mau bilang apalagi.
Papinya menyusul di belakang ayah Tasya."Istirahat dulu Leo, Tasya juga baru tidur. Nanti kamu kesini sama Lail juga."
Deval hanya mengamati bagaimana interaksi papinya dengan ayah Tasya.
Lalu sedikit terkejut saat ayah Tasya menatapnya."Terimakasih Deval, udah mau jaga Tasya." Deval mengangguk kaku saat rambutnya di acak pelan oleh tangan besar ayah Tasya.
Papinya berdehem membuat Deval sedikit melangkah mundur."Ini ceritanya anak ku kamu restui jadi calon mantu ya?"
Leo terkekeh pelan menepuk punggung Zaky sambil berjalan keluar rumah."Aku gak mau jodoh-jodohin sih, tapi kalau mereka memang jodoh gak akan kemana."
Deval menggeleng saat pikirannya melantur karna ucapan ayah Tasya barusan, memutuskan menghampiri maminya Yang sedang serius dengan ponsel di telinga.
"Tasya udah tidur?" tanya mami Sya saat duduk di sebelah Deval.
"Udah."
"Mami khawatir sama Tasya, Dev. Rumah tangga orang tuanya lagi ada masalah. Mami takut itu bisa nyakitin Tasya,"
Deval hanya mengangguk membenarkan. Sebelum Tasya tertidur tadi Deval sempat melihat gadis itu murung bahkan hampir menangis."Kamu, bisa jaga Tasya kan? Kamu tahu kalau Mami anggap Tasya udah kaya adik kamu, anak perempuan mami."
Deval memeluk maminya, tubuhnya hanya lebih tinggi sedikit dari maminya, tapi Deval rasa dia masih anak kecil kebanggaan maminya sampai saat ini."Mami juga tahu kalau Deval sayang sama Tasya. Mami tenang aja, Deval bakal jagain Tasya kok."
Mami Deval tersenyum, mencium pelipis anak laki-laki nya sayang."Eh, kok ini peluk-peluk an nggak ajak papi!" Deval meronta saat papinya mendekat, tapi tetap tertawa saat papinya membawa pelukan mereka bergoyang kekanan dan kekiri. Di tutup dengan uraian pelukan dari maminya dan obrolan santai ketiganya.
🍀
PENGUMUMAN!
CERITA INI AKAN HIATUS SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DI TENTUKAN.
HARAP SABAR MENUNGGU.
KEPUTUSAN AKAN BERUBAH DENGAN PERTIMBANGAN DARI AUTHOR SENDIRI. TERIMAKASIH.
![](https://img.wattpad.com/cover/192720268-288-k474391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Storge
Teen Fiction"kalau gue mau lo sama gue terus gimana?" -Deval Ini bukan hanya cerita karangan Sya ataupun Zaky. Ini adalah cerita Deval dan Tasya, yang saling kucing-kucing an masalah perasaan. SEQUEL DARI 'NIKAH MUDAH BANGET*' TELAH HADIR. HIATUS sampai bat...