3.4

1.6K 117 10
                                    

Benar saja, Karnaval benar-benar ramai dan meriah. Semua tertawa, banyak makanan, dan permainan yang menarik.

Di sebelah Deval, Tasya sudah terlihat ingin mencoba apapun. Terlihat sangat exited.

"Kalo ini keren sih, pertama kalinya gue liat taman bermain serame ini." Haikal sedang sibuk melihat-lihat, matanya sudah tertuju pada sosis panggang besar di salah satu etalase makanan.

"Mantul! gue pengen naik wahana deh." Rendi sedang memperhatikan roller coaster di hadapannya. Tinggi dan menantang.

"Aku bilang juga apa." Jane membetulkan tali tasnya, menatap senang pada ke empat teman-teman nya.

"Dev, kita naik komedi putar pokoknya. Yuk!"
Deval bergeming saat tangannya di tarik oleh Tasya.

"Nggak, gue duduk aja." Tasya langsung cemberut.

"Deval... Gue ngambek nih!"

"Ta, itu mainan anak kecil. Gue nggak mau."
Tasya menghentakkan kakinya saat Deval makin menolaknya.

"Yaudah main sama aku ya Ta?" Jane yang melihat berdebatan mereka berdua mencoba menengahi.

"Nah, iya ayo." Jane sudah akan merangkul pundak Tasya saat Deval menariknya terlebih dahulu.

"Kita main bareng aja. Gue ikut."

Deval lebih dulu menyela saya belum mereka semua melangkah.
Mereka tertawa, sudah hukum alam Tasya dan Deval tidak bisa di pisahkan sudah seperti anak kembar.

"Yuk! Main dari yang cupu dulu!" kali ini Rendi yang memimpin jalan dengan Jane. Menuju komedi putar yang antriannya sampai berpola seperti ular.
Tasya tak kalah senang, kakinya meloncat-loncat. Haikal menggeleng dan Deval berdecak malas.


🍀



Malam makin larut, permainan makin banyak yang tidak seramai dua jam yang lalu. Mereka berlima kelelahan. Setelah bermain beberapa permainan mereka memutuskan istirahat di cafe outdoor yang berada di dalam Karnaval.

"Kirim foto ke grup ya, Kal."
Tasya berkata di tengah-tengah memakan makanannya. Maklum, karna ponsel Haikal kebetulan Bagus untuk foto dan selfie.
Juga memori card yang tidak pernah terisi menjadi sasaran jika mereka bermain bersama seperti ini. Mengabadikan berpuluh-puluh momen penting mereka.

"Habis ini mau main apa lagi? Masih ada satu jam sebelum tutup, nanggung kan kalo langsung pulang." Rendi sedang memakan dessert saat Haikal dan Deval menatapnya.

"Gue mau masuk rumah hantu." Deval membalas, matanya berkilat saat melihat Tasya yang cemberut.

"Janganlah, ini kan udah malem. Kita pulang aja."

Tasya seketika lemas saat melihat Deval makin tersenyum menyebalkan.

"Bilang aja lo takut Ta!" itu bukan dari Deval. Haikal sudah terbahak saat Tasya menatapnya galak sambil menghindari cubitan maut dari Tasya.

"Eaaa, Tasya takut setan! Yuk ke rumah hantu!" Rendi jadi ikut-ikutan, bahkan sudah berdiri dari bangkunya dan tertawa di ikuti Jane.

"Nggak ya, gue gak mau masuk titik!"

Haikal, Deval, Rendi, dan Jane memandang satu sama lain lalu menyeringai licik.
Apapun rencana mereka, Tasya tau itu tidak baik. Dan untuk kelangsungan hidupnya dia memilih untuk kabur secepat mungkin.

"Tangkep! lo pada pegangin kakinya, gue yang gendong." bahkan sebelum Deval berbicara, Tasya sudah di hadang oleh Rendi.

Tangannya di cekal kuat, tak lama tubuhnya yang berganti di angkat beberapa senti oleh Deval dari belakang. Kakinya yang awalnya menendang terkatup karna cekalan Haikal.

StorgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang