Prologh

5K 187 3
                                    

Aleansya Deval, anak tunggal dari keturunan Aleansya ini sudah mencapai usia remaja.
Sudah berumur untuk punya SIM sediri, terlalu cepat tumbuh dari yang bayi kecil berpipi gembul menjadi remaja laki-laki yang tampan manis mempesona.

Kata orang-orang Deval sangat mirip ayahnya, si Zaky. Dari watak, fisik, kesukaan, sampai selera pakaian.
Tapi jelas berbeda dengan sifat, Deval menjadi pribadi yang lebih tenang dari ayahnya. Lebih mirip pada ibunya yang tidak banyak polah dan sedikit pendiam.

Menjadi anak tunggal dan hidup kaya tujuh turunan tidak membuat Deval sombong dan semena-mena. Paling notok ya dia main ke club malam dan bolong sholat lima waktu.

Untuk masalah asmara jangan tanya. Deval buta hal-hal seperti itu sampai saat ini. Tidak penting juga jika punya pacar, yang ada makin repot seperti mengasuh Tasya ada sepuluh.

Ngomong-ngomong masalah Tasya, gadis itu adalah sahabat Deval sejak janin. Ibunya juga sahabat ibu Deval. Seolah-olah mereka memang di takdirkan hidup berdampingan semejak zigot.

Tapi Deval memang tidak masalah,  sebagian dari hidupnya memang di penuhi oleh Tasya. Sebagian dari karakternya memang terbentuk karna Tasya, Deval tidak akan menyangkal jika gadis itu sudah jadi sebagian dari hidupnya. Benar-benar seperti soulmate sejatinya.

"Hayo, ngelamunin gue ya?" Deval mendengus malas saat lamunannya buyar begitu saja.
Rendi si pelaku hanya tersenyum tanpa rasa bersalah di susul Haikal yang duduk begitu saja di depan Deval.

"Kemana ciwi-ciwi? Kok gak lihat dari tadi?" Haikal masih sibuk celingak-celinguk.

"Bukannya masih ganti baju? Ke kantin kali." jawab Rendi asal. Mereka memang baru saja selesai pelajaran olahraga di jam pelajaran kedua.

"Bocot! Gue mau tidur." Haikal berdecak saat Deval berkata sambil menutup matanya, sengaja membelakangi Haikal dan Rendi.

"Gini nih kalau kebo di kasih akal. Emang lo semalem gak tidur?"

"Habis nenen sama Tasya kali." Rendi dan Haikal terbahak keras sekali.

Plak

"Bilang lagi coba, gue nggak denger." Tasya sudah berkacak pinggang di depan Haikal dan Rendi.

"Eh ibu Tasya, itu- aw Tas sakit!"

"Sukurin!" ucap Jane sambil duduk tenang di bangku miliknya.












































Segini dulu ya, sabar masih prolog.

Vote sama komen dulu bisa kali :)

Update setiap malam minggu~

StorgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang