3.8

1.5K 109 34
                                    


"Ta, udah sembuh?" Rendi yang baru sampai ke kelas, menyapa Tasya heran. Memutuskan duduk di kursi Deval karna masih kosong.

"Udah kok..."

"Kok masih lemes? Deval mana? Kok nggak istirahat di rumah dulu sih?" Tasya hanya tersenyum saat Rendi menyentuh dahinya, panik saat tau Tasya masih demam dan lemas.

"Nggak papa kok beneran, Deval tadi mau beli sarapan-"

"Nih," Rendi melihat Deval meletakan kotak styrofoam berisi bubur ayam. Tasya jadi kembali ceria.

"Gue cuman beli satu buat Tasya aja," kata Deval sambil menempati bangku di hadapan Tasya.

"Sans, gue udah sarapan kok. Ketemu di mana dia kemarin?" balas Rendi sambil menunjuk Tasya yang asik makan di sebelahnya.

"Tempat biasa, nggak bareng Jane lo?"

"Lagi ke BK, dia pakai lipstik merah ketauan sama pak Bambang."

"Masih aja," gumam Tasya kemudian.

"Hai, guys! Tasya! Lo udah balik?!"
Haikal tiba-tiba saja sudah di hadapan mereka.
Tasya memutar matanya malas, dan Rendi tertawa.

"Masih sakit lu ya, pucet banget gitu?"

"Ketemu Jane nggak?"

"Di hukum tuh dia, berdiri nulis pancasila di mading."
Balas Haikal sambil tertawa.

"Sttt, pak Budi datang tuh!"

Lalu perbincangan mereka terputus begitu saja saat pak Budi memasuki kelas.








Pulang sekolah tiba, Tasya sedang ada di kamar mandi wanita dengan Jane yang masih saja menyikat lantai kamar mandi malas-malasan.

"For godness sake, kenapa sih pakai lipstik merah nggak boleh? Kan katanya ada hak asasi manusia yang-"

"Masalahnya lo lagi di sekolah, yang mau nggak mau harus nurutin peraturan di sini meskipun punya hak asasi manusia dari lahir."

Tasya tertawa saat Jane makin cemberut dan malas-malasan mengepel lantai kamar mandi.

"Udah yuk cabut." Jane meletakan asal alat pel pada salah satu dinding.

"Lah, mau kemana?"

"Nyusul para fuckboy kita lah."

"Kasar hayo." Tasya hanya bercanda sambil mengikuti Jane yang merangkulnya keluar dari area sekolah.








🍀










Deval lagi chill di warkop belakang sekolah yang nggak bisa di sebut warkop aja sih, soalnya emang ada tempat vip di lantai dua yang ber ac dan wifi cepat.

Lagi asik main game bareng dua sohibnya, Rendi tiba-tiba ganggu katanya mau ngomong hal penting karna baru ingat.

"Apaan sih?"
Haikal yang fokusnya terpecah karna Rendi berkali-kali menyenggol lengannya mulai menanggapi.

"Dengerin gue dulu ilah, gue baru inget juga."

"Tinggal ngomong Ren, apa susahnya?" Deval kembali sibuk menembaki musuknya di ponsel.

StorgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang