Jiyeon POV~
Hari ini tepat 1 bulan aku berpacaran dengan Taemin, aku benar-benar bahagia. Dia selalu membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia karena memiliki kekasih sepertinya. Aku sudah janjian dengannya disebuah cafe untuk merayakan 1 bulan hubungan kami, tapi sudah lewat hampir 1 jam dari yang dijanjikan Taemin tidak juga datang. Akhirnya kucoba kirimkan pesan setelah beberapa kali aku menelpon tapi tidak diangkat.
“Taemin-a, kau dimana? Aku sudah menunggumu dari tadi.” _ Jiyeon
“Maaf sayang, aku tidak bisa datang. Aku sedang latihan untuk ujian akhir.” _ Taemin
“Lalu bagaimana?” _ Jiyeon
“Kau pulang saja, nanti selesai latihan aku kerumahmu.” _ Taemin
“Ok, aku pulang ya. Jangan terlalu lelah, saranghae.” _ Jiyeon
“Saranghae.” _ TaeminKuliah Taemin yang jurusan modern art membuatnya banyak menghabiskan waktu untuk latihan, ditambah lagi saat ini dia akan menghadapi ujian akhir. Hasilnya kami jarang memiliki waktu untuk bersama belakangan ini. Kulangkahkan kakiku dengan gontai keluar dari cafe, meski sedikit kecewa namun bukan jadi masalah bagiku karena ketidak datangan Taemin adalah karena urusan kuliahnya. Saat melewati sebuah toko dvd, mataku mendapati sesosok pria yang sangat kukenal. “Taemin-a,” lirihku pelan. “Kau disini, bukankah tadi kau bilang harus latihan.” Gumamku kecewa.
Taemin POV~
“Bagaimana latihanmu kemarin?” tanya Jiyeon saat kami bertemu pagi ini. “Hmm lancar, tidak ada masalah. Maaf kemarin aku tidak bisa datang, aku juga tidak jadi kerumahmu karena kelelahan setelah latihan. Kau marah ya?” ucapku sambil masih menunjukkan senyum termanisku. Sebenarnya aku sudah mulai muak berpura-pura seperti ini, tapi rencanaku baru saja akan dimulai. Aku tidak boleh begitu saja menunjukkan kebencianku padanya, Tidak sebenarnya aku tidak punya alasan untuk membencinya. Tapi Minho yang membuatku harus membencinya, “Tidak, aku tidak marah. Aku mengerti, kau kan sudah lelah latihan. Mana mungkin aku boleh memaksamu untuk tetap datang menemuiku.” Ucapnya membuyarkan lamunanku. “Kau memang pacarku yang paling manis,” rayuku sambil mencubit pelan hidungnya. “Setelah ini kau kemana?” tanyanya lagi. “Hmm kekampus, ada sesuatu yang harus aku diskusikan dengan beberapa temanku. Kau mau ikut?” ajakku. Aku sengaja mengajaknya kekampus, karena ada sesuatu yang sudah kusiapkan untuk memulai rencanaku. “Bolehkah?” tanyanya tidak percaya. “Tentu saja,” seruku meyakinkan. Dia mengangguk pelan, namun dari ekspresinya aku tahu dia sangat senang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Taemin-a,” panggil seorang wanita sesampainya kami diparkiran kampusku. “Yaa, kau sudah duluan datang.” Balasku sambil memeluk wanita itu. Dia adalah Haera, sepupuku yang sebelumnya sudah kuberitahu agar berpura-pura menjadi teman sekelasku untuk memanasi Jiyeon. Sekilas kulirik Jiyeon, sudah bisa dipastikan dia panas melihat adegan yang ada dihadapannya saat ini. Tapi dia tidak marah, dia hanya menunduk tanpa mau menyaksikan kelanjutan aksi Haera saat menggelayut mesra dipelukanku. “Ahh Haera-a, kenalkan ini Jiyeon. Jiyeon-a, Haera.” “Hallo, Jiyeon imnida.” Ucapnya dengan senyum terpaksa. “Hmm Haera imnida, dia siapa Taemin? Kau mengajak wanita yang berbeda lagi,” seru Haera yang sengaja dibuat seketus mungkin. Kulihat Jiyeon seketika mendongakkan kepalanya, mencoba mencerna apa yang diucapkan Haera barusan. Dengan pandangan penuh tanya, Jiyeon mencoba memaksaku untuk memberi penjelasan atas ucapan Haera. “Yang lain mana?” tanyaku mengalihkan perhatian. Kulihat raut kecewa terpancar dari wajah Jiyeon, “Mereka disana, ayo kesana.” Ucap Haera lagi sambil menarik tanganku. “Ayo Jiyeon,” kutarik juga tangan Jiyeon agar tidak tertinggal oleh langkah Haera yang menarikku kuat.Jiyeon POV~
Taemin menarik tanganku agar aku dapat mengiringi langkahnya, sedikit sakit namun tidak banyak yang dapat kulakukan. Lagipula ini bukan apa-apa dibanding apa yang diucapkan wanita itu tadi, apa maksud ucapannya ‘wanita yang berbeda lagi’? Memang sudah berapa orang wanita yang diajak Taemin kekampusnya? Apa seperti ini kelakuan Taemin selama ini, sembarangan memeluk wanita dan membiarkan mereka menyentuhnya sesuka hatinya? Ya Tuhan, kenapa ini begitu menyakitkan?
Semakin lama berada didekat Taemin dan teman-temannya, membuat hatiku yang tadinya panas semakin terbakar. Belum lagi wanita yang bernama Haera itu, kenapa dia begitu murahan. Merangkul, memeluk bahkan beberapa kali kulihat bibirnya dan bibir Taemin nyaris bersentuhan. Kalau saja bukan karena dehemanku mungkin bibir mereka benar-benar akan bersentuhan. Lalu teman-temannya yang lain, kenapa mereka tetap santai saat ada adegan seperti ini didepan mereka. Bukankah mereka sedang berdiskusi untuk tugas akhir, tapi kenapa yang kusaksikan hanyalah betapa murahannya wanita itu. “Jiyeon-a, mau kemana?” seru Taemin sambil menarik lenganku saat aku hendak berdiri meninggalkan tempat itu. Aku benar-benar muak, ingin rasanya aku menampar dan menjambak rambut wanita itu. Tapi karena aku menghargai Taemin dan tidak ingin membuatnya malu didepan teman-temannya, kuputuskan untuk sebaiknya beranjak dari tempat itu. Lagipula hatiku sangat sakit saat kulihat Taemin juga menikmati setiap sentuhan dan reaksi yang diberikan wanita itu padanya. Apa mereka selalu begini, kenapa sepertinya Taemin tidak menganggapku ada. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku, apa dia tidak tahu hatiku rasanya seperti tertancap ribuan duri saat ini. “Toilet,” jawabku dingin.Taemin POV~
Haera mulai melancarkan aksinya, dia merangkulku, memelukku, bahkan beberapa kali mendekatkan wajahnya kewajahku hingga nyaris bersentuhan. Sesekali kulirik Jiyeon, dia benar-benar sudah emosi saat ini. Dapat kulihat dari raut wajahnya yang memerah menahan tangis, bahkan dia memelintir salah satu kancing yang ada ditasnya hingga nyaris putus. Haera sungguh hebat, dia bahkan melakukan lebih bagus dari yang sudah direncanakan. Mungkin dia juga marah karena tahu Jiyeon lah yang membuat Minho memutuskan Taehae, “Jiyeon-a, mau kemana?” tanyaku saat kulihat dia hendak berdiri. “Toilet,” jawabnya dingin.
Next next, sebelumnya RCL dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
Teen Fiction"Wajar jika seorang manusia memiliki dendam, tapi ketahuilah saat dendam menguasaimu sebenarnya kau telah kehilangan kebahagiaan yang diimpikan semua orang."