Chapter 9

17 2 2
                                    

Author Pov

            “Taemin-a, ayo kesini. Kenapa berdiri saja disana, sini aku kenalkan pada temanku?” ucap Jiyeon yang praktis membuat Taemin tersentak dari lamunannya. “Taehee-a, apa kau bisa mendengarku. Bagaimana keadaanmu? Kau semakin kurus dibanding seminggu yang lalu.” “Maaf Taehee-a, membuatmu berpikir bahwa Minho memutuskanmu karena aku. Itu tidak benar, aku tahu bagaimana Minho. Dia sahabat baikku, dia sangat mencintaimu. Hanya saja mungkin dia terlalu banyak menuntut darimu, jadi dia merasa bahwa kau bukan yang terbaik. Tapi percayalah, jika kalian mau sedikit saja berusaha hubungan kalian pasti akan baik kembali. Atau apa kita perlu membantu mereka ya Taemin-a?” ucap Jiyeon seraya mengarahkan pandangan pada Taemin yang masih belum beranjak dari depan pintu. “Ji, Jiyeon-a.” Panggil Taemin tanpa tahu apa lagi yang harus dikatakannya. “Ahh ya, aku lupa. Ini Taehee, mantan kekasihnya Minho. Kau belum pernah melihatnya kan? Sini, dekat sedikit agar kau bisa lihat dengan jelas wajahnya.” Dengan ragu-ragu Taemin melangkahkan kakinya mendekat kearah Jiyeon an Taehee yang masih terbaring ditempat tidur. Sebenarnya dia takut kalau-kalau Jiyeon sebenarnya tahu bahwa Taehee adalah adiknya, dan apa jadinya jika Haera atau Haemi datang. Jiyeon akan melihat mereka dan akhirnya Jiyeon akan tahu siapa mereka dan siapa Taemin sebenarnya. “Dia cantik ya?” lagi-lagi ucapan Jiyeon membuat langkah berat Taemin kembali terhenti. “Dia, dia Taehee?” tanya Taemin untuk sekedar menghilangkan kekakuannya. Dia sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini, dia termakan perangkapnya sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

            “Memangnya kenapa Minho putus dengan Taehee? Apa benar karena Minho mencintaimu?” tanya Taemin saat mereka sedang diperjalan menuju rumah Jiyeon. “Tidak, Minho bilang Taehee itu terlalu kekanak-kanakan, Taehee selalu menuntutnya untuk jadi seperti yang dia inginkan, Taehee juga selalu membanding-bandingkan Minho dengan mantan-mantannya. Itu yang Minho bilang, tapi setahuku Minho sangat mencintai Taehee. Mungkin Minho juga ingin dimengerti, kau tahu sebenarnya Minho itu sangat manja. Hanya saja sejak berpacaran dengan Taehee, dia ingin berubah jadi dewasa sedikit agar bisa membuat Taehee senang. Tapi akhirnya malah jadi begini, mungkin saja batas kesabaran Minho hanya sampai segitu. Jadi dia,” “Lalu batas kesabaranmu sampai mana?” potong Taemin ditengah-tengah ucapan Jiyeon. “Aku, haha. Hmm kalau aku bilang kesabaranku tidak punya batas apa kau percaya?” tanya Jiyeon menggoda. “Tanpa batas? Mana mungkin, semua orang memiliki batas kesabaran tertentu sayang termasuk kau.” “Kalau begitu, berarti suatu saat aku boleh kehabisan kesabaran padamu?” tanya Jiyeon lagi sambil menatap tajam kearah Taemin yang sedang menyetir. “Memang sekarang batas kesabaranmu padaku sudah sampai mana? Apa sudah melebihi setengahnya? Haha,” seru Taemin sambil bercanda. “Sudah, bahkan hampir sampai pada batasnya. Mungkin hanya dengan satu goresan lagi, dia akan mencapai batasnya.” Ucap Jiyeon dengan ekspresi serius. “Yaa yaa, aku hanya bercanda. Jangan begitu,” “ Tapi aku serius,” potong Jiyeon cepat. Taemin tertegun, Jiyeon benar-benar serius dengan perkataannya. Apa perbuatanku selama ini membuatnya habis kesabaran, apa aku benar-benar telah menyakitinya dengan sikapku selama ini? Apa dia sungguh-sungguh akan marah padaku jika sekali lagi aku melakukan kesalahan, batin Taemin. “Haha, kenapa wajahmu begitu. Jelek sekali,” ucap Jiyeon beberapa saat setelahnya. “Aku hanya bercanda.. Taemin-a mungkin kau tidak akan percaya, tapi memang kesabaranku padamu.. tidak ada batasnya.” Lanjut Jiyeon lagi.

            Taemin tersentak mendengar pernyataan Jiyeon, namun dia senang mendengar Jiyeon bicara begitu. Ditepikannya mobilnya, kemudian diarahkannya seluruh pandangannya pada Jiyeom. “Wanita ini sepertinya benar-benar telah membuatku jatuh cinta,” benaknya. “Jiyeon-a, saranghae.” Seru Taemin sambil mendekap Jiyeon kepelukannya. “Taemin-a, jangan begini. Kau membuatku percaya bahwa kau benar-benar mencintaiku, ini menyakitiku Taemin-a..” Ingin sekali Jiyeon bicara seperti itu, namun lidahnya beku karena pelukan hangat Taemin ditubuhnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Taemin POV~

            Semakin lama semakin dalam kurasakan perasaanku pada Jiyeon, aku yakin aku memang sudah jatuh cinta pada wanita itu. Entah sejak kapan, yang jelas aku tidak ingin dia tahu siapa aku. Aku tidak ingin dia tahu bahwa tujuan awalku memacarinya adalah demi Taehee, yang ingin kulakukan saat ini hanyalah membuatnya percaya bahwa aku sungguh mencintainya. “Yaa oppa, dari tadi melamun saja. Ada apa?” pekik Haemi tepat diteligaku. “Yaa, kenapa kau berteriak? Memang aku tuli?” balasku kesal. “Habis kau dari tadi kuajak bicara diam saja, kau dengar tidak aku bilang apa?” omelnya. “Hehe, maaf.
Aku sedang melamun tadi, jadi tidak dengar.” Jawabku asal. “Melamun? Belakangan ini kau sering sekali melamun, memang apa yang kau lamunkan? Wanita yaa? Siapa? Kau punya kekasih?” serentetan pertanyaan meluncur dari mulut Haemi. “Hmm mungkin, hanya hmm mungkin aku sedang jatuh cinta.” Jawabku terbata. “Jatuh cinta? Benarkah? Siapa dia, apa aku mengenalnya?” tanya Haemi semangat. Aku hanya bisa menggeleng, apa jadinya jika aku mengangguk. Haemi akan memaksa ingin tahu siapa yeoja itu sampai aku buka mulut, lalu bisa dipastikan dunia akan hancur oleh omelannya karena tahu siapa wanita yang kucintai.

            “Oppa, bukankah dia wanita itu?” “sSiapa?” tanyaku tidak mengerti saat Haemi menunjuk kearah seorang wanita yang sedang berada ditoko buku didepan cafe tempat kami duduk saat ini. “Jiyeon-a?” kataku lagi. “Iya, itu benar dia kan?” Haemi meyakinkan. “Ahh oppa, aku punya ide bagus.” Jantungku berdegub cepat mendengar ucapan Haemi, dia pasti punya ide untuk membalas Jiyeon lagi. Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi. “Sudahlah tidak usah, aku sedang malas berurusan dengannya.” Seruku bohong. “Malas? Mana bisa begitu, apa segini saja rasa sayang oppa pada Taehee. Taehee masih terbaring dirumah sakit, tapi oppa sudah melupakan janji oppa padanya.” Ucap Haemi dengan raut wajah penuh kekecewaan. “Haemi-a, bukan begitu. Aku hanya sedang tidak semangat hari ini,” jelasku meyakinkan. “Aku tidak mau tahu, pokoknya oppa harus setuju.” Seru Haemi seraya menarik tanganku kuat menuju kearah Jiyeon sedang berdiri saat ini. “Haemi-a, tunggu.” Tapi bukannya berhenti, Haemi malah semakin kuat menarikku sampai aku tidak sengaja menabrak sebuah rak buku yang berada tepat dibelakang Jiyeon sampai buku-buku yang ada didalamnya jatuh berantakan. Praktis itu membuat keadaan ricuh dan jelas saja Jiyeon melirik kearah kami, “Taemin-a..” lirihnya bingung.

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang